ALT_IMG

Tauhid Rububiyah

Kepercayaan, kata yang satu ini merupakan kata yang sangat penting dalam suatu kehidupan, karena jika tidak ada kata kepercayaan ini sudah pasti tak akan ada kehidupan di bumi ini, kenapa demikian?,, coba renungkan jika saja tidak ada kepercayaan Tuhan kepada manusia sudah pasti manusia tidak akan diciptakan, Readmore...

ALT_IMG

Al-Fatihah ayat 1

Dengan Menyebut Asma Allaah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,, Dari ayat ini kita bisa belajar untuk mengawali segala sesuatu harus menyebut Asma Allaah supaya kita dikasihi dan disayangi olehNYAReadmore..

Alt img

Nyamuk

“Seandainya dunia ini di sisi Allaah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allaah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir.” Ini merupakan suatu teguran bagi para pecinta dunia, supaya tidak berbangga atas kekayaan yang dimilikinya, karena jika dibandingkan dengan sayap nyamuk jauh lebih berharga sayap nyamuk tersebut, Readmore...

ALT_IMG

Remaja Yang Dirindukan Surga

Tiba-tiba ada seorang remaja yang bernama Sa'id bin Harits, ia berusia kurang lebih 15 tahun dan dia telah ditinggal mati oleh ayahnya serta mempunyai warisan harta yang cukup banyak berkata, wahai tuan Abdul Wahid, sesungguhnya Allaah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka, Readmore...

ALT_IMG

Cinta Yang Maha Suci

segala puji hanya bagi Ilahi Yang Maha Suci,,,yang menciptakan kerajaan langit dan bumi,,,yang merajai segala kehidupan duniawi dan ukhrawi,,,dan kepada-NYA lah semua akan kembali,,,DIA yang telah menciptakan istri dari tulang sulbi,,,agar suami merasa tentram terhadap dirinya sendiri,,,meskipun banyak cobaan dan rintangan yang menguji diri,,,semua akan dilewati selama berserah diri kepada Ilahi,,, Readmore...

Kamis, 04 Oktober 2012

Al-'Adl

0 komentar
BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM


Adil, kata ini begitu sering terdengar dalam telinga kita, terlebih lagi di negara indonesia tercantum dalam pancasila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, namun pada kenyataannya tidak semua rakyat indonesia bisa merasakan apa yang disebutkan dalam ideologi negara tadi,, jika ditanyakan salah siapa, sudah pasti tidak ada orang yang mau disalahkan,, karena itu kita simpulkan saja bahwa kesalahan ada pada orang-orang yang tidak menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam pemerintahan,, siapa saja orangnya tak peduli ia berpangkat biasa sampai pangkat tertinggi sekalipun, jika orang tersebut tidak menjalankan tugas dan kewajibannya dengan adil, maka orang itulah yang bersalah, orang itulah yang menyebabkan rakyat-rakyat Indonesia sampai sekarang belum merasakan bagaimana rasanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,, bagi orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan yang tinggi mungkin akan salah persepsi dengan kata adil ini, namun bagi para sarjana dan orang-orang yang pendidikannya lebih tinggi sungguh keterlalulan jika tidak mengetahui definisi dari adil ini,, kata adil sendiri berdasar dari bahasa arab yang artinya, berada di tengah-tengah, jujur, lurus dan tulus, dan secara terminologi adil memiliki makna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang perilakunya sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku,,  namun entah tidak tahu atau pura-pura tidak mengetahui begitu banyak para pejabat pemerintahan di Negara ini yang terlibat dalam kasus pelanggaran hukum positif yang dibuat manusia sendiri, padahal bisa dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang pintar tapi mereka bodoh dalam soal moral sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi Allaah menyindir kita semua selaku manusia yang hanya menggunakan akal tapi tidak dipakai untuk memikirkan hal-hal yang benar, Allaah berfirman: “AKU heran pada intelektual yang bodoh dalam soal moral”,, begitu nyatanya sindiran hadits qudsi tersebut bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, kejahatan sekarang tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak berpendidikan, malah kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berpendidikan justru lebih parah dalam merusak tatanan kehidupan dan aturan yang sudah ditentukan,,

hukuman bagi orang-orang yang berilmu, yang mengetahui halal dan haram jelas lebih berat dibanding dengan orang yang tidak memiliki ilmu, dan musuh manusia yang bernama iblis amat senang dengan orang yang berilmu tapi tidak mau mengamalkan ilmu yang dimilikinya,,, Orang-orang yang memiliki seperti orang-orang yang mempunyai banyak makanan, kemudian ia memberikan makanan kepada orang lain, tapi dirinya sendiri tidak mau memakannya, bahkan Allaah menyebutkan orang seperti itu seperti keledai yang membawa kita-kitab yang tebal sebagaimana tersurat dalam Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah ayat 5,, dan hukumannya pun sudah tentu akan lebih berat bagi orang yang berilmu tapi tidak mau mengamalkan, dibanding orang yang tidak mempunyai ilmu,, hukuman ini dikisahkan oleh Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wasalam dalam haditsnya, 
Ketika Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wa Sallam tengah melakukan Isra', beliau melihat suatu kaum yang menggunting lidahnya sendiri dengan gunting yang terbuat dari api neraka.Rasulullah keheranan, siapa gerangan mereka yang merana itu.
Alih-alih, mereka adalah sekelompok orang yang sering berceramah untuk ummat, menyuruh manusia berbuat kebajikan, namun mereka lupa akan diri mereka sendiri.
Pandangan serupa kembali diperlihatkan.Kali ini malah lebih tragis lagi.Sekelompok orang tiba-tiba dilemparkan ke dalam neraka.Kemudian ususnya terburai.Dan seperti keledai yang mengitari batu, mereka pun berputar mengitari ususnya itu.
Siksa yang menimpa si malang ini rupanya mengundang keheranan penghuni neraka lainnya.Pasalnya sewaktu di dunia, ia mengenalnya cukup baik.Ia mengenal si usus terburai ini sebagai peribadi saleh, orang yang menguasai ilmu agama dengan cukup baik lalu berceramah kepada ummat. "Hai fulan, apa yang telah terjadi denganmu, bukankah dulu kamu suka menyuruh kami kepada amal ma'ruf dan melarang kami dari kemungkaran ?"
"Memang, dulu aku menyuruhmu kepada amal ma'ruf, menyuruhmu untuk berbuat kebajikan, namun aku sendiri tidak melakukannya, lalu aku melarangmu dari perbuatan mungkar, tetapi aku malah melakukannya !" Jawab si usus terburai. Wallaahu A'lam Riwayat Bukhari Muslim, (Riwayat Anas bin Malik dalam Musnad Ahmad)

Mungkin kisah yang ada dalam hadits tersebut sudah sering terdengar, tapi yang menjadi pertanyaan sekarang, kenapa begitu sulit sekali untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang demikian, yang mengetahui jawabannya adalah hati kita masing-masing, silakan tanyakan kepada hati kita sudah berapa banyak perbuatan baik yang benar-benar ikhlas dilakukan karena ingin mengharapkan keridhaan Tuhan, sudah berapa banyak perbuatan buruk yang kita lakukan dari mulai membicarakan kejelekan orang, menganggap diri lebih mulia sampai merasa menjadi orang yang paling suci dan menuduh orang lain sok suci,,

Berbuat adil adalah hal yang harus dilakukan oleh orang yang beriman sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allaah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allaah mencintai orang-orang yang berlaku adil” (Al-Hujurat ayat 9),, Allaah mencintai orang yang adil, karena dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, jujur pada diri  sendiri, kerabat dekat, tetangga baik yang kaya ataupun yang miskin sebagaimana tercantum dalam surat An-Nisaa’ ayat 135: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allaah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allaah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allaah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat tersebut disebutkan penegak keadilan, menjadi saksi karena Allaah, dan memang itulah tugas kita semua selaku manusia bahwa kita harus menjadi saksi karena Allaah, dimana di hari akhirat nanti persaksian kita akan diminta pertanggung jawaban oleh Tuhan Yang Maha Rahmaan, apakah sesuai dengan apa yang diperintahkan, apakah menyimpang dari apa yang telah diperintahkan,, dan inilah yang menjadi permasalah sulitnya membangkitkan kembali kejayaan Islam yang pernah terjadi ketika Rasulullaah berhasil menyebarkan ajaran Islam ke pelosok dunia,, Rasul begitu gampang menyebarkan ajaran Islam karena beliau benar-benar menjadi saksi bahwa dirinya harus menjadi contoh sebagai seorang hamba yang beriman, yang diperintahkan oleh Tuhan untuk menyebarkan ajaran,, beliau tak hanya menyuruh kepada orang-orang disekitarnya, tapi beliau juga memberikan contoh kepada umatnya sehingga beliau begitu dihormati, karena apa yang beliau perintahkan kepada umatnya, sudah tentu beliau yang menjadi orang pertama dalam melaksanakan perintah dari Allaah,, inilah perbedaan antara kita yang menyebarkan agama hanya dengan ceramah saja, tapi jarang memberikan contoh kepada umat Islam yang sekarang tidak mengetahui siapa yang menjadi figur untuk diteladaninya,, umat Islam sekarang bingung harus mengikuti siapa karena setiap golongan bukannya saling membenahi dan bersatu tapi malah saling menjatuhkan dan merasa paling benar,, sungguh situasi yang sangat jauh berbeda pada zaman Rasul dan para sahabat, dimana mereka yang lebih mengetahui tentang Islam justru saling menghargai satu sama lain, tidak seperti kita sekarang yang sukanya gontok-gontokan,,

Kita yang belum mengetahui bagaimana Islam sebenarnya justru harus saling menghargai karena apa yang kita anggap benar belum tentu benar menurut orang lain, tidak usah saling mengutuk dan merendahkan orang lain hanya karena berbeda pendapat, sebuah pandangan yang berbeda bisa kita ibaratkan jika ada dua orang yang memandang sebuah mobil dari sisi yang berbeda, yang satu dari atas dan yang satu dari bawah, sudah tentu pendapat dua orang ini akan berbeda karena sudut pandang yang mereka ambil untuk melihat mobil juga berbeda, akan tetapi jika mereka mau berlapang dada dan bertukar posisi untuk melihat seperti apa mobil itu, pasti masing-masing pihak akan saling menghargai dan menyadari bahwa ternyata sama apa yang dipandang mereka tentang mobil ketika sudah bertukar posisi dan saling mendengarkan,, akan tetapi jika masing-masing pihak tetap bersikukuh untuk mempertahankan pendapatnya sudah bisa dipastikan keadaannya seperti umat Islam sekarang, yang begitu mudah untuk dicerai beraikan, begitu mudah untuk dipecah belahkan,,

Keberhasilan Rasul dalam mensyi’arkan agama Islam adalah beliau menggunakan dua bahasa yang berbeda namun berhasil menyeleraskannya, beliau memberikan ceramah kemudian beliau memberikan teladan, ketika turun perintah shalat maka beliau mememerintahkan umatnya untuk shalat dan memberikan contoh, begitu pula ketika turun perintah zakat, beliau orang yang pertama kali mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa pun beliau lah orang yang pertama melakukannya, dan seterusnya dan seterusnya setiap perintah yang diturunkan oleh Allaah kepada manusia, beliaulah orang yang pertama kali melakukannya untuk memberikan contoh kepada umatnya, sehingga beliau akan dengan mudah untuk memerintah dan melarang apa yang tidak sesuai dengan kaidah yang diturunkan oleh Allaah,, hal yang dilakukan oleh Rasul justru berbeda dengan apa yang kita lakukan,, sebagai contoh jika kita memerintahkan anak-anak kita untuk pergi ke mesjid tapi kita jarang ke mesjid, kita memerintahkan anak-anak untuk rajin membaca Al-Qur’an tapi kita malah rajin membaca koran, kita memerintahkan anak-anak untuk bergaul dengan para santri, tapi kita sendiri bergaul dengan orang-orang kaya yang cinta duniawi,, jika seperti ini sudah pasti anak-anak muda sebagai penerus perjuangan agama, bangsa dan negara akan kebingungan karena tidak memiliki figur sebagai percontohan untuk melakukan apa yang diyakininya sebagai kebenaran,,

Kegagalan bersikap adil terhadap masyarakat berawal dari gagalnya bersikap adil terhadap diri sendiri, dan gagalnya bersikap adil terhadap diri sendiri karena tidak mampu menjadi saksi bagi dirinya sendiri, dan itu disebabkan karena manusia sudah tidak jujur kepada dirinya sendiri, manusia sudah membohongi dirinya sendiri, dengan menggadaikan kehidupan akhirat yang abadi dengan kehidupan duniawi yang terlihat indah namun mengotori hati sehingga menghalangi nur Ilahi untuk bersinar dalam hati yang terpancar dari baiknya budi pekerti,, contoh manusia yang sudah tidak jujur kepada dirinya sendiri adalah ketika kumandang adzan terdengar bukannya pergi untuk memenuhi panggilan Ilahi tapi masih tetap bersanta-santai dengan kegiatan yang sebenarnya bisa diteruskan setelah menghadap Ilahi dalam waktu shalat berjamaah untuk lelaki dan untuk kaum perempuan sendiri-sendiri,, bukan karena manusia tidak mengetahui hal tersebut adalah perintah Allaah tapi karena kecintaan manusia kepada keindahan duniawi yang mengotori hati yang membuat jarak antara diri dan Ilahi Yang Maha Suci,  contoh lain yang sekarang menjadi trend anak muda saat ini adalah berpacaran atau berduaan dengan pasangan yang belum halal menurut syari’at yang telah ditentukan, padahal begitu jelas dalam Al-Qur’an disebutkan Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Al-Israa’ ayat 32),, ada yang mengatakan bahwa pacaran dalam batas yang wajar tidak apa-apa, namun batas wajar yang bagaimana yang membolehkan kegiatan pacaran, padahal dalam hadits disebutkan bahwa setiap anak adam sudah tercatat melakukan zina: Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. bahwa Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam. telah bersabda yang artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah). dan “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhasrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (Riwayat Bukhari). Begitu banyak para ustadz menyampaikan hadist ini namun tak sedikit juga orang-orang yang tetap berpacaran, bahkan orang yang mengaku tidak pacaran, justru terjatuh dalam ta’aruf yang salah diartikan,, apakah kita masih akan membohongi diri kita sendiri padahal begitu sering kita mendengar perintah dan peringatan, tapi terlalu sering kita melanggar aturan yang telah ditetapkan,,
Begitu hebatnya sifat adil yang didalamnya harus terdapat sifat jujur, tulus, ikhlas, tidak memihak satu pihak,  maka pantas saja Allaah Subhanahu Wa Ta’ala Yang menciptakan sifat adil memiliki asmaul husna Al-‘Adl yang artinya Maha Adil sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (An’aam 115)


BILLAAHI FI SABILIL HAQ
Continue reading →

Al-Hakam

0 komentar
BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM


Beberapa waktu lalu di negara kita terdapat kabar yang tidak baik mengenai pemecatan hakim karena telah melakukan perbuatan yang mencoreng hukum positif yang ada di negara indonesia,, dan ternyata kejadian hakim yang berprilaku buruk tak hanya terjadi satu atau dua kali di negara indonesia ini,, dan ini adalah suatu bukti bahwa hukum buatan manusia tak akan mampu untuk menertibkan manusia,, karena ketetapan yang dibuat manusia hanyalah sementara dan dapat diperjual belikan sebagaimana terjadi di Negara Indonesia, dan Negara-negara lain yang tidak menerapkan aturan Islam,,

Begitu memalukan sifat para hakim yang mencoreng hukum positif yang mereka agung-agungkan, mereka memperjual belikan ketetapan yang mereka jatuhkan kepada orang yang mempunyai kekayaan sedangkan mereka memberikan ketetapan bagi orang-orang yang kekurangan seenaknya saja sampai hukuman kejahatan kecil saja sama dengan hukuman untuk orang yang melakukan kejahatan besar,, ironi tapi inilah kenyataan yang terjadi saat ini,, keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia hanya tinggal sebuah wacana saja,, karena keadilan sekarang hanya untuk orang-orang yang mempunyai kekayaan dan uang saja,, tak cukup hanya itu bahkan ada yang mempertaruhkan kehormatannya karena tidak ingin mendapatkan keputusan dari hakim yang memberatkan dirinya,,

Entah tidak mengetahui atau memang sengaja tidak mau melaksanakan ilmu yang telah mereka dapat untuk menegakkan hukum di Negara Indonesia ini, sehingga begitu jauh sekali sifat-sifat hakim yang ideal, sifat ideal ini sebenarnya tidak akan asing untuk orang-orang yang mengetahui hukum ataupun yang menjadi hakim itu sendiri,, sifat yang pertama yaitu Sifat Kartika (bintang) melambangkan ketaqwaan hakim pada Tuhan Yang Maha Esa,,
Sifat taqwa ditempatkan pada posisi yang pertama dalam sifat ideal seorang hakim, tak hanya bagi seorang hakim tapi bagi seluruh jabatan biasanya dituntut harus orang yang bertaqwa, alasannya karena orang yang bertaqwa adalah orang yang akan berhati-hati dalam segala tindak tanduknya, termasuk memutuskan keputusan bagi orang yang melanggar hukum, seorang hakim akan memutuskan dengan adil, sesuai dengan aturan yang telah dibuat, tidak akan memihak siapapun mau dia kaya ataupun miskin, semuanya sama diberi keputusan yang setimpal dengan perbuatan terdakwa,, akan tetapi yang menjadi permasalahan disini bagaimana mungkin ketaqwaan seorang hakim dapat dibentuk jika meninggalkan syari’at-syari’at Islam seperti shalat, puasa, zakat dan syari’at-syari’at yang lain, kalaupun mereka sudah melakukan tetapi ibadah yang dilakukannya belum ikhlas karena Allaah Ta’ala,, karena orang yang ikhlas beribadah akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allaah yaitu taqwa sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an pada awal-awal surat Al-Baqarah ayat 21: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah ayat 21),, orang yang mendirikan shalat akan terjaga dari perbuatan keji dan munkar karena itu memang tujuan dari mendirikan shalat seperti yang tercantum juga dalam Al-Qur’an: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allaah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allaah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ankabut ayat 45),, begitu jelasnya dalam ayat ini disebutkan bahwa shalat itu mencegah manusia yang mengerjakannya dari perbuata-perbuatan keji dan mungkar, akan tetapi keadaan sekarang shalat tetap dilakukan dan ma’siat pun tetap berjalan, istilahnya sekarang STMJ (Shalat terus ma’siat jalan),, shalat yang seperti ini jelas tidak akan diterima di sisi Allaah, karena shalat yang diterima di sisi Allaah adalah shalat yang bisa mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan munkar sebagaimana disebutkan dalam hadits,, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam. telah bersabda yang bermaksud : “Barangsiapa yang memelihara shalat, maka shalat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara shalat, maka sesungguhnya shalat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi
petunjuk dan jalan selamat baginya.” Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam juga telah bersabda: “10 orang shalatnya tidak diterima oleh Allaah Subhanahu Wa Ta’ala.:
1.    Orang lelaki yang shalat sendirian tanpa membaca sesuatu.
2.    Orang lelaki yang mengerjakan shalat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
3.    Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.
4.    Orang lelaki yang melarikan diri.
5.    Orang lelaki yang minum arak tanpa mau meninggalkannya.
6.    Orang perempuan yang suaminya marah kepadanya.
7.    Orang perempuan yang mengerjakan shalat tanpa memakai tudung.
8.    Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.
9.    Orang-orang yang suka makan riba’.
10.  Orang yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar.”
Sabda Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam yang bermaksud : “Barang siapa yang shalatnya tidak dapat menahannya dari melakukan  perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya shalatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allaah Subhanahu Wa Ta’ala dan jauh dari Allaah.”
Hasan radhiyallaahu ‘anhu berkata : “Kalau shalatmu itu tidak dapat menahanmu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan shalat. Dan pada hari kiamat nanti shalatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk.”
Jika kita merenungkan sabda Rasul yang cukup panjang tadi juga perkataan dari cucu Rasul seharusnya kita merasa takut karena kebanyakan dari kita yang melakukan shalat hanya sebatas melaksanakan bukan mendirikan, padahal melakukan dan mendirikan jelas dua kata yang berbeda,, disinilah letak kesalahan pemahaman yang akhirnya menyangka bahwa jika sudah melaksanakan shalat berarti sudah melaksanakan kewajiban,, padahal perintah Allaah bukan melaksanakan tapi mendirikan,, alasan kenapa Allaah memerintahkan mendirikan, karena setiap yang didirikan akan selalu diingat, sebagai contoh jika kita mendirikan sebuah bangunan yang indah maka kita akan selalu ingat bahwa kita pernah mendirikan bangunan yang indah dan tak ingin bangunan itu musnah,, sama hal nya dengan mendirikan shalat, jika seseorang mampu mendirikan shalat maka ia merasa seperti orang yang mendirikan bangunan tadi, ia akan selalu ingat kepada Allaah karena hakikat shalat untuk itu, dan ketika ia akan melakukan perbuatan ma’siat sudah tentu ia akan terjaga karena takut memusnahkan indahnya mengingat Allaah dalam hati, pikiran dan segala perbuatannya,, darisanalah orang yang mendirikan shalat bisa terjaga dari perbuatan keji dan munkar karena ia senantiasa mengingat Allaah dimanapun ia berada, dan ia akan merasa takut jika melakukan suatu dosa yang akan memudarkan Nur Ilahi dalam hatinya dan mengundang murkaNYA,,

Begitu agungnya ketetapan Allaah yang memberikan perintah kepada manusia untuk mendirikan shalat agar manusia terhindar dari perbuatan keji dan munkar, suatu ketetapan yang sangat bermanfaat untuk orang-orang yang beriman,, namun begitu merugikan bagi orang-orang yang disebutkan dalam sepuluh shalat yang tidak diterima tadi,, dengan demikian kita harus senantiasa berusaha untuk menghindari sepuluh hal tadi agar kita menjadi orang yang beruntung, yang shalat kita menjadi cahaya penerang bagi kehidupan kita di dunia dan di akhirat kelak,, sekali lagi kita harus berhati-hati untuk menjaga shalat kita mulai dari menyempurnakan wudhu, berpakaian yang bagus dan rapi, bertawadhu ketika shalat agar tercipta khusyu,, karena dengan rangkain itu insya Allaah shalat kita semua akan diterima,,
Dimulai dari menyempurnakan wudhu yang maksudnya menghayati pembersihan semua anggota wudhu mulai dari wajah, tangan sampai kaki dengan meningat dosa dan berniat untuk membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah diperbuat, agar hati kita menjadi bersih, jangan seperti orang yang disindir oleh Allaah dalam hadits qudsi: “AKU heran pada orang yang bersuci dengan air sementara hatinya masih tetap kotor”,, dan tentunya kita semua tidak ingin seperti yang disebutkan dalam hadits qudsi ini, namun nyatanya hanya sekedar keinginan tanpa disertai usaha untuk perbaikan itulah sifat manusia yang kurang meyakini dan percaya kepada Allaah dan RasulNYA,,

Hal kedua yang harus dijaga agar shalat kita diterima oleh Allaah Ta’ala adalah berpakaian yang bagus dan rapi, jika tidak mempunyai pakaian bagus minimal rapi, terlebih lagi memakai minyak wangi, kenapa harus seperti itu karena memang sudah sepantasnya Allaah melihat kita semua berpakaian indah dan wangi karena DIA yang memberikan semua karunia kepada manusia, karena DIA yang memberi rejeki kepada kita sehingga bisa membeli barang-barang dari kebutuhan pokok sampai kendaraan, jika kita belum pernah melakukan hal yang demikian maka pantas saja kekhusyuan begitu sulit kita rasakan dan dapatkan, karena bukan Allaah yang tidak memberikan kekhusyuan tapi kita semua lah yang salah dan menganggap sepele dalam berpakaian ketika menghadap Tuhan,, berbeda jika kita semua diundang oleh pejabat atau diundang dalam pesta pernikahan, kita selalu berpakaian bagus, rapi dan wangi untuk menghargai undangan, sementara diundang oleh Tuhan semesta alam, yang memberikan kehidupan dan kekayaan kita malah berpakaian seadanya,, sungguh manusia tidak pandai bersyukur kepada Tuhannya sehingga pantaslah begitu sulit didapatkan dan dirasakan ni’matnya beribadah kepada Allaah Yang Maha Rahmaan dengan kekhusyuan yang membuat kita mendapat keridhaan dan perlindungan dari berbagai kejahatan,, para sahabat dan saudaraku seiman janganlah kita semua tergolongkan ke dalam orang yang disebutkan dalam hadits qudsi: “setiap hari AKU mendatangkan rizki kepadamu sementara engkau tak pernah memujiku, dengan pemberian yang sedikit engkau tidak pernah mau lapang dada, dengan pemberian yang banyak engkau tidak juga merasa kenyang, wahai manusia setiap hari AKU mendatangkan rezeki untuk mu sementara setiap malam malaikat datang kepada KU dengan membawa catatan amal jelekmu, engkau makan dengan lahap rezeki KU namun engkau tak pernah segan - segan pula berbuat durjana kepadaKU, AKU kabulkan jka engkau memohon kepadaKU,, kebaikanKUu takpernah putus – putus mengalir untuk mu, namun sebaliknya catatan kejelekanmu sampai kepada KU tidak henti, AKUlah pelindung terbaik untukmu, sementara engkau hamba terjelek bagiku, kau rauf segala apa yang KU berikan untuk mu, KUtutupi kejelekan – demi kejelekan yang kau perbuat secara terang-terangan, AKU sungguh – sungguh malu kepadamu sementara engkau sedikitpun tak pernah malu kepadaKU, kau melupakan diriKU dan mengingat yang lain, kepada manusia engkau merasa takut sedangkan kepadaKU engkau merasa aman – aman saja, pada manusia engkau takut dimarahi tapi pada murkaKU engkau tak perduli..”

Dan hal terakhir yang harus kita lakukan agar shalat kita diterima di sisi Tuhan adalah tawadhu, atau merendahkan hati, merendahkan diri di hadapan Ilahi Rabbi yang memiliki jiwa dan raga semua makhluk yang ada di langit dan di bumi,, kekhusyuan akan didapatkan jika kita semakin tawadhu dihadapan Tuhan, karena kekhusyuan adalah akibat sedangkan tawadhu adalah sebab, seperti jika kita ingin kenyang maka yang harus kita lakukan adalah makan, tidak mungkin kita akan merasa kenyang jika kita hanya duduk diam dan tidak makan,, alasan kenapa harus tawadhu karena memang sudah sepantasnya kita berendah hati bahkan merendahkan diri di hadapan Ilahi Yang Maha Suci, karena kita semua memang makhluk yang hina dihadapanNYA, orang lain mungkin bisa tertipu dengan penampilan kita, dengan tutur kata kita, dengan kebaikan yang kita lakukan, tapi semua keburukan kita begitu nyata dihadapanNYA,, karena DIA yang menciptakan kita semua dan sudah pasti DIA mengetahui apa kekurangan dan kegiatan yang dilakukan makhluk-makhluk ciptaanNYA,, sebagai contoh di film-film yang pernah atau sering kita tonton, jika ada sebuah robot yang diciptakan oleh seorang professor sudah pasti professor itu mengetahui titik lemah dan kekurangan dari robot tersebut, hal ini tidak jauh berbeda dengan Allaah yang menciptakan kita semua,, sehingga pantaslah kita merendahkan hati dan diri di hadapanNYA,, dan perintah merendahkan diri pun tersirat dalam gerakan pertama dalam shalat dimana kita menyebutkan Allaahu Akbar ketika takbiratul ihram yang merupakan gerakan pertama yang dilakukan untuk mendirikan shalat,, Subhanallaah, jelas ini bukan suatu kebetulan tapi suatu ketetapan yang mengandung hikmah kebaikan di dalamnya,, Allaah sengaja membuat kalimat Allaahu Akbar pada gerakan pertama shalat agar kita semua bertawadhu di hadapanNYA, tidak ada lagi yang besar kecuali Allaah Yang Maha Besar dalam segala karunia dan ketetapanNYA,, hanya saja karena terlalu banyak memikirkan kehidupan dunia yang ada ketika mengucapkan Allaahu Akbar bukan Maha Besar Allaah yang terbayangkan melainkan bayangan-bayangan lain yang hadir dalam pikiran, seperti tiba-tiba ingat barang yang hilang atau lupa melakukan suatu kegiatan,,

Rangkaian dari mulai wudhu yang sempurna, berpakaian bersih, rapi dan wangi, kemudian bertawadhu dengan sepenuh hati ketika menghadap Ilahi adalah kegiatan yang harus dilakukan supaya dengan itu semoga saja Allaah menerima shalat kita dan menjadikan shalat kita sebagai cahaya,, jika masih ada yang bingung anda kenapa harus melakukan itu semua, coba kita bayangkan saja orang yang mau melamar wanita yang dicintanya, meskipun si pria itu tampan tapi jika tidak bersuci terlebih dahulu sebelum bertemu, tidak berpakaian bersih, rapi dan wangi lalu menyombongkan diri dihadapan wanita yang dilamarnya tadi, besar kemungkinan lamarannya tidak akan diterima, berbeda dengan orang yang biasa saja namun sebelum bertemu, pemuda itu membersihkan diri terlebih dahulu, kemudian memamakai pakaian yang rapi dan wangi meskipun tidak bagus karena berasal dari keluarga sederhana, lalu berangkat menemui yang dicintanya dengan penuh kerendahan hati, besar kemungkinan lamaran itu diterima oleh orang tua wanita yang dicintainya,, kurang lebih seperti itulah contoh agar kita mempersiapkan diri sebelum mendirikan shalat karena proses mendirikan memang lebih panjang daripada hanya melakukan, tapi hasil dari mendirikan lebih bermanfaat dari melakukan, semoga dengan melakukan tiga hal tadi shalat kita diterima di sisi Allaah dan shalat itu bisa menjadi cahaya juga pencegah dari perbuatan keji dan munkar,,
Adapun empat sifat ideal seorang hakim yang belum dibahas secara otomatis akan ada pada orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Maha Kuasa, dan ke empat sifat itu adalah Sifat Cakra (senjata ampuh penegak keadilan) melambangkan sifat adil, baik di dalam maupun di luar kedinasan. Dalam kedinasan, hakim bersikap adil, tidak berprasangka atau memihak, bersungguh-sungguh mencari kebenaran dan keadilan, memutuskan berdasarkan keyakinan hati nurani, dan sanggup mempertanggung jawabkan kepada Tuhan. Di luar kedinasan hakim bersifat saling menghargai, tertib dan lugas, berpandangan luas dan mencari saling pengertian. Candra (bulan) melambangkan kebijaksanaan dan kewibawaan. Dalam kedinasan, hakim harus memiliki kepribadian, bijaksana, berilmu, sabar, tegas, disiplin dan penuh pengabdian pada profesinya. Di luar kedinasan, hakim harus dapat dipercaya, penuh rasa tanggung jawab, menimbulkan rasa hormat, anggun, dan berwibawa. Sari (bunga yang harum) menggambarkan hakim yang berbudi luhur dan berperilaku tanpa cela. Dalam kedinasannya ia selalu tawakal, sopan, bermotivasi meningkatkan pengabdiannya, ingin maju, dan bertenggang rasa. Di luar kedinasannya, ia selalu berhati-hati, sopan dan susila, menyenangkan dalam pergaulan, bertenggang rasa, dan berusaha menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya. Tirta (air) melukiskan sifat hakim yang penuh kejujuran (bersih), berdiri di atas semua kepentingan, bebas dari pengaruh siapapun, tanpa pamrih, dan tabah. Sedangkan di luar kedinasan, ia tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan dan kedudukannya, tidak berjiwa aji mumpung dan senantiasa waspada,,

Begitu berat beban dan tugas seorang hakim yang sekarang banyak disalah gunakan, karena sifat-sifat ideal yang harus ada pada diri seorang hakim itu begitu berat, namun semua itu akan dimudahkan oleh Allaah kepada hambaNYA yang bertaqwa yang merupakan sifat ideal pertama yang harus ada pada diri seorang hakim,, jika manusia saja dengan segala kekurangan dan sifat aslinya yang hina dina bisa menjadi seorang hakim atau orang yang membuat keputusan, maka pantaslah Allaah Subhanahu Wa Ta’ala mempunyai Asmaul Husna Al-Hakam yang maksudnya Yang Memutuskan Hukum, dan bagi orang yang beriman hukum Allaah tidak akan berat dan akan terasa bermanfaat, hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: “Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allaah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)." (Al-Mu’min ayat 48)

BILLAAHI FI SABILIL HAQ
Continue reading →
Rabu, 03 Oktober 2012

Al-Bashiir

0 komentar
BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM

Bermata tapi tak melihat, sungguh sebuah peribahasa yang mempunyai makna yang sangat mendalam, dan peribahasa ini memang cocok sekali untuk kita bahas karena memang keadaan sekarang sudah begitu banyak orang-orang seperti ini bahkan mungkin kita termasuk diantara golongan seperti ini, yang mempunyai mata tapi tak melihat,,


Sudah kita ketahui bahwa yang namanya mata adalah alat yang sangat penting sekali dalam kehidupan, bahkan semua kegiatan tidak akan maksimal bisa dilakukan jika tidak mempunyai mata, jika masih ragu coba saja suruh orang yang bisa melihat dan orang yang buta untuk memindahkan suatu barang ke suatu tempat, dan hasilnya sudah pasti akan lebih cepat orang yang bisa meilhat daripada orang yang buta,,


Tak hanya kegiatan yang dilakukan oleh anggota badan bahkan tumbuhnya suatu perasaan pun berasal dari mata sebagaimana pribahasa yang mengatakan dari mana datangnya lintah dari darat turun ke kali, dari mana datangnya cinta dari mata turun ke hati,, begitu hebatnya suatu alat yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Rahmaan yang seharusnya kita syukuri dengan menggunakannya untuk hal-hal yang baik seperti menggunakan untuk membaca Al-Qur’an, membaca kitab-kitab yang lain, melihat kebesaran Tuhan yang ada pada alam kemudian mengambil pelajaran dari setiap penciptaan yang telah Tuhan hadirkan dalam setiap pandangan insan,, namun semua itu hanyalah cerita lama yang hanya ada pada zaman Rasul dan para sahabatnya, meski memang saat sekarang masih ada orang-orang yang menggunakan matanya untuk kebaikan,,


Dalam ilmu biologi mata adalah organ yang mendeteksi cahaya, suatu hal yang memang bukan suatu kebetulan, tapi merupakan suatu kebenaran dan bukti kekuasaan Tuhan,, Allaah menciptakan mata sebagai organ pendeteksi cahaya, itu berarti jika kita dapat mendeteksi cahaya berarti kita dapat melihat mana yang gelap dan mana yang terang, dengan itu juga kita dapat membedakan bermacam-macam benda dan mengenal juga lingkungan, darisana berarti kita bisa menyimpulkan bahwa ada kaitan antara mata dan hati yang sama-sama berhubungan dengan cahaya, jika mata berhubungan dengan cahaya seperti matahari, api, lampu dan lain-lain, sedangkan hati membutuhkan cahaya petunjuk dari Ilahi atau yang lebih sering kita kenal dengan nama Nur Ilahi,,


Dan hubungan antara mata dan hati sudah tadi dikatakan lewat sebuah pribahasa dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati, itu berarti bahwa untuk mencintai seseorang berarti kita harus bisa melihat agar bisa merasakan cinta dalam dada, dengan kata lain mata harus mentransfer cahaya tadi ke hati agar bisa merasakan cinta, cinta kepada Allaah dan RasulNYA juga cinta kepada orang-orang yang mencintai Allaah dan RasulNYA, dalam hal ini mungkin akan timbul pertanyaan jika memang cinta itu asalnya dari mata turun ke hati berarti susah dong untuk mencintai Rasul karena tidak pernah bertemu dengan beliau apalagi harus melihat Allaah yang merupakan suatu mustahil,, dan jawabannya memang tidak mungkin bagi kita untuk melihat Rasul dan para sahabat apalagi Allaah dalam bentuk wujud, tapi kita bisa melihat Allaah dan RasulNYA dari bukti-bukti yang ada pada kita saat ini, dari sejarah-sejarah yang sudah banyak diceritakan, dan dari Al-Qur’an yang merupakan Kalamullaah yang diturunkan sebagai petunjuk dan pedoman kehidupan bagi orang-orang yang beriman,, dan mungkin akan timbul pertanyaan lagi apakah mungkin akan timbul cinta kepada Allaah dan RasulNYA hanya dari Al-Qur’an saja, dan hanya dari cerita saja, jawabannya adalah mungkin, kita ambil contoh kehidupan sehari-hari supaya bisa lebih memahami dan meyakini lagi, karena manusia sekarang tidak akan gampang percaya kalau tidak ada bukti, contohnya seperti ini jika ada seorang pemuda yang dikenalkan oleh saudaranya untuk menikah dengan seorang wanita dan si pemuda itu mau, dan karena sebuah aturan mereka tidak bertemu sebelum ijab qabul dahulu, akhirnya si pemuda dan si gadis tadi bertukar pesan lewat sebuah tulisan, kalau zaman dulu lebih kita kenal dengan yang namanya surat cinta,, mungkin jika diantara kita ada yang pernah mengalaminya berkomunikasi lewat sebuah tulisan atau surat cinta pasti kita akan merasa senang dan bahagia ketika menerima surat dari seorang perempuan yang belum pernah bertemu tapi karena yakin dan percaya kepada orang yang sudah mengenalkannya maka timbulah kecintaan si pemuda kepada gadis tersebut dari tulisan-tulisan dan cerita dari saudaranya tadi,,


Seperti itulah cinta dapat tumbuh meski tidak melihat wujudnya tapi bisa melihat keindahan pribadinya meski hanya lewat sebuah tulisan,, sama hal nya dengan cinta kita kepada Allaah dan RasulNYA dapat tumbuh dalam hati kita jika kita yakin dan percaya juga sering membaca surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an juga membaca perkataan-perkataan Rasul yang sudah dituliskan dalam kitab-kitab berupa kumpulan hadits-hadits,, sekarang yang menjadi pertanyaan apakah kita sudah meyakini dan mempercayai kepada Allaah dan RasulNYA,, apakah kita sering membaca surat-surat Al-Qur’an dan hadits-hadits yang telah dikumpulkan agar kita bisa mencintai Allaah dan RasulNYA?,, jika memang belum melakukan maka pantas saja mencintai Allaah dan RasulNYA begitu sangat susah,, dan jika sudah melakukan tapi belum bisa merasakan cinta kepada Allaah dan RasulNYA maka patut dipertanyakan sejauh mana kita melakukan perintah dan menjauhi larangan yang tersurat dalam Al-Qur’an maupun hadits-hadits yang telah banyak ditinggalkan,,


Ada yang mengatakan bahwa mata adalah jendela hati, hal ini benar juga adanya, karena jika mata dibuka bukan pada tempatnya atau digunakan untuk melihat apa yang bukan menjadi haknya maka hati yang tadinya bercahaya akan tertutup sinarnya oleh dosa yang dilakukan oleh mata,, sedangkan orang yang belum mempunyai cahaya dalam hatinya justru akan semakin tertutup pintu hati sehingga cahaya menjadi sulit untuk memasukinya,, dengan demikian berarti bisa kita simpulkan bahwa yang namanya mata itu harus dijaga supaya tidak mengotori hati,,


Perintah untuk menjaga mata telah tercantum dalam Al-Qur’an, Allaah berfirman: “ Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yang beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kehormatannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, apa yang mereka perbuat." "Katakanlah kepada wanita yang beriman :"Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kehormatannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…” (An-Nuur ayat 30)


Dalam ayat tersebut begitu jelas larangan untuk orang-orang yang beriman baik itu laki-laki maupun perempuan agar menahan pandangan, memelihara kehormatan, seharusnya jika memang kita semua mengaku beriman, kita harus melaksanakan anjuran untuk menahan pandangan, dan sudah pasti akan timbul pertanyaan kenapa harus menahan pandangan, bukankah mata itu diciptakan untuk dilihat, jawabannya memang benar mata diciptakan untuk melihat, tapi melihat yang menjadi hak nya, melihat istrinya, dan melihat keluarganya apakah dalam keadaan baik atau tidak, karena mata diciptakan adalah untuk melihat keadaan sekitarnya apakah baik atau tidak, jika tidak baik maka harus diluruskan agar menjadi baik, jika tidak mempunyai mata untuk melihat tidak mungkin kita akan mengetahui bagaimana keadaan keluarga dan orang-orang yang kita sayangi,, disanalah seharusnya mata kita ini berperan bukan digunakan untuk melihat lawan jenis yang mempunyai keindahan yang rupawan,, selain itu Rasul juga bersabda mengenai kegiatan yang dilakukan mata dengan sabdanya: “Pandangan mata itu (laksana) anak panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis. Barangsiapa menahan pandangannya dari keindahan-keindahan wanita, maka Allaah mewariskan kelezatan di dalam hatinya, yang akan dia dapatkan hingga hari ia bertemu dengan Tuhannya.” (Riwayat Ahmad).  Beliau juga pernah memerintahkan seorang sahabat untuk memalingkan pandangannya ketika yang bersangkutan dengan tidak sengaja melihat wanita bukan mahramnya. “Janganlah engkau susuli pandangan dengan pandangan lagi, karena yang pertama menjadi bagianmu dan yang kedua bukan lagi menjadi bagianmu (menjadi bagian syetan).” (Riwayat Ahmad, Tirmidzi dan Abu Daud),, dalam hadits tadi Beliau shalallaahu ‘alaihi wasalam mengibaratkan bahwa pandangan adaah panah beracun dari berbagai macam anak panah iblis maksud dari hadist ini wallaahu a’lam,, anak panah yang beracun dari berbagai macam anak panah iblis mempunyai maksud bahwa kita harus berhati-hati dari pandangan itu sendiri, karena jika kita tidak menjaga pandangan berarti kita tidak berhati-hati dari anak panah iblis yang selalu siap menghancurkan manusia kapanpun dan dimanapun karena itu sudah menjadi janjinya untuk menghancurkan manusia dengan jalan menyesatkannya yang salah satunya adalah dengan cara agar tidak bisa menjaga pandangan mata,,


Betapa liciknya iblis dan keturunanannya yang bernama syaithan menjebak manusia dengan cara memperlihatkan keindahan-keindahan wanita, dalam setiap bentuk tubuhnya meskipun memakai kerudung, apalagi wanita-wanita yang berpakaian serba mini seperti orang yang kurang mampu membeli pakaian sehingga memakai pakaian pun hanya yang kecil-kecil yang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya,, dan celakanya para wanita yang berpakaian seperti itu malah bangga, bangga akan perbuatan dosanya, padahal perbuatannya mengundang murka Yang Maha Kuasa, tak cukup hanya itu para wanita seperti itu justru malah menghina wanita muslimah yang berjilbab seutuhnya dengan sebutan munafik, padahal dia sendiri yang munafik mengaku beriman dan beragama Islam, tapi berpakaian seperti kaum yang kena kutukan,,

Wahai wanita yang mengaku beriman, apakah kalian tidak menyadari dosa-dosa yang ditimbulkan dari cara kalian berpakaian dihadapan para kaum adam, bagaimana kalian ingin dihargai oleh orang lain jika kalian sendiri tidak menghargai orang dengan cara berpakaian yang memperlihatkan keindahan, yang seharusnya kau tutupi dan kau bukakan di depan suami yang kau cintai kelak agar kamu mendapat kebahagiaan,, wahai wanita yang beriman tak sadarkah kalian bahwa cara berpakaian seperti itu akan membawa kalian kedalam jurang kenistaan, tak sedikit yang menjadi korban perkosaan, dan di akhirat kelak kalian tidak akan mencium bau surga yang harumnya tercium dari jarak yang jauh sebagaimana disebutkan dalam hadits: Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Ada dua golongan ahli neraka yang tidak pernah aku lihat sebelumnya; sekelompok orang yang memegang cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk mencambuk manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang, mereka berjalan melenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak bisa mencium aromanya. Sesungguhnya aroma jannah tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Riwayat Muslim),, wahai wanita yang mengaku beriman yang namanya perhiasan itu tertutup rapi tak ada yang boleh menyentuhnya selain orang yang sudah membelinya,, janganlah seperti buah-buahan di pinggir jalan yang bisa diraba-raba lalu dicoba terlebih dahulu,,


Wahai kaum adam yang mengaku beriman, jagalah pandangan kalian meski keadaan di sekitar menyulitkan kalian, yakin dan percayalah kepada janji Allaah bahwa DIA akan mewariskan kelezatan dalam hati yang tak akan diberikan kepada orang yang mengobral pandangan,, jika kalian tak sengaja memandang dalam pandangan yang pertama janganlah memandang untuk kedua kalinya, karena dalam pandangan kedua kalian telah mengikut sertakan musuh kalian yang bernama syaithan untuk berzina mata dan hati,, sibukkanlah mata kalian untuk membaca-baca ayat Al-Qur’an dan bacaan-bacaan yang akan meningkatkan keimanan,,

Setelah penjelasan tadi mungkin kita semua sudah mengerti maksud dari bermata tapi tak melihat, dan maksud dari pribahasa itu adalah mempunyai mata tapi tidak dipergunakan untuk melihat kebesaran-kebesaran Tuhan, membaca ayat-ayat Al-Qur’an, mengambil pelajaran dari setiap penciptaan, mungkin tidak akan menjadi masalah jika tidak ada hukuman atau ancaman, tapi hal ini adalah ancaman yang besar dan suatu penghinaan bagi orang yang tidak mau memikirkan sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raaf ayat 179),, seharusnya kita waspada dengan apa yang disebutkan dalam ayat barusan, mungkin saja kita semua termasuk dari banyaknya yang manusia yang mengisi neraka, mungkin saja kita semua adalah orang yang mempunyai hati tapi tidak mempergunakan ayat-ayat Ilahi, mungkin saja kita semua adalah orang yang mempunyai mata tapi tidak menggunakan untuk melihat kebesaran Allaah dalam setiap penciptaan, seperti adanya siang dan malam yang di dalamnya bisa kita petik pelajaran sebagai suatu gambaran perbedaan antara orang yang beriman dan orang yang kafir,, mungkin saja kita semua adalah orang yang tidak mempergunakan telinga untuk mendengar ayat-ayat Allaah tapi kita malah mendengarkan nyanyian-nyanyian yang menyesatkan,, dan karena itu semua pantas saja Allaah menyebutkan bahwa manusia seperti itu lebih sesat dari binatang ternak, karena binatang ternak itu gampang diatur, disuruh ke kanan pasti pergi ke kanan, disuruh ke kiri pasti pergi kekiri, sedangkan manusia seperti yang tadi disebutkan justru sangat sulit diatur sehingga pantas saja disebut lebih sesat dari binatang ternak,,

Jika orang yang buta mata biasa saja tidak bisa mengerjakan sesuatu sebagaimana orang yang bisa melihat normal, maka sudah pasti orang yang mata hatinya buta juga tidak akan bisa melihat kebesaran dan keagungan Tuhan dalam segala penciptaan, dan penyebab butanya mata hati adalah ketidak pandaian manusia dalam menahan atau menjaga pandangannya dari hal-hal yang dilarang oleh agama,, darisanalah semakin bertambah dosa-dosa mengotori hati yang membuat mata hati tak bisa lagi menerima cahaya petunjuk dari Ilahi sebagaimana mata yang ada di kepala menerima cahaya sehingga bisa melihat dunia

Begitu hebatnya manusia dengan penglihatannya sudah tentu Allaah Sang Pencipta Maha Hebat karena DIA memiliki Asma wa Sifat yang disebut dalam Asmaul Husna dengan Al-Bashiir sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an. “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian dia bersemayam di atas ´arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allaah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadid Ayat 4)

BILLAAHI FI SABILIL HAQ
Continue reading →

As-Samii'u

1 komentar
BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM

Perhatian, tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak menyukai sifat perhatian, entah itu perhatian dari teman, pasangan, dan orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan,, akan tetapi kita lupa terhadap perhatian yang lebih penting lagi dari perhatian yang disebutkan tadi, dan perhatian itu adalah perhatian dari Tuhan yang telah memberi kita semua kehidupan,,

Tapi karena kebodohan dan ketidaktahuan kita tentang sifat Allaah yang selalu memperhatikan setiap perbuatan yang dilakukan oleh para makhlukNYA akhirnya tidak dapat merasakan perhatian DIA kepada kita semua,, bahkan karena tidak merasa ada yang memperhatikan, tak jarang orang-orang terjerumus ke dalam jurang yang dibenci oleh Yang Maha Penyayang,, tak jarang kita semua membicarakan sesuatu yang DIA tidak sukai,, dan mungkin sudah sering kita mengucapkan kata-kata yang mengeluh karena tidak dapat menerima keputusan yang telah ditetapkan,, padahal larangan untuk mengeluh sudah tercantum dalam kitab Al-Qur’an yang katanya kitab pedoman kehidupan bagi seluruh insan,, Allaah berfirman: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan. (Al-Ma’arij ayat 19-35)

Begitu jelas dan benarnya firman Allaah tadi bahwa manusia diciptakan berkeluh kesah lagi kikir, hal itu terbukti ketika manusia sedang ada dalam kesusahan, kekurangan harta dan kepayahan mereka mengeluh dan kebanyakan mengatakan Allaah tidak sayang kepadanya karena tidak memberikan harta kekayaan, padahal sayangnya Allaah kepada manusia bukan dilihat dari banyaknya harta dan tingginya tahta, tapi dari seberapa besar manusia itu bertakwa kepadaNYA,, dan ketika tiba Allaah memberikan ujian dengan harta kekayaan kepada orang yang mengeluh tadi, rasa syukur pun tak akan datang kepada orang yang masih punya penyakit dalam hati, karena orang-orang seperti ini menganggap harta yang dimiliki adalah hasil usahanya sendiri seperti kisah qarun yang diceritakan pada minggu lalu,,

Meski manusia diciptakan dengan penyakit keluh kesah lagi kikir, kabar gembiranya tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya, dan kita juga sudah mengetahui bahwa Al-Qur’an selain petunjuk dan pedoman juga obat bagi orang-orang yang beriman, dalam ayat berikutnya disebutkan cara-cara untuk mengobati dan menghindarkan diri dari sifat keluh kesah dan kikir,, yang pertama adalah orang yang mengerjakan shalatnya dan tetap mengerjakan shalat atau dengan kata lain istiqamah, orang yang tetap istiqamah dalam shalatnya adalah orang yang disukai oleh Allaah alasannya pertama karena shalat pada waktunya adalah perbuatan yang disukai oleh Allaah, selain itu orang yang melakukan amal yang istiqamah juga merupakan perbuatan yang disukai oleh Allaah, sebagaimana disebutkan dalam hadits : “Ya Nabi shalallaahu ‘alaihi wasalam, amalan apa yang paling disukai Allaah Subhanahu Wa Ta’ala ? Nabi shalallaahu ‘alaihi wasalam menjawab, "shalat tepat pada waktunya". Ibnu Mas'ud bertanya lagi, " kemudian apa lagi ?". Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wasalam menjawab "berbakti kepada orang tua". Ibnu mas'ud bertanya lagi, "kemudian apa lagi ya Rasulillaah ?". Rasulillaah shalallaahu ‘alaihi wasalam menjawab "Berjihad di jalan Allah". Hadist diriwayatkan oleh mutafaqalaih

Qutaibah menuturkan kepada kami dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah -radhiyallahu’anha-, dia berkata, “Amal yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya.” (Riwayat Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq)

Muhammad bin Ar’arah menuturkan kepadaku. Dia berkata; Syu’bah menuturkan kepada kami dari Sa’d bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Aisyah radhiyallahu’anha, dia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam pernah ditanya, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’. Maka beliau menjawab,”Yaitu yang paling kontinyu, meskipun hanya sedikit.” Beliau juga bersabda, “Bebanilah diri kalian dengan amal-amal yang mampu untuk kalian kerjakan.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq),, jika menyimak shalat pada waktunya dan istiqamah dalam beribadah merupakan amal yang paling dicintai Allaah, maka pantas saja Allaah memberikan kecintaan kepada hambaNYA salah satunya dalam bentuk membebaskan manusia dari sifat keluh kesah dan kikir tadi,,

Tapi ironinya keadaan saat ini sungguh sangatlah jauh dari generasi terdahulu yang rabbani karena generasi saat ini sudah mencintai kehidupan duniawi dan melupakan kehidupan ukhrawi, sudah tidak memenuhi hak Allaah karena lebih mendahulukan hak manusia ataupun hak dirinya sendiri, sekarang silakan renungkan dan tanyakan kepada diri masing-masing, apakah kita sudah beristiqamah dalam beribadah, istiqamah dalam berjama’ah, atau kita selama ini hanya beristiqamah dalam hal-hal yang mubah bahkan tak jarang melakukan perbuatan terus menerus yang akibatnya menimbulkan musibah,,

Orang-orang yang dibebaskan oleh Allaah dari sifat keluh kesah dan kikir adalah  orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), mereka yang berbuat seperti ini dibebaskan oleh Allaah karena sifat mereka yang dermawan, menolong orang-orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa namun tidak meminta,, orang-orang seperti ini tidak akan mempunyai sifat keluh kesah karena mereka mengetahui ada yang lebih kekurangan lagi daripada mereka, dan sifat kikir pun tak akan ada dalam diri mereka karena mereka juga mengetahui bagaimana rasanya kekurangan jika mereka berada dalam keadaan orang-orang miskin yang membutuhkan,, namun jika kembali lagi berkaca pada kenyataan sekarang ini sungguh sangat jauh sekali dengan apa yang disebutkan ayat ini, karena para orang kaya sekarang jangankan memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan bantuan tapi tidak meminta, orang yang membutuhkan bantuan sambil meminta pun malah terkadang dihina terlebih dahulu sebelum diberi,, mari kita kembali merenungkan kembali sejauh manakah kita menerapkan konsep Islam dalam diri, apakah sudah memikirkan bagaimana cara memberi dan berbagi atau hanya memikirkan diri sendiri dan memperkaya diri?,,

Dalam ayat berikutnya disebutkan orang yang tidak memiliki sifat keluh kesah dan kikir adalah orang yang percaya akan hari pembalasan, itu terjadi karena keyakinan dalam hatinya begitu kuat bahwa apa yang dia lakukan akan dimintai pertanggung jawaban,, sama halnya dengan orang yang menanam pohon buah atau tumbuh-tumbuhan, jika orang tersebut menanam pohon jambu maka sudah pasti pohon tersebut akan menghasilkan jambu tidak mungkin akan menghasilkan pisang, atau petani yang menanam padi sudah pasti hasil yang dipetiknya akan beras bukan gandum,, begitulah gambaran dari hari pembalasan yang akan kita semua hadapi di masa depan,, orang yang percaya hari pembalasan tidak akan pernah mengeluh karena takut akan membuat hatinya menjadi keruh,, sebagaimana peringatan yang diberikan Allaah kepada kita semua dalam hadits Qudsi: Allaah berfirman:
wahai manusia barangsiapa berduka karena persolan dunia maka ia hanya akan kian jauh dari Allaah kian nestapa didunia dan semakin menderita diakhirat,, Allaah akan mengjadikan hati orang tersebut dirundung duka selamanya, kebingungan yang tak berakhir, kepapaan yang berlarut – larut dan angan – angan yang selalu mengusik ketenangan hidupnya,, ia juga tidak akan kikir jika memiliki harta, karena ia adalah orang yang berpikir bahwa kesengan hidup di dunia hanyalah sementara dan memang tercantum dalam Al-Qur’an mengenai harus menyebut-nyebutnya dengan bersyukur, Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). (Adl-Dhuha ayat 11)

Orang-orang yang takut akan azab Tuhannya juga akan menghindari sifat keluh kesah dan kikir dengan cara bersabar dan bersyukur sebagaimana sabda Rasul shalallaahu ‘alaihi wasalam: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallaahu ‘anhu),, mereka akan terus merasa tidak aman dari azab Allaah karena mereka mengetahui dari Al-Qur’an bahwa yang merasa aman dari azab Allaah hanyalah orang-orang kafir,, “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berada) di atas langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berada) di atas langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?” (Al Mulk ayat 16-17)

Orang-orang berikutnya yang terbebas dari sifat keluh kesah dan kikir adalah orang yang menjaga kehormatannya dan tidak mencari kesenangan lain selain istri mereka karena jika mereka mencari kesenangan lain berarti tidak ikhlas menerima jodoh yang telah ditakdirkan oleh Tuhannya dan jika tidak ikhlas maka akan berkeluh kesah,,

Tiga macam orang berikutnya yang terbebas dari sifat keluh kesah dan kikir adalah orang yang memelihara amanat dan memegang janji yang ada pada mereka, orang-orang seperti mereka inilah yang seharusnya yang pantas dijadikan pemimpin, bukan orang yang suka mengeluh ketika mendapat masalah, orang yang memegang janji dan amanat pantas juga terbebas dari kikir karena mereka sadar jika harta yang dimilikinya adalah amanat yang harus ditunaikan kepada orang-orang yang membutuhkan,, bukan seperti kebanyakan orang-orang yang diberi kepercayaan untuk mengelola kekayaan tapi malah mempergunakan untuk kepentingannya,,

Orang yang memberikan kesaksian dan orang-orang yang memelihara adalah dua hal yang berkaitan erat karena memberi kesaksian adalah pembuktian dari syahadat yang telah diucapkan dan memelihara shalat adalah suatu keharusan bagi orang yang sudah mengucapkan dua kalimat syahadat,, karena yang namanya iman tak hanya cukup diucapkan dalam lisan tapi juga harus dilakukan dalam bentuk perbuatan yang awal baiknya suatu perbuatan berasal dari pemeliharaan shalat, karena shalat adalah tiang agama dan juga pencegah perbuatan keji dan munkar,, dengan demikian orang-orang seperti ini dengan izin Allaah akan disembuhkan dari penyakit keluh kesah dan kikir yang tidak sepantasnya ada pada diri orang-orang yang memelihara shalat,, seperti kutipan hadits yang disabdakan Rasul shalallaahu ‘alaihi wasalam: Dari Abdullah bin Umar radhiyallaahu ‘anhu., dari Nabi shalallaahu ‘alaihi wasalam., sesungguhnya pada suatu hari beliau mengingatkan masalah shalat, lalu beliau bersabda, '' Barangsiapa menjaga shalat, maka shalatnya akan menjadi cahaya, pembela, dan penyelamatan baginya pada hari kiamat. Dan barangsiapa tidak menjaga shalatnya, maka tidak ada cahaya, pembela dan keselamatan baginya, dan pada hari Kiamat ia akan dikumpulkan bersama Fir'aun, Hamman dan Ubay bin Khalaf. '' (Ahmad, Ibnu Hibban).


Dan balasan yang diberikan untuk orang-orang yang berbuat kebaikan seperti tadi disebutkan adalah surga yang merupakan tempat keridhaan dan bertemu dengan Allaah Yang Maha Rahmaan,, dan bisa kita simpulkan bahwa semua perbuatan yang baik yang tadi disebutkan adalah suatu perhatian manusia terhadap Tuhannya dengan mendengarkan segala perintahNYA dan menjauhi segala laranganNYA, bukan seperti umat sebelumnya yang mendengar tapi tidak mau melaksanakan perintahNYA,, dan Allaah pun yang memberikan perhatian kepada manusia untuk mendengarkan segala perintahNYA yang telah tercantum dalam Qur’an juga hadits yang telah diajarkan dengan memberikan balasan mendengar segala do’a-do’a hambaNYA karena DIA adalah Maha Mendengar, sehingga pantaslah Allaah memiliki Asmaul Husna As-Samii’u yang artinya Maha Mendengar, karena sifat manusia yang mendengar pun menjadikan manusia baik, apalagi Allaah Yang Maha Mendengar sudah pasti akan lebih baik lagi karena Allaah adalah Maha segalanya, sesuai dengan dalil yang tercantum dalam Al-Qur’an: Maha Suci Allaah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Israa’ ayat 1)



BILLAAHI FI SABILIL HAQ
Continue reading →

Al-Mudzdzill

0 komentar
BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM
Jika kita mendengar kata hina, pasti yang terlintas dalam pikiran kita semua adalah sesuatu yang buruk dan tak berharga, jika disebut pada manusia pasti manusia itu adalah orang yang tidak mempunyai harta, memakai pakaian yang sudah bertambalkan, tinggal di kolong jembatan, dan makan dari sisa makanan orang yang telah dibuang,, dan jika disebut pada binatang sudah pasti akan disebut binatang itu adalah binatang yang diharamkan menurut Islam,, mungkin benar adanya orang yang tak mempunyai harta dianggap hina dihadapan manusia, tapi belum tentu hina dihadapan Allaah Yang Maha Mulia,, mereka yang menganggap hina orang yang tak mempunyai harta karena mereka hanya berpikiran sempit dan mengartikan segala sesuatu dengan uang dan kekayaan, karena dalam benak orang seperti adalah segala sesuatu itu butuh uang, tapi mereka lupa bahwa segala sesuatu tidak dapat dibeli dengan uang,, dan yang tidak dapat dibeli dengan uang adalah iman,, mereka bisa membeli kendaraan, mereka bisa membeli tempat tinggal, bahkan yang mengerikan mereka juga bisa membeli kehormatan orang yang pikirannya sudah dikuasai kesenangan dunia yang dibisikan oleh syaithan,, tapi semua itu tidak berlaku untuk iman, karena iman tidak dapat dijual beli dengan uang berapapun harganya,, meski tak jarang orang-orang menggadaikan petunjuk yang telah diberikan untuk meraih keimanan, dengan harta kekayaan yang dikiranya sumber kebahagiaan padahal sesungguhnya adalah sumber kesengsaraan,, 

Kesengsaraan yang ditimbulkan dari memiliki kekayaan bukan kesengsaraan seperti tidak bisa makan atau tidak mempunyai pakaian, kesengsaraan disini adalah kesengsaraan tidak memanfaatkan kekayaan untuk berbuat kebaikan sebagaimana telah diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Rahmaan dan dicontohkan oleh Rasulullaah shalAllaahu ‘alaihi wasalam,, jika kesengsaraan ini tak segera dihentikan dengan merubah sifat bakhil menjadi sifat dermawan, maka harta kekayaan yang dibanggakan pun akan kembali diambil dan manusia yang dititipinya pun akan diazab dengan berat sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an tentang kerabat dekat dari Nabi Musa ‘alaihi salam yang bernama qarun, dalam Surat Al-Qasas diceritakan: “Sesungguhnya qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allaah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allaah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allaah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allaah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allaah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Maka keluarlah qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar." Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allaah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar." Maka Kami benamkanlah qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allaah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan qarun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allaah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allaah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allaah)." (Al-Qashash ayat 76-82) selain ayat ini larangan Allaah untuk tidak mengikuti jejak orang-orang yang menyakiti nabi Allaah tersurat dalam surat Al-Ahzab ayat 69,, Allaah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka ALLAAH membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allaah.”

Ayat yang begitu panjang tadi begitu banyak menyimpan pelajaran yang bisa kita petik kebaikan untuk menjadi seorang hamba yang diridhai oleh Tuhan, tapi kita coba merenungkan teguran dari kaum Nabi Musa kepada kerabat dekatnya, dimana teguran pertama yang tadi disebutkan adalah, jangankan kamu terlalu membanggakan diri, karena Allaah tidak menyukai orang-orang yang terlalu menyombongkan dirinya,, dan makhluk Allaah yang pertama kali terlalu membanggakan diri itu tidak lain dan tidak bukan adalah makhluk yang bernama iblis,, sebelum Nabi Adam ‘alaihi salam diciptakan, iblis adalah seorang hamba Allaah yang begitu taat beribadah, bahkan menjadi makhluk kebanggan dari malaikat Jibril ‘alaihi salam,, tapi setelah diciptakan Nabi Adam dan turun perintah Tuhan untuk sujud kepada Nabi Adam, namun iblis menolak perintah itu karena dia merasa lebih mulia karena diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam diciptakan dari tanah, karena membanggakan diri inilah iblis yang tadinya mempunyai bentuk yang indah malah dikutuk menjadi makhluk yang buruk dan calon penghuni neraka yang sudah ditetapkan,, cerita ini begitu sering diulang dalam Al-Qur’an supaya kita selaku manusia selalu ingat agar tidak membanggakan diri sebagaimana iblis membanggakan diri,, mungkin inilah jawaban dari pertanyaan yang dilemparkan seorang santri kepada kyai nya dengan bertanya kenapa begitu sering cerita tentang Nabi Adam dan Iblis diulang, dan jawabannya supaya manusia tidak berbuat seperti iblis yang mendapat kutukan,, begitu Maha Penyayangnya Allaah kepada para hambaNYA dengan terus mengulang-ulang cerita tadi karena Allaah mengetahui bahwa manusia itu mempunyai sifat pelupa yang harus senantiasa diingatkan, namun semua itu menjadi sia-sia adanya jika yang diingatkan tidak pernah mau mengikuti petunjuk yang diberikan sebagaimana keadaan manusia sekarang,, kebanyakan manusia saat ini berlomba dalam mencari kekayaan agar mendapat pujian, bukannya berlomba untuk berbuat kebaikan agar mendapatkan keridhaan dari Tuhan,, lalu sejauh manakah kita sudah melangkahkan kaki?,, apakah berlomba mencari kekayaan, dan saling membanggakan,, ataukah berlomba dalam berbuat kebaikan agar mendapat keridhaan Tuhan?,,

Nasihat berikutnya yang dikatakan kaum Nabi Musa ‘alaihi salam kepada qarun adalah, carilah apa yang telah dianugerahkan kepadamu yakni kebahagiaan kehidupan akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari kehidupan duniawi,, disini kita bisa mendapatkan suatu pelajaran yang sangat berharga, dimana satu kaum saling mengingatkan dalam kebaikan untuk mencari apa yang telah dianugerahkan kepada manusia berupa kebahagiaan kehidupan akhirat dan tidak melupakan untuk berusaha dan mensyukuri kehidupan duniawi,, dalam hal ini mungkin akan timbul pertanyaan kenapa harus dicari, dan jawabannya adalah karena kebahagiaan itu adalah tujuan, maka kita yang harus berusaha mencari jalan yang mengantarkan kita ke tujuan tersebut,, bisa dicontohkan jika kita ingin pergi ke suatu tempat,, pasti kita yang akan berusaha mencari tempat tersebut, dan tidak mungkin tempat tersebut akan menghampiri kita,, contoh lain yang sudah menjadi kebiasaan kita, jika kita ingin pergi buang air sudah pasti kita akan mencari toilet, tidak mungkin toilet tersebut akan menghampiri kita,, namun sayangnya keadaan saling mengingatkan seperti ini sudah jarang ditemui, karena manusia kebanyakan sudah mencintai dunia, jadi saling menasihatinya hanya sebatas tentang kehidupan dunia,, padahal dalam ayat tadi yang pertama kali disebutkan adalah kehidupan akhirat dulu baru kemudian jangan melupakan kehidupan akhirat, kehidupan duniawi,, lalu apakah kita sudah saling mengingatkan tentang kehidupan akhirat, atau kita hanya saling mengingatkan kehidupan dunia saja?,,
Dalam nasihat berikutnya kaum tersebut mengatakan agar berbuat baik kepada orang lain sebagaimana Allaah telah berbuat baik kepada manusia,, nasihat ini mengingatkan kita agar tidak takut untuk berbagi karena takut berkurang rejeki,, agar kita mau memberikan meskipun tak mendapat balasan,, coba renungkan betapa banyak perbuatan baik Allaah kepada kita semua,, dari udara yang tidak dipungut biaya, coba bayangkan bila udara harus membayar, berapa yang kita harus keluarkan?,, cahaya matahari yang terus menyinari bumi kita ini, sehingga kita dapat melakukan kegiatan setiap hari,,  coba renungkan bagaimana bila tak ada matahari yang menyinari?,, begitu banyak pemberian Allaah dalam penciptaan bumi ini yang tak kita sadari bahkan sering terlupakan,, tak hanya dalam alam bahkan dalam anggota badan kita pun begitu banyak pemberian dari Tuhan yang sering dilupakan,, padahal kesehatan yang ada dalam tubuh merupakan modal untuk melakukan segala kegiatan dan tentunya bersujud simpuh kepada Sang Pemilik Ruh,, tapi karena manusia merasa bahwa apa yang dimilikinya hanyalah hasil usahanya, maka manusia menjadi tidak mau berbagi dengan sesamanya,, padahal jika manusia menyadari bahwa yang namanya rejeki itu bukan apa yang kita kumpulkan melainkan apa yang sudah kita pergunakan, jika dalam bentuk makananan sudah dimakan, jika dalam bentuk pakaian sudah kita kenakan, dan jika dalam bentuk barang yang lain sudah kita pergunakan,, karena apa yang kita miliki belum tentu rejeki, mungkin saja apa yang kita miliki saat ini adalah hal yang harus kita bagi,, tak perlu merasa rendah diri jika bergaul dengan orang yang tak punya harta duniawi, karena Nabi Muhammad sholalAllaahu ‘alaihi wasalam sendiri yang merupakan manusia paling mulia, justru menyayangi orang-orang yang tidak mempunyai harta,, lalu siapa kita sampai tidak mau bergaul dengan orang yang kesusahan padahal mereka sedang membutuhkan bantuan,, perlu diketahui wahai para orang-orang kaya,, kalian tidak akan disebut kaya jika tidak ada orang-orang yang tak punya,, kalian tidak akan disebut dermawan jika tidak ada orang yang kekurangan,, kalian tidak akan dihormati jika kalian tidak saling berbagi,, coba renungkan oleh kalian apa yang terjadi jika semua orang di dunia ini menjadi kaya?,,

Dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi, itulah nasihat yang diberikan kaum Nabi Musa kepada qarun, kerusakan yang diperbuat qarun adalah kerusan karena membiarkan orang-orang yang kesusahan kelaparan, padahal qarun sendiri memiliki harta kekayaan, tapi ia tidak mau membagikan karena ia merasa semua harta yang didapatnya adalah hasil dari ilmunya,, tapi ia juga lupa bahwa ilmu yang merasa dimilikinya adalah dari siapa,, ia lupa ketika ia dilahirkan ke dunia tak membawa apa-apa dan tak mempunyai pengetahuan tentang apa-apa,, dan cukuplah seseorang memperihatkan kebodohannya jika dirinya merasa pintar seperti qarun tadi,, dan jika disimpulkan ternyata kebodohanlah yang menghinakan seseorang, baik itu dihadapan manusia apalagi dihadapan Tuhan,, kebodohanlah yang menyebabkan kerusakan di bumi,, kebodohan terhadap dunia menjadikan manusia hina dan kebodohan terhadap agama bisa mendapat murka dari Yang Maha Kuasa,, kebodohan disini bukan hanya kebodohan tidak mengetahui karena manusia sekarang banyak yang mengetahui, tapi kebodohan disini adalah kebodohan tidak mau mengikuti dan mengamalkan, mengerjakan apa yang sudah diketahuinya,,

Jika manusia saja dengan sifat bodohnya mampu menghinakan dirinya sendiri, apalagi Allaah yang telah menciptakan manusia dan alam semesta ini, sudah pasti dapat menghinakan siapa saja yang dikehendakinya, karena itu pantaslah Allaah memiliki Asma wa Sifat Al-Mudzdzill yang artinya Yang Maha Menghinakan sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an: Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ali- Imran ayat 26)

BILLAAHI FI SABILIL HAQ
Continue reading →

Al-Mu'izz

0 komentar
BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM


Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allaah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allaah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allaah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujaadilah ayat 11)

Ayat diatas merupakan ayat yang sudah seringkali kita dengar terlebih lagi potongan ayat yang artinya Allaah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantarmu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat,, meskipun sudah begitu jelas ayat tersebut disebutkan bahwa yang ditinggikan derajatnya oleh Allaah atau dengan kata lain yang dimuliakan oleh Allaah hanyalah orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan,, akan tetapi manusia dengan keangkuhannya, dengan kebodohannya masih saja tetap berpikir bahwa harta dan tahta lah yang dapat memuliakan kedudukannya,, mungkin juga karena matanya sudah tak bisa melihat dan telinganya sudah tak bisa lagi mendengar tentang kebenaran dan perintah yang telah tercantum dalam Al-Qur’an selaku pedoman hidup bagi yang beriman dan petunjuk yang membawa cahaya kebenaran,,

Begitu mulianya kedudukan ilmu sampai sebuah pekerjaan atau mata pencaharian pun sangat erat kaitannya dengan tingginya ilmu yang dimiliki seseorang,, namun sayang pada saat sekarang karena yang terbayang dalam akal manusia tingginya ilmu maka tingginya kedudukan dan diartikan sebagai orang yang mempunyai kekayaan, maka pantas saja orang-orang yang berilmu sekarang tidak begitu memahami keagungan dan kekuasaan Tuhan yang memiliki seluruh ilmu,, dan akibat dari semua ini ternyata kembali kepada niat seseorang dalam menuntut ilmu,, apakah menuntut ilmu untuk bekal beribadah, ataukah menuntut ilmu untuk mencari harta yang tidak berkah?,, silakan renungkan dan tanyakan pada diri kita masing-masing,,,

Jika akal manusia terus menerus diberikan suatu gambaran mengenai ilmu yang erat hubungannya dengan kekayaan,, maka sudah bisa dipastikan niat seorang manusia untuk menuntut ilmu pasti akan berujung pada kekayaan pula,, kita ibaratkan seperti sebuah komputer yang terus menerus dimasukkan data yang berbentuk bilangan maka hasil kerja dari komputer itu pun akan berupa bilangan,, atau seperti sebuah bak yang terus diisi dengan air maka sudah pasti yang keluar dari bak tersebut adalah air tidak akan menjadi batu,, sadar atau tidak sadar kita mungkin telah melakukan perbuatan demikian, menuntut ilmu karena ingin menginginkan kekayaan,, karena akal kita terus menerus diberikan gambaran bahwa ilmu itu untuk kekayaan, sebagai contoh ketika kita masih dalam masa anak-anak, orangtua kita memberi uang jajan dan mendo’akan kurang lebih seperti ini “yang benar ya belajarnya supaya jadi orang pintar dan kalau sudah pintar nanti kamu bisa menjadi orang besar” tak cukup sampai disana, orangtua kita memberi contoh orang pintar dan besar itu seperti apa, lalu disebutlah dokter, polisi, pilot ataupun presiden,, dan saat kita melihat orang-orang yang mempunyai pekerjaan tadi mempunyai kekayaan, maka secara tidak langsung akal dalam pikiran kita berpikir bahwa ilmu adalah kunci kekayaan,, tak cukup sampai disana, kadangkala orangtua yang merasa kecewa dengan hasil belajar dari sang anak mungkin mengeluarkan perkataan kurang lebih seperti ini “kami itu menyekolahkan kamu supaya kamu tidak seperti kami yang hidup sederhana dan serba kekurangan, kami ingin kamu itu bahagia, makanya belajar yang benar ya nak” sebuah dialog yang sebetulnya tidak salah tapi kurang tepat dalam mendidik seorang anak, karena dialog yang demikian secara langsung ataupun tidak akal seorang anak akan menangkap dan menyimpulkan bahwa ilmu itu alat untuk mendapatkan kekayaan, sehingga timbul dalam hati si anak tersebut bahwa aku harus pintar agar bisa menjadi kaya,, alhasil dari pendidikan yang seperti ini adalah seorang intelektual tapi tidak memahami moral,,,

Pantas saja keadaan sekarang ini begitu banyak orang yang pintar tapi sedikit orang yang benar, padahal orang yang pintar belum tentu benar tapi orang yang benar sudah pasti pintar,, jika tidak merasa mampu untuk mendidik anak sebagaimana Luqmanul hakim mengajarkan kepada anaknya yang tercantum dalam Qur’an: Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya (Tsaran) dan ia menasehatinya: "Hai anaku janganlah kamu mempersekutukan Allaah, sesungguhnya mempersekutukan Allaah adalah benar-benar kezaliman yang besar," (Luqman ayat 13)
Hai anaku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau berada di dalam bumi, niscaya Allaah akan mendatangkannya (membawanya) sesengguhnya Allaah maha halus lagi maha mengetahui." (Luqman ayat 16)
Hai anaku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) me-ngerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (Allaah)." (Luqman ayat 17)
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allaah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (Luqman ayat 18)
Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai. (Luqman ayat 19)
Selain nasihat yang tercantum dalam Qur’an, ada juga nasihat-nasihat yang lain

Wahai anaku, jualah duniamu demi kehidupan akhiratmu, niscaya engkau memperoleh kedua-duanya dengan beruntung.
Wahai anaku, janganlah mencampuri urusan duniamu terlalu dalam yang membuat rusak urusan akhiratmu dan janganlah meninggalkan dunia sama sekali sehingga engkau menjadi beban orang lain.
Wahai anakku, sebagaimana engkau tidur demikianlah engkau mati, dan sebagai mana engkau bangun demikianlah engkau dibangkitkan. Beramalah dengan amal saleh niscaya engkau tidur dan bangun seperti pengantin baru, dan janganlah beramal dengan amal yang buruk, sebab engkau akan tidur dan bangun ketakutan, seperti orang yang dicari-cari penguasa untuk ditumpahkan darahnya (dibunuh).
Wahai anakku apabila terdapat pada diri seseorang 5 hal: agama, harta, sifat malu, baik budi dan dermawan, maka ia seorang yang bersih lagi taqwa menjadi kekasih Allaah dan lepas dari gangguan syaithan.
Wahai anaku, aku menasehati engkau dengan sifat-sifat yang apabila engkau berpegang teguh dengannya niscaya engkau selalu menjadi orang terhormat, yaitu bentangkanlah sifat bijakmu kepada orang yang dekat maupun yang jauh darimu. Janganlah engkau perlihatkan kebodohanmu kepada orang yang jujur maupun terhadap orang yang culas khianat. Bersilaturahmilah terhadap kaum kerabatmu. Pelihara dan jagalah teman-temanmu. Janganlah sampai menerima orang yang berusaha berbuat jahat, yang menginginkan kerusakanmu dan bermaksud menipumu. Dan jadikanlah teman-temanmu tergolong orang-orang yang apabila engkau berpisah dengan mereka dan berpisah denganmu engkau tidak menggemukan cacat mereka dan mereka tidak pula mengungkapkan cacatmu.


Jika dirasa berat memberikan nasihat sebagaimana kita bisa meniru dari sebuah lirik lagu sunda yang jika diterjemahkan kurang lebih seperti ini artinya: harus pintar dan benar,, harus jujur dan jangan bohong,, jangan menyakiti orang supaya banyak saudara,, periksa perkataan, perbuatan, niat dan sifat supaya bertemu dengan bahagia, selamat dunia akhirat,, sebuah nasihat yang penuh dengan manfaat, yang terkadang banyak kita lupakan karena yang kita pikirkan hanyalah kebahagiaan dunia saja berupa banyaknya harta dan tingginya tahta,, tidak ada salahnya menuntut ilmu dunia karena darisana kita bisa mengenal kebesaranNYA melalui penelitian-penilitan yang dilakukan dari ilmu dunia yang didapatkan,, hal ini sudah sesuai dengan hadits yang begitu terkenal mengenai ilmu bahwa Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Barangsiapa ingin (memperoleh kebahagiaan) di dunia, hendaklah ia berilmu. Dan barangsiapa ingin (memperoleh kebahagiaan) di akhirat, hendaklah ia berilmu. Dan barangsiapa ingin memperoleh kebahagiaan keduanya, hendaklah ia berilmu.” (riwayat Abu Hasan Al-Mawardi),, kebahagiaan disini banyak yang mengartikan banyaknya harta, padahal banyaknya harta belum tentu membuat seseorang bahagia, justru kadangkala banyaknya harta membuat orang menderita dan tersiksa, karena takut hartanya akan ada yang mencuri, takut hilang, dan masih banyak ketakutan lainnya yang dirasakan oleh orang yang mempunyai kekayaan,, kebahagiaan disini dicontohkan oleh Rasulullaah sendiri dengan bersikap sederhana meskipun beliau menguasai berbagai bangsa,, kebahagiaan di dunia adalah kebahagiaan bisa mengenal Tuhan dan kekuasaannya, karena dengan itu seseorang bisa beribadah dengan khusyu seakan-akan melihat Tuhannya kalaupun tidak bisa melihat dia bisa merasakan sedang dilihat oleh Tuhannya,, dan buah dari shalat yang khusyu adalah akhlak yang mulia sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullaah selaku manusia yang paling ta’at dalam masalah syari’at dan paling baik dalam masalah akhlak, baik itu akhlak kepada sesama, kepada orang yang lebih tua, kepada istri, kepada musuh sekalipun beliau menunjukan akhlak yang baik,,

Ibadah yang khusyu dan akhlak yang baik adalah hasil daripada pengamalan ilmu yang dimiliki seseorang, sehingga pantas saja sahabat Ali karomallaahu wajhah rodhiyallaahu ‘anhu mengatakan: “ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta, ilmu itu penghukum dan harta itu terhukum, harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan”,, jika masih ragu akan mulianya ilmu dibanding harta coba renungkan, siapa yang akan mencelakakan seorang manusia bila Allaah menjadi pelindungnya, karena orang yang senantiasa menjaga shalatnya maka Allaah akan mencintai orang tersebut, dan jika orang tersebut ada yang memusuhi berarti Allaah juga akan menjadi musuh orang yang memusuhi kekasihNYA,, kekasih disini bukan berarti kekasih seperti yang kebanyakan manusia dilakukan saat ini, tapi kekasih Allaah disini adalah orang yang dikasihi oleh Allaah,, dan betapa beruntungnya orang yang dikasihi oleh Allaah, karena DIA akan mencukupi segala kebutuhanNYA, DIA akan selalu dibimbing untuk senantiasa berbuat baik sebagai bekal untuk kehidupan nanti,, bayangkan saja jika seseorang dikasihi sama seorang penguasa, sudah pasti hidupnya akan terjamin, tak akan ada yang berani mencelakakannya, kebutuhannya akan dipenuhi dan dilindungi dari yang membahayakannya,, jika masih tetap ragu coba renungkan oleh kita semua, siapa yang akan berani mencelakakan seorang yang mempunyai akhlak yang baik, seorang yang murah senyum dan ramah, seorang yang sopan dan santun, orang yang berani mencelakakan orang seperti itu hanyalah orang yang dengki karena begitu banyak orang yang menjadi teman dari seseorang pemilik akhlak yang baik,, dan sekali lagi ini semua adalah hasil dari ilmu bukan harta,, selain itu masih banyak lagi keutamaan ilmu yang menyebabkannya lebih mulia daripada harta, diantaranya:
• Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya.
• Pemilik harta akan meninggalkan hartanya jika mati, sedangkan ilmu akan dibawa hingga ke alam kubur.
• Ilmu bisa mengatur harta, sedangkan harta tidak bisa mengatur ilmu.
• Jiwa menjadi bersih karena banyaknya ilmu dan mulia karena memperoleh ilmu. Adapun harta tidak bisa membersihkan jiwa dan menyempurnakannya. Bahkan jiwa akan terus merasa kurang, kikir, dan rakus karena banyaknya harta.
• Ketamakan seseorang terhadap ilmu adalah inti dari kesempurnaannya. Ketamakannya terhadap harta adalah inti dan kekurangannya.
• Harta selalu mengajak pada kezaliman dan kesombongan, sedangkan ilmu mengajak pada tawadhu' dan pelaksanaan ibadah yang benah.
• Cinta ilmu dan mencarinya adalah pokok dari segala ketaatan, sedangkan cinta harta dan mencarinya adalah pokok dari segala kejelekan.
• Ketaatan kepada Allaah hanya dapat diperoleh dengan ilmu, sedangkan mayoritas orang yang durhaka kepada Allaah disebabkan oleh harta.
• Pemilik harta dipuji ketika ia mengeluarkan hartanya, sedangkan pemilik ilmu dipuji karena ilmu dan sifat yang menghiasinya.
• Orang yang kaya harta, kekayaannya pasti akan ia tinggalkan, serta merasa sakit dan sedih karena berpisah dengannya. Adapun orang kaya ilmu, kekayaannya akan abadi serta tidak menyebabkan sakit dan sedih.

Jika demikian, kekayaan harta adalah kenikmatan semu yang mengakibatkan rasa sakit. Sementara kenikmatan ilmu adalah kenikmatan yang abadi yang tidak diiringi rasa sakit.

Tapi mulianya ilmu seperti yang diceritakan diatas pada saat sekarang hanya sebuah cerita, hanya sekedar harapan dalam awan yang sulit untuk diwujudkan dalam kenyataan, karena manusia sudah terpedaya oleh fantasi dunia yang indah dilihat padahal didalamnya ada jebakan yang dila’nat,, hal ini terjadi karena ilmu sekarang bukan lagi sesuatu yang harus diamalkan tapi menjadi sesuatu yang harus dibeli,, tak hanya pendidikan umum saja yang harus membayar,, pendidikan khusus keagamaan seperti pesantren ataupun juga majelis ta’lim dipungut bayaran,, memang tidak semua tapi kebanyakan,, jika sudah berhubungan dengan bayaran pasti hubungannya dengan uang, dan jika sudah demikian akan susah menumbuhkan benih keikhlasan yang menjadi kunci diterimanya amal seseorang,, santri-santri lulusan pesantren pun jika sudah menjadi ustadz akan memasang harga karena mungkin mereka merasa mendapatkan ilmu tidaklah gratis sebagaimana yang telah ia rasakan ketika mengenyam pendidikan di pesantren,,padahal Allaah telah melarang orang-orang yang beriman, dan khusunya ahli kitab, meskipun ahli kitab disini ditujukan untuk bani Isro’il tapi karena Al-Qur’an adalah petunjuk bagi semua manusia maka sudah seharusnya orang yang merasa mempunyai pengetahuan terhadap kitab Al-Qur’an juga adalah ahli kitab,, Allaah berfirman:”… dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. (Al-Baqarah ayat 41)

Ayat ini diturunkan karena sebagian pendeta Bani Israil tidak mau mengajarkan kebenaran yang mereka ketahui kepada manusia, kecuali dengan meminta uang dari pekerjaannya tersebut, maka Allaah melarang mereka untuk berbuat seperti itu.
Sebagian ulama mengatakan bahwa Bani Israil tidak mau beriman kepada Al Qur’an karena kecintaan mereka kepada dunia. ( ) Mereka mengira bahwa dengan beriman kepada Al Qur’an dan mengikuti apa yang dibawa nabi Muhammad saw, mereka akan menjadi golongan yang tersingkir, karena nabi Muhammad shalallaahu ‘alaihi wasalam berasal dari keturunan Arab, sedang mereka dari keturunan Yahudi, yang selama ini menjadi golongan yang terhormat di kota Yastrib ( Madinah ). Itulah yang disebut menukar keimanan dengan dunia, atau menukar keimanan dengan jabatan yang harganya sangat sedikit.
Ayat di atas walaupun diturunkan kepada Bani Israel, akan tetapi berlaku kepada siapa saja yang mempunyai sifat seperti sifat Bani Israel. Berkata Imam Al Qurtubi : ” Dan ayat ini , walaupun khusus untuk Bani Israel, akan tetapi juga mencakup semua orang yang berbuat seperti perbuatan mereka. Maka barang siapa yang mengambil uang suap untuk memanipulasi suatu hak, atau menghilangkannya, atau tidak mau mengajar sesuatu yang wajib diajarkannya kepada orang lain, padahal itu menjadi kewajibannya kecuali dengan meminta upah dari pekerjaannya itu,maka sungguh termasuk dalam larangan ayat di atas. WAllaahu A’lam .

Oleh karenanya, kita sebagai umat Islam dilarang untuk belajar suatu ilmu yang seharusnya dilakukan dengan ikhlas, tetapi justru kita mencari ilmu tersebut demi mencari keuntungan dunia yang sedikit itu. Dalam suatu hadist Rasulullah saw pernah bersabda : “ Barang siapa yang belajar suatu ilmu yang seharusnya dilakukan dengan ikhlas, tetapi dia menuntutnya demi untuk mencari keuntungan dunia darinya, maka dia tidak akan bisa menyium baunya syurga pada hari kiamat “ ( HR Abu Daud no : 3664 )
Maka, orang seperti ini ada kesamaannya dengan orang-orang Yahudi yang menjual ayat-ayat Allaah dengan harga yang sedikit.

Dari situ timbul suatu pertanyaan : Bagaimana hukum belajar di perguruan tinggi atau sekolahan untuk mencari ijazah ? Jawabannya adalah bahwa hukumnya tergantung kepada niat, jika ia berniat dengan ijzahnya tersebut hanya sekedar untuk mencari pekerjaan, maka ia termasuk yang dilarang dalam hadits tersebut. Sebaliknya jika ia berniat dengan ijazah tersebut untuk menegakkan kebenaran dan mengajarkan Islam kepada masyarakat, maka tidak termasuk dalam larangan dalam hadits tersebut. Wallaahu A’lam


Jika ilmu mampu menjadikan manusia menjadi seorang yang terhormat, sudah tentu Allaah Yang Memiliki Berbagai Ilmu adalah Maha Terhormat, karena itu memang sudah sepantasnya Allaah memiliki Asmaul Husna Al-Mu’izz yang maksudnya Yang Maha Terhormat, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an: “Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Ali-Imran ayat 26)


BILLAAHI FI SABILIL HAQ

Continue reading →

Ar-Raafi'

0 komentar
BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM


Bagi orang yang beriman tentu mengetahui bahwa tinggi rendahnya derajat seseorang bergantung pada ketaqwaan seseorang,, namun berbeda dengan orang yang beriman hanya dalam ucapan tentunya orang-orang seperti ini hanya menganggap bahwa tingginya derajat seseorang itu dilihat dari banyaknya harta, dan tingginya pangkat,, tak heran jika pada saat sekarang yang merupakan zaman mendekati akhir kehidupan semua makhluk Tuhan, begitu banyak manusia yang berlomba dalam hal mengumpulkan harta benda dan karena sibuk mengumpulkan harta benda, mereka kemudian lupa akan tugasnya sebagai manusia yang merupakan seorang kholifah dan seorang hamba,, dan saking cintanya terhadap dunia, mereka pun lupa bahwa hidup ini akan ada akhirnya yakni mati, hal ini merupakan kabar yang asing bagi umat Islam karena belasan abad yang lalu Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wasalam memberi tahu tentang akan terjadinya umat Islam seperti keadaan sekarang, sebagaimana disebutkan dalam hadits: “Umat-umat terdahulu akan berkoalisi hendak menguasai kalian, seperti berkumpulnya jago-jago makan ketika menyantap makanan”. Sahabat bertanya: “apakah karena jumlah kami yang sedikit pada saat itu.” Nabi shalallaahu ‘alaihi wasalam menjawab: “bahkan jumlah kalian saat itu, justru sangat banyak. Akan tetapi tak ubahnya seperti buih di lautan. Allaah mencabut rasa takut pada musuh kalian, sebaliknya Allaah menanamkan di hati kalian penyakit wahn”. Sahabat kembali bertanya: “apa itu penyeakit wahn.” Nabi shalallaahu ‘alaihi wasalam bersabda: “cinta dunia dan takut mati.” (Shahih. Riwayat Abu Dawud [2/102], Imam Ar-Ruyani [25/134/2], Ahmad [5/287])

Dalam hadits tadi disebutkan umat-umat terdahulu, berkoalisi, bersatu dan bekerja sama karena ingin menguasa umat Islam, bahkan diibaratkan seperti jago-jago makan ketika menyantap makanan, Rasul menyebutkan seperti itu karena mengetahui perumpamaan seperti itu cocok untuk mengibaratkan berkumpulnya umat-umat terdahulu, karena orang-orang yang jago makan ketika menyantap makanan, akan serius dan begitu menikmati setiap suapan makanan yg dimakan, yang bisa kita tamsilkan seperti seriusnya umat-umat terdahulu untuk menguasai umat Islam dan begitu menikmati jika melihat kemunduran-kemunduran Islam,, dan penyebab mundurnya Islam pada saat sekarang ini sudah diberitahukan oleh Rasul bahwa umat kita terkena penyakit wahn yakni cinta dunia dan takut mati, dengan penyakit ini begitu banyaknya umat Islam tak berarti apa-apa jika hanya seperti buih di lautan yang terombang-ambing oleh ombak,, benarnya sabda Rasul telah terbukti pada keadaan sekarang ini, di negara Indonesia saja bisa kita lihat begitu gampangnya umat Islam di hasut, begitu gampangnya diadu dombakan dengan saudara-saudaranya seiman, padahal hanya berbeda pemahaman tapi malah menimbulkan perpecahan, jika seperti ini keadaannya umat Islam bukannya mendapat rahmat tapi malah mendapat la’nat karena yang satu dengan yang lain malah saling memburuk-burukkan,, dalam kitab Al-I’tisham ada sebuah hadits dimana Rasulullaah bersabda: “Janganlah bertanya kepadaku dengan apa yang telah kutinggalkam kepada kalian. Sungguh telah celaka orang-orang sebelum kalian lantaran persoalan-persoalan dan perselisihan mereka atas para nabi, Jika aku melarang kalian terhadap sesuatu maka jauhilah, dan jika aku memerintahkan kalian sesuatu maka laksanakanlah semampu kalian.”,, dengan kutipan hadits tersebut seharusnya umat Islam tidak berselisih seperti orang-orang sebelum kita, tidak perlu ada yang merasa paling benar dan menyalahkan orang lain, karena yang berhak memutuskan benar atau salah hanyalah Allaah dan RasulNYA, tidak perlu memperdebatkan jika semuanya masih belum mengetahui kebenarannya, kita memang wajib menegur, tapi tegurlah dengan cara sebaik mungkin sebagaimana telah diajarkan oleh Rasul, bukan menghukumi segala sesuatu oleh golongan sendiri,, karena Rasul sendiri juga bersabda jika aku memerintahkan kalian sesuatu maka laksasnakanlah semampu kalian,, sekarang coba tanyakan dan renungkan kepada diri kita masing-masing, apakah diri kita ini sudah saling menghargai atau malah saling merasa benar sendiri?,,

Kembali lagi ke penyakit wahn tadi yang merupakan gabungan dari dua penyakit, yakni cinta dunia dan takut mati,, penyakit pertama dari wahn ini adalah cinta dunia, sudah kita ketahui jika seseorang mencintai pasti harus mengenal terlebih dahulu, karena tidak mungkin seseorang akan mencintai jika tidak mengenal atau tidak mengetahui, dan alasan kenapa kebanyakan dari manusia lebih mencintai dunia daripada kehidupan akhirat nanti, karena manusia lebih mengetahui dan mengenal kehidupan di dunia, ini terjadi karena kita semua lebih banyak mempelajari ilmu duniawi daripada mempelajari ilmu ukhrowi, entah itu belajar dalam lingkungan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi ataupun non formal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar,, coba saja di sekolah lebih banyak di ajarkan mengenai ilmu dunia daripada ilmu agama, makanya tidak heran jika kebanyakan manusia lebih mencintai dunia daripada akhirat, karena waktu untuk mempelajari ilmu sebagai alat untuk mengenalnya juga lebih banyak waktu untuk mempelajari ilmu dunia daripada ilmu agama yang merupakan alat untuk mengenal kehidupan akhirat,, tak hanya itu lingkungan sekitar pun kebanyakan hanya mengajarkan kepada kita semua mengenai banyaknya harta akan membuat manusia meninggikan derajat sosialnya,, ternyata tak cukup sampai disana, lingkungan keluarga yang mempunyai peran pun ternyata kebanyakan hanya mengajarkan ilmu untuk mengenal dunia bukan ilmu agama untuk mengenal akhirat, sebagai contoh kebanyakan dari ayah, ibu kita menyekolahkan kita setinggi mungkin, supaya kita mendapat pekerjaan yang layak, supaya kita dapat bisa hidup bahagia karena banyaknya harta,, disinilah letak kesalahan belajar kita, dari mulai lingkungan sekolah, lingkungan sekitar sampai lingkungan keluarga pun hanya mengenalkan dan menyuruh mempelajari ilmu dunia tanpa diseimbangi oleh ilmu agama,,,

Karena penyebab kurangnya ilmu agama sehingga pantaslah gelar taqwa yang merupakan gelar kehormatan bagi orang-orang yang beriman sulit sekali untuk didapatkan, padahal kita semua sudah mengucapkan syahadat, menunaikan shalat, zakat dan puasa tapi belum juga gelar taqwa itu kita punya,, supaya kita bisa menjadi orang yang bertaqwa tentunya ada baiknya kita mengetahui ciri-ciri dari orang yang bertaqwa, dalam Al-Baqarah ciri orang bertaqwa disebutkan: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (Al-Baqarah ayat 3-4),, ciri pertama orang yang bertaqwa yang disebutkan tadi adalah yang beriman kepada yang ghaib, iman menurut katanya adalah percaya, dan menurut istilah adalah diyakini dalam hati, diucapkan dalam lisan dan dilakukan dengan perbuatan,, akan tetapi pada saat sekarang ini kebanyakan manusia hanya mendefinisikan iman hanya sebatas kata yakni percaya saja,, tidak mendefinisikan iman secara istilah, alhasil bisa kita lihat sekarang, dimana orang-orang yang sudah bersyahadat masih ada yang berbuat jahat, orang yang shalat masih ada saja yang suka melakukan ma’siat, orang yang mengeluarkan zakat masih ada juga yang suka mengupat, orang yang pergi haji masih ada juga yang dengki,, sementara itu yang ghaib itu banyak macamnya, segala sesuatu yang tidak dapat dilihat secara kasat mata adalah yang ghaib, seperti jin, iblis, syaithon yang merupakan musuh-musuh manusia yang harus diwaspadai agar kita tidak celaka oleh mereka, selain mereka malaikat, qodho dan qodhar, selain ghaib tadi ada Yang Maha Ghaib yakni Allaahu Ta’ala,, jika saja semua manusia beriman menurut istilah yakni meyakini dalam hati, diucapkan dalam lisan dan dilaksanakan dalam bentuk perbuatan sudah tentu tidak akan terjadi kejahatan seperti keadaan sekarang,,

Ciri yang kedua menurut surat Al-Baqarah tadi adalah mendirikan shalat, disini disebutkan mendirikan shalat bukan melaksanakan shalat, dan yang bisa mendirikan shalat adalah orang yang ahli shalat bukan orang yang suka shalat, seperti sebuah bangunan, yang dapat mendirikan hanyalah orang yang ahli dalam bangunan, orang yang suka bangunan hanya dapat menyukai saja tidak menghasilkan apa-apa lain hal nya dengan orang yang ahli sudah tentu akan mendapat bayaran dari bangunan yang didirikannya, seperti itulah kira-kira jika diibaratkan antara orang yang ahli shalat dan yang suka shalat, orang yang ahli shalat dapat mendirikan shalat dalam setiap kegiatan apapun yang dilakukannya, dengan kata lain shalatnya itu dibawa kemanapun ia pergi, baik itu mau belajar, berdagang, bekerja, dan dalam segala hal, sehingga shalatnya itu bisa menjaganya dari perbuatan ma’siat dan akhirnya ia bisa selamat dan mendapat rahmat juga berkat,, orang yang ahli dapat mendirikan karena dalam setiap gerakan shalatnya dia begitu menghayati setiap arti dari bacaannya dan memikirkan apa maksudnya, sehingga ia mendapatkan pelajaran kebaikan dari shalat yang ia lakukan, berbeda dengan orang yang hanya sekedar suka melaksanakan tapi tidak memikirkan dari shalat yang setiap hari dikerjakan,, dan kebakanyakan umat Islam saat ini baru dalam tahap suka mengerjakan shalat belum menjadi ahli shalat yang bisa memetik manfaat dari shalatnya, padahal shalat itu tiangnya agama, amalan yang pertama dihisab, pencegah perbuatan keji dan munkar, dapat menjadi cahaya juga, sebagaimana disebutkan dalil-dalil berikut: “Pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR Muslim),, “Awal hisab seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya baik, dan apabila buruk maka seluruh amalnya buruk.” (HR At-Thabrani). Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut ayat 45),, Rasulullah Shalallaahu a’laihi wasalam telah bersabda yang bermaksud : "Barangsiapa yang memelihara shalat, maka shalat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara shalat, maka sesungguhnya shalat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya..." (Tabyinul Mahaarim)

Ciri berikutnya menurut surat Al-Baqarah tadi adalah menafkahkan sebagian rezeki yang Allaah anugerahkan untuknya,, hal ini tentu akan menjadi mudah untuk orang yang beriman kepada yang ghaib lalu mendirikan shalat, namun akan sangat sulit bagi orang yang beriman nya hanya dalam lisan tapi tak ada arti dalam hati dan tak juga dilakukan dalam perbuatan,, Ciri berikutnya adalah beriman kepada kitab Al-Qur’an yang telah diturunkan, dan sama hal nya seperti beriman yang ghaib, beriman kepada Al-Qur’an juga tak cukup hanya dalam hati atau hanya di lisan namun juga harus dilakukan oleh perbuatan, tapi keadaan sekarang memang jauh dengan masa kejayaan Islam, dimana dulu Al-Qur’an benar-benar dijadikan pedoman, sementara oleh kebanyakan orang-orang saat ini hanya dijadikan pajangan,, sehingga pantas saja begitu jauh kehidupan manusia sekarang dengan ketenangan dan kesejahteraan karena telah menjauhi bahkan menggantikan hukum-hukum yang telah tercantum dalam Qur’an, padahal larangan ini telah tercantum dalam Qur’an: …Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi". (Al-Maidah ayat 5)
Ciri orang yang beriman terakhir menurut surat Al-Baqarah tadi adalah meyakini akan adanya kehidupan akhirat, namun umat Islam sekarang kebanyakan hanya bicara saja percaya akan kehidupan akhirat, tapi kebanyakan waktunya hanya dihabiskan untuk mencari harta untuk kehidupan dunia saja, sedangkan untuk kehidupan akhirat santai-santai saja, contohnya saja jika adzan dikumandangkan yang merupakan tanda panggilan cinta dari Yang Maha Penyayang, sedikit manusia yang memenuhi panggilan cinta tersebut, sisanya banyak yang disibukkan oleh urusan dunia, maka pantas saja Allaah menyindir dalam sebuah hadits Qudsi: …AKU heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat tapi ia menjalani kehidupan dengan bersantai santai AKU heran pada orang yang yakin akan kehacuran dunia tapi ia menggandrunginya… (hadits Qudsi)

Begitu hebatnya taqwa yang dapat meninggikan derajat seseorang dihadapan Tuhan, dan dihadapan insan, sehingga pantas saja Allaah mempuyai Asmaul Husna Ar-Raafi’ yang arti Yang Maha Meninggikan, sebagaimana tersurat dalam Qur’an: Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui (Al-An’am ayat 83)

BILLAAHI FI SABILIL HAQ
Continue reading →