Kamis, 04 Oktober 2012

Al-'Adl

0 komentar
BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM


Adil, kata ini begitu sering terdengar dalam telinga kita, terlebih lagi di negara indonesia tercantum dalam pancasila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, namun pada kenyataannya tidak semua rakyat indonesia bisa merasakan apa yang disebutkan dalam ideologi negara tadi,, jika ditanyakan salah siapa, sudah pasti tidak ada orang yang mau disalahkan,, karena itu kita simpulkan saja bahwa kesalahan ada pada orang-orang yang tidak menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam pemerintahan,, siapa saja orangnya tak peduli ia berpangkat biasa sampai pangkat tertinggi sekalipun, jika orang tersebut tidak menjalankan tugas dan kewajibannya dengan adil, maka orang itulah yang bersalah, orang itulah yang menyebabkan rakyat-rakyat Indonesia sampai sekarang belum merasakan bagaimana rasanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,, bagi orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan yang tinggi mungkin akan salah persepsi dengan kata adil ini, namun bagi para sarjana dan orang-orang yang pendidikannya lebih tinggi sungguh keterlalulan jika tidak mengetahui definisi dari adil ini,, kata adil sendiri berdasar dari bahasa arab yang artinya, berada di tengah-tengah, jujur, lurus dan tulus, dan secara terminologi adil memiliki makna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang perilakunya sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku,,  namun entah tidak tahu atau pura-pura tidak mengetahui begitu banyak para pejabat pemerintahan di Negara ini yang terlibat dalam kasus pelanggaran hukum positif yang dibuat manusia sendiri, padahal bisa dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang pintar tapi mereka bodoh dalam soal moral sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi Allaah menyindir kita semua selaku manusia yang hanya menggunakan akal tapi tidak dipakai untuk memikirkan hal-hal yang benar, Allaah berfirman: “AKU heran pada intelektual yang bodoh dalam soal moral”,, begitu nyatanya sindiran hadits qudsi tersebut bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, kejahatan sekarang tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak berpendidikan, malah kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berpendidikan justru lebih parah dalam merusak tatanan kehidupan dan aturan yang sudah ditentukan,,

hukuman bagi orang-orang yang berilmu, yang mengetahui halal dan haram jelas lebih berat dibanding dengan orang yang tidak memiliki ilmu, dan musuh manusia yang bernama iblis amat senang dengan orang yang berilmu tapi tidak mau mengamalkan ilmu yang dimilikinya,,, Orang-orang yang memiliki seperti orang-orang yang mempunyai banyak makanan, kemudian ia memberikan makanan kepada orang lain, tapi dirinya sendiri tidak mau memakannya, bahkan Allaah menyebutkan orang seperti itu seperti keledai yang membawa kita-kitab yang tebal sebagaimana tersurat dalam Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah ayat 5,, dan hukumannya pun sudah tentu akan lebih berat bagi orang yang berilmu tapi tidak mau mengamalkan, dibanding orang yang tidak mempunyai ilmu,, hukuman ini dikisahkan oleh Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wasalam dalam haditsnya, 
Ketika Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wa Sallam tengah melakukan Isra', beliau melihat suatu kaum yang menggunting lidahnya sendiri dengan gunting yang terbuat dari api neraka.Rasulullah keheranan, siapa gerangan mereka yang merana itu.
Alih-alih, mereka adalah sekelompok orang yang sering berceramah untuk ummat, menyuruh manusia berbuat kebajikan, namun mereka lupa akan diri mereka sendiri.
Pandangan serupa kembali diperlihatkan.Kali ini malah lebih tragis lagi.Sekelompok orang tiba-tiba dilemparkan ke dalam neraka.Kemudian ususnya terburai.Dan seperti keledai yang mengitari batu, mereka pun berputar mengitari ususnya itu.
Siksa yang menimpa si malang ini rupanya mengundang keheranan penghuni neraka lainnya.Pasalnya sewaktu di dunia, ia mengenalnya cukup baik.Ia mengenal si usus terburai ini sebagai peribadi saleh, orang yang menguasai ilmu agama dengan cukup baik lalu berceramah kepada ummat. "Hai fulan, apa yang telah terjadi denganmu, bukankah dulu kamu suka menyuruh kami kepada amal ma'ruf dan melarang kami dari kemungkaran ?"
"Memang, dulu aku menyuruhmu kepada amal ma'ruf, menyuruhmu untuk berbuat kebajikan, namun aku sendiri tidak melakukannya, lalu aku melarangmu dari perbuatan mungkar, tetapi aku malah melakukannya !" Jawab si usus terburai. Wallaahu A'lam Riwayat Bukhari Muslim, (Riwayat Anas bin Malik dalam Musnad Ahmad)

Mungkin kisah yang ada dalam hadits tersebut sudah sering terdengar, tapi yang menjadi pertanyaan sekarang, kenapa begitu sulit sekali untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang demikian, yang mengetahui jawabannya adalah hati kita masing-masing, silakan tanyakan kepada hati kita sudah berapa banyak perbuatan baik yang benar-benar ikhlas dilakukan karena ingin mengharapkan keridhaan Tuhan, sudah berapa banyak perbuatan buruk yang kita lakukan dari mulai membicarakan kejelekan orang, menganggap diri lebih mulia sampai merasa menjadi orang yang paling suci dan menuduh orang lain sok suci,,

Berbuat adil adalah hal yang harus dilakukan oleh orang yang beriman sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allaah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allaah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (Al-Hujurat ayat 9),, Allaah mencintai orang yang adil, karena dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, jujur pada diri  sendiri, kerabat dekat, tetangga baik yang kaya ataupun yang miskin sebagaimana tercantum dalam surat An-Nisaa’ ayat 135: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allaah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allaah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allaah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat tersebut disebutkan penegak keadilan, menjadi saksi karena Allaah, dan memang itulah tugas kita semua selaku manusia bahwa kita harus menjadi saksi karena Allaah, dimana di hari akhirat nanti persaksian kita akan diminta pertanggung jawaban oleh Tuhan Yang Maha Rahmaan, apakah sesuai dengan apa yang diperintahkan, apakah menyimpang dari apa yang telah diperintahkan,, dan inilah yang menjadi permasalah sulitnya membangkitkan kembali kejayaan Islam yang pernah terjadi ketika Rasulullaah berhasil menyebarkan ajaran Islam ke pelosok dunia,, Rasul begitu gampang menyebarkan ajaran Islam karena beliau benar-benar menjadi saksi bahwa dirinya harus menjadi contoh sebagai seorang hamba yang beriman, yang diperintahkan oleh Tuhan untuk menyebarkan ajaran,, beliau tak hanya menyuruh kepada orang-orang disekitarnya, tapi beliau juga memberikan contoh kepada umatnya sehingga beliau begitu dihormati, karena apa yang beliau perintahkan kepada umatnya, sudah tentu beliau yang menjadi orang pertama dalam melaksanakan perintah dari Allaah,, inilah perbedaan antara kita yang menyebarkan agama hanya dengan ceramah saja, tapi jarang memberikan contoh kepada umat Islam yang sekarang tidak mengetahui siapa yang menjadi figur untuk diteladaninya,, umat Islam sekarang bingung harus mengikuti siapa karena setiap golongan bukannya saling membenahi dan bersatu tapi malah saling menjatuhkan dan merasa paling benar,, sungguh situasi yang sangat jauh berbeda pada zaman Rasul dan para sahabat, dimana mereka yang lebih mengetahui tentang Islam justru saling menghargai satu sama lain, tidak seperti kita sekarang yang sukanya gontok-gontokan,,

Kita yang belum mengetahui bagaimana Islam sebenarnya justru harus saling menghargai karena apa yang kita anggap benar belum tentu benar menurut orang lain, tidak usah saling mengutuk dan merendahkan orang lain hanya karena berbeda pendapat, sebuah pandangan yang berbeda bisa kita ibaratkan jika ada dua orang yang memandang sebuah mobil dari sisi yang berbeda, yang satu dari atas dan yang satu dari bawah, sudah tentu pendapat dua orang ini akan berbeda karena sudut pandang yang mereka ambil untuk melihat mobil juga berbeda, akan tetapi jika mereka mau berlapang dada dan bertukar posisi untuk melihat seperti apa mobil itu, pasti masing-masing pihak akan saling menghargai dan menyadari bahwa ternyata sama apa yang dipandang mereka tentang mobil ketika sudah bertukar posisi dan saling mendengarkan,, akan tetapi jika masing-masing pihak tetap bersikukuh untuk mempertahankan pendapatnya sudah bisa dipastikan keadaannya seperti umat Islam sekarang, yang begitu mudah untuk dicerai beraikan, begitu mudah untuk dipecah belahkan,,

Keberhasilan Rasul dalam mensyi’arkan agama Islam adalah beliau menggunakan dua bahasa yang berbeda namun berhasil menyeleraskannya, beliau memberikan ceramah kemudian beliau memberikan teladan, ketika turun perintah shalat maka beliau mememerintahkan umatnya untuk shalat dan memberikan contoh, begitu pula ketika turun perintah zakat, beliau orang yang pertama kali mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa pun beliau lah orang yang pertama melakukannya, dan seterusnya dan seterusnya setiap perintah yang diturunkan oleh Allaah kepada manusia, beliaulah orang yang pertama kali melakukannya untuk memberikan contoh kepada umatnya, sehingga beliau akan dengan mudah untuk memerintah dan melarang apa yang tidak sesuai dengan kaidah yang diturunkan oleh Allaah,, hal yang dilakukan oleh Rasul justru berbeda dengan apa yang kita lakukan,, sebagai contoh jika kita memerintahkan anak-anak kita untuk pergi ke mesjid tapi kita jarang ke mesjid, kita memerintahkan anak-anak untuk rajin membaca Al-Qur’an tapi kita malah rajin membaca koran, kita memerintahkan anak-anak untuk bergaul dengan para santri, tapi kita sendiri bergaul dengan orang-orang kaya yang cinta duniawi,, jika seperti ini sudah pasti anak-anak muda sebagai penerus perjuangan agama, bangsa dan negara akan kebingungan karena tidak memiliki figur sebagai percontohan untuk melakukan apa yang diyakininya sebagai kebenaran,,

Kegagalan bersikap adil terhadap masyarakat berawal dari gagalnya bersikap adil terhadap diri sendiri, dan gagalnya bersikap adil terhadap diri sendiri karena tidak mampu menjadi saksi bagi dirinya sendiri, dan itu disebabkan karena manusia sudah tidak jujur kepada dirinya sendiri, manusia sudah membohongi dirinya sendiri, dengan menggadaikan kehidupan akhirat yang abadi dengan kehidupan duniawi yang terlihat indah namun mengotori hati sehingga menghalangi nur Ilahi untuk bersinar dalam hati yang terpancar dari baiknya budi pekerti,, contoh manusia yang sudah tidak jujur kepada dirinya sendiri adalah ketika kumandang adzan terdengar bukannya pergi untuk memenuhi panggilan Ilahi tapi masih tetap bersanta-santai dengan kegiatan yang sebenarnya bisa diteruskan setelah menghadap Ilahi dalam waktu shalat berjamaah untuk lelaki dan untuk kaum perempuan sendiri-sendiri,, bukan karena manusia tidak mengetahui hal tersebut adalah perintah Allaah tapi karena kecintaan manusia kepada keindahan duniawi yang mengotori hati yang membuat jarak antara diri dan Ilahi Yang Maha Suci,  contoh lain yang sekarang menjadi trend anak muda saat ini adalah berpacaran atau berduaan dengan pasangan yang belum halal menurut syari’at yang telah ditentukan, padahal begitu jelas dalam Al-Qur’an disebutkan Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al-Israa’ ayat 32),, ada yang mengatakan bahwa pacaran dalam batas yang wajar tidak apa-apa, namun batas wajar yang bagaimana yang membolehkan kegiatan pacaran, padahal dalam hadits disebutkan bahwa setiap anak adam sudah tercatat melakukan zina: Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. bahwa Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam. telah bersabda yang artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah). dan “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhasrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (Riwayat Bukhari). Begitu banyak para ustadz menyampaikan hadist ini namun tak sedikit juga orang-orang yang tetap berpacaran, bahkan orang yang mengaku tidak pacaran, justru terjatuh dalam ta’aruf yang salah diartikan,, apakah kita masih akan membohongi diri kita sendiri padahal begitu sering kita mendengar perintah dan peringatan, tapi terlalu sering kita melanggar aturan yang telah ditetapkan,,
Begitu hebatnya sifat adil yang didalamnya harus terdapat sifat jujur, tulus, ikhlas, tidak memihak satu pihak,  maka pantas saja Allaah Subhanahu Wa Ta’ala Yang menciptakan sifat adil memiliki asmaul husna Al-‘Adl yang artinya Maha Adil sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (An’aam 115)


BILLAAHI FI SABILIL HAQ

Leave a Reply