Senin, 24 September 2012

Ar-Razzaaq

0 komentar
BISMILLAAHI ALHAMDULILAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM

Rezeki, kata ini sering sekali membuat seseorang bahagia karena ia pikir rezeki itu mempunyai banyak harta yang ia kira akan mengekalkan hidupnya dan tak akan habis sepanjang masa sehingga ia berbuat sesuka hatinya tanpa mempedulikan lagi aturan-aturan karena dia pikir dengan memiliki rezeki yang berupa harta akan bisa membuatnya bahagia, bahagia di dunia mungkin iya tapi di akhirat kelak yang ada hanya akan mendapatkan siksa yang tiada tara,, dan sama dengan orang yang hanya berpikir bahwa rezeki adalah harta tapi berbeda nasib karena ia tak punya harta yang akhirnya bisa juga membuat ia merasa sengsara, merasa hina dan merasa menderita,, padahal yang namanya rezeki tidak selalu dikaitkan dengan uang ataupun harta benda yang bisa membuat buta jika tidak berpegang kepada agama, disadari atau tidak kita memiliki banyak rezeki yang DIA limpahkan dalam kehidupan, sebut saja cahaya, air, udara, kesehatan, coba renungkan mengenai ketiga hal tadi yang sering kita lupakan dan menganggap Allaah tidak menyayangi kita hanya karena tidak diberikan harta benda, padahal tiga hal tersebut adalah rezeki yang amat besar yang tidak bisa dinilai dengan harta benda, namun karena pikiran kita sudah terdoktrin bahwa rezeki itu adalah harta akhirnya kita jarang sekali mensyukuri rezeki-rezeki yang tadi, padahal dengan bersyukur Allaah akan menambahkan ni’matNYA dan barangsiapa yang kufur ketahuiah azab Allaah sangatlah pedih, sebagaimana disebutkan: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’matKU), maka sesungguhnya azabKU sangat pedih." (Ibrahim ayat 7),, tentunya ayat tersebut sering sekali kita dengar dari setiap kajian, ceramah ataupun tausyiah baik itu di mushola, mesjid ataupun televisi, akan tetapi entah kenapa orang-orang yang bersedih karena tidak mempunyai harta dunia bukannya berkurang malah bertambah sehingga situasi ini dimanfaatkan oleh musuh Islam supaya umat Islam keluar dari Islam yang menyengsarakan hidupnya dan masuk ke dalam agama yang akan memberikan jaminan harta untuk dirinya dan keluarganya,,na’as sekali keadaan umat Islam sekarang ini, dimana para aghniya sudah tidak peduli lagi dengan saudaranya yang setiap harinya entah menemukan makanan atau tidak, para ulama pun tak sedikit yang mementingkan santrinya, umatnya atau golongannya saja yang selalu mengikutinya, jika demikian lalu saudara-saudara kita yang muslim dianggap apa ya?,, jika demikian apa bedanya dengan umat yang lain yang hanya tolong menolong antar anggota yang ada di dalamnya saja, yang hanya tolong menolong yang ada di satu daerah saja, jika seperti ini keadaannya, kita sudah terlalu jauh dari apa yang diajarkan oleh Rasul sholallaahu ‘alaihi wasalam yang kita anggap suri teladan tapi jarang kita mengaplikasikan secara nyata dalam kehidupan apa yang beliau ajarkan, agama Islam adalah rahmat bagi semesta alam dan ini dibuktikan ketika di zaman beliau masih hidup, dengan sikapnya yang sederhana yang tidur hanya di atas tikar, padahal kekuasaan beliau pada saat itu begitu besar karena bangsa-bangsa besar seperti romawi dan persia telah berhasil ditaklukan, beliau meninggalkan semua kemewahan yang biasa dilakukan oleh para kaisar dan raja, karena beliau tidak ingin ada umatnya yang sengsara, ini merupakan kezuhudan yang sangat dianjurkan tapi sering dilupakan,,namun umat Islam pada akhir zaman nasibnya begitu memprihatinkan, sangat jauh dari apa yang telah beliau dan para sahabat contohkan, coba renungkan apakah kita pernah membagikan makanan disaat kelebihan ataukah makanan tersebut malah dibuang?,, pernahkah memikirkan apakah tetangga dekat bisa tidur karena mendapatkan makanan yang cukup atau kita hanya sibuk memikirkan apa yang akan kita makan besok padahal perut sudah kenyang?,, jika memang makanan sering kita buang dan hanya memikirkan kebutuhan pribadi, berarti kita memang telah jauh dari apa yang telah diajarkan oleh Rasulullooh sholallaahu ‘alaihi wasalam,, dan kita harus segera memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan karena kesenjangan sosial yang telah dilakukan dengan kembali berbagi kepada sesama kita yang merupakan saudara seagama, memberi bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan, menyayangi anak yatim sebagaiman anak sendiri yang pernah dikandung dalam rahim,,,
Salah satu penyebab kenapa kita lupa tidak bersyukur dengan ni’mat yang setiap hari kita gunakan adalah kekhawatiran akan kemiskinan dan kekurangan harta, atau tidak mau dibilang hina karena tidak mempunyai harta,,suatu kekhawatiran yang tidak masuk akal, karena Allaah telah menjamin semua rezeki makhluk-makhluk yang diciptakanNYA, sebagaimana tertulis: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allaah-lah yang memberi rezkinya dan DIA mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” ( Huud ayat 6),, jika kita masih khawatir terhadap rezeki yang semuanya telah tertulis sebelum kita dilahirkan berarti kita harus banyak belajar mengenal Allaah sebagai Tuhan, bahwa janji dan jaminan DIA adalah benar, supaya kita termasuk orang-orang beriman yang mengikuti petunjuk yang tidak khawatir dan bersedih hati, seperti disebutkan dalam Qur’an: Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjukKU kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjukKU, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al-Baqarah ayat 28),, dari ayat tersebut bisa disimpulkan bila kita masih khawatir dan bersedih hati maka mungkin kita belum mengikuti petunjuk Allaah yang telah tercantum dalam Qur’an dan Sunnah yang telah Rasul ‘alaihi sholatu wasalam ajarkan,, dan Allaah berfirman dalam hadits qudsi: wahai manusia barangsiapa berduka karena persolan dunia maka ia hanya akan kian jauh dari Allaah kian nestapa didunia dan semakin menderita diakhirat,, Allaah akan mengjadikan hati orang tersebut dirundung duka selamanya, kebingungan yang tak berakhir, kepapaan yang berlarut – larut dan angan – angan yang selalu mengusik ketenangan hidupnya,, masihkah kita akan menutup mata dan hati kita terhadap kebenaran dari Firman Tuhan Yang Maha Rohman mengenai petunjuk dan ancaman, yang bisa kita lihat dan mungkin juga kita pernah merasakan apa yang disebutkan dalam hadits qudsi tadi, dimana ketika manusia berduka karena persoalan dunia ia akan semakin jauh dari Allaah ini terjadi karena orang yang sedih karena tidak mempunyai harta akan sibuk dengan mengumpulkan harta dan akhirnya melupakan Sang Pencipta, semakin nestapa di dunia terjadi karena setiap usahanya dikira sia-sia dan menyangka yang tidak baik terhadap Allaah, akan semakin menderita di akhirat bila orang yang diberikan peringatan tersebut tak kunjung menyadari kesalahan apa yang telah dilakukan yakni melupakan Tuhan,Allaah telah menjadikan hati orang tersebut dirundung duka karena dalam hati manusia tersebut selalu berprasangka dan tidak mau ikhlas menerima apa adanya, kebingungan yang tak berakhir karena dirinya tak pernah mau berpikir dan mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi padanya yang akan membuatnya mengenal siapa Tuhannya, kepapaan yang berlarut-larut karena dirinya yang tak mau menurut terhadap perintah dan laranganNYA dan angan-angan yang selalu mengusik ketenangan hidupnya dan ini sudah tentu akan dialami oleh orang-orang yang suka berkhayal tanpa menggunakan akal dan yang menjadikan syetan sebagai temannya, padahal peringatan supaya kita menjauhi syetan yang merupakan musuh manusia begitu sering disebutkan dalam Qur’an yang salah satunya di surat Al-Baqarah ayat 208: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu dan dalam surat pendek yang mungkin kita semua hafal yakni dalam surat An-Nass ayat 1 sampai 5: Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, jika bertanya tentang kejahatan apa yang dibisikan oleh syetan salah satunya adalah peristiwa yang kita bisa lihat sekarang ini, yakni kikir karena takut miskin dan juga pembunuhan ayah terhadap anaknya, padahal hal ini telah diperingatkan dan diberi petunjuk sebagaimana tersurat dalam Qur’an: Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allaah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allaah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (Al-Baqarah ayat 208). Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar (Al-Isroo’ ayat 31),, marilah sahabat semua kita kembali ke jalan yang benar, mengikuti petunjuk dan meyakininya bahwa perintah Allaah pasti mempunyai hikmah yang mungkin belum kita ketahui, jangan sampai kita berbuat seperti orang-orang jahiliyah dulu seperti digambarkan dalam Qur’an: Dan apabila dikatakakan kepada mereka: "Nafkahkanlah sebahagian dari rezki yang diberikan Allaah kepadamu", maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: "Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allaah menghendaki tentulah DIA akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata." (Yasin ayat 47),, orang-orang kafir dalam ayat ini begitu jelas sekali disebut dengan kesesatan yang nyata, itu dikarenakan mereka mengatakan sesuatu tanpa berpikir lebih dahulu, pernyataan mereka apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allaah menghendaki tentulah DIA akan memberinya makan, sebuah pernyataan yang hampir sama dengan apakah kami harus mengulurkan tangan untuk mengambil makanan dan memasukkan ke dalam mulut, padahal jika Allaah menghendaki tentu makanan itu akan masuk ke mulut dengan sendirinya,,sungguh suatu hal yang sangat mustahil terjadi bila makanan harus berjalan ke dalam mulut manusia,,padahal para pemimpin, para ulama, para pengusaha dan para rakyat jelata adalah satu kesatuan yang harus saling melengkapi bila ingin menegakkan suatu negara, suatu negara akan sukses bila di dalamnya ada pemimpin yang adil, ulama yang berani, orang kaya yang dermawan, dan rakyat jelata yang mendo’akan, namun bila itu semua hilang, maka suatu negara sampai kapanpun tidak akan sukses meskipun dikatakan negara super, atau negara penguasa,,
Begitu banyak kekhawatiran-kekhawatiran yang akhirnya menimbulkan kejahatan yang sekarang banyak dilakukan, dikarenakan manusia mengatakan beriman tapi cuma di lisan, tidak meyakini dengan hati apalagi dibuktikan dengan perbuatan dan sebab ini adalah karena manusia tidak mengenal siapa Tuhan dan siapa dirinya yang hanya sebuah ciptaan, yang akan dikembalikan, dan dimintai semua pertanggung jawaban, dari sinilah manusia tidak menyadari begitu banyak rezeki yang dikaruniakan Tuhan kepada dirinya seperti cahaya, air, udara dan api, yang tidak ia syukuri padahal dengan mensyukuri ni’mat Allaah akan ditambahkan, tapi karena tidak disyukuri dampaknya bisa kita rasakan, dimana cahaya dan api lebih terasa lagi menyengat kulit,,air dan udara pun sudah tercemar sehingga rasanya tidak sesegar seperti dulu,,berangkat dari krisis keimanan ini pula banyak terjadi penyimpangan dan kemusyrikan yang menyekutukan Tuhan dan sembahan-sembahan yang merupakan teman-teman syetan yang menjebak dengan kesenangan memiliki harta kekayaan dan melupakan kematian yang merupakan awal dari kehidupan dalam alam keabadian, tempat manusia menerima balasan, baik itu amal sholeh maupun amal yang salah,, karena iman hanya di lisan, larangan yang terdapat pada awal-awal ayat di surat Al-Baqarah pun sampai tidak diperhatikan, padahal dalam ayat tersebut dijelaskan siapa Tuhan yang telah menciptakan dan memberi rezeki, DIA lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan DIA menurunkan air (hujan) dari langit, lalu DIA menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allaah, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah ayat 22),, dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia mengetahui bahwa Allaah lah yang menciptakan langit dan bumi, juga mengeluarkan air hujan yang dengan itu menghasilkan buah-buahan sebagai rezeki, dan Allaah melarang kita supaya tidak menyekutukannya, tapi kenyataan sekarang sudah begitu banyak fakta yang bisa kita lihat dengan mata, tak sedikit kemusyrikan yang melanda masyarakat, bahkan tak cukup dengan itu, kemusyrikan juga disusupkan ke dalam acara-acara televisi, pantas saja begitu banyak bencana yang sedang dialami bangsa ini, seolah alam tak mau berhenti memarahi manusia di bumi yang selalu merusak dan tak tahu diri, karena mencoba membuka pintu rezeki dengan cara yang tidak diridhai,,,
Memlih jalan yang dimurkai oleh Ilahi daripada memilih jalan yang diridhai oleh Yang Maha Suci, sungguh orang seperti ini telah menjadikan iblis dan syetan menjadi teman dekatnya, karena sangat jarang seorang manusia mendengarkan nasihat dari yang bukan temannya, dan perkataan Iblis yang mengancam manusia di hadapan Allaah tercantum juga dalam Qur’an: Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (Al-Hijr ayat 39),, padahal jika manusia menjadi musuh iblis dan syetan dengan meninggalkan segala kemaksiatan, bertaubat dan menyadari kesalahan kemudian melakukan perbaikan, menjalankan perintah Tuhan, insya Allaah pintu rezeki akan dibuka oleh Tuhan penguasa seluruh alam, karena beristighfar dan bertaubat, beribadah, bertaqwa, bertawakkal merupakan pembuka pintu rezeki daripada harus mengorbankan seseorang yang kita cintai seperti anak atau istri yang dijadikan tumbal supaya mendapat harta duniawi, karena itu mari kita renungkan satu persatu dari beberapa pintu rezeki yang tadi disebutkan,,,
Beristighfar dan bertaubat, sebagian besar orang menyangka dengan mengucapkan istighfar dan mengucapkan taubat sebatas lisan akan tetapi kalimat aku memohon ampunan kepada Allaah Yang Maha Agung dan aku bertaubat kepadaNYA tidak membekas di hati, tidak juga berpengaruh dalam perbuatan anggota badan, sesungguhnya istighfar dan taubat seperti ini adalah perbuatan orang-orang dusta, karena secara pengertian, menurut imam Ar-Roghib Al-Ashfahani taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha untuk melakukan apa yang bisa diganti, jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna,, sedangkan Imam An-Nawawi sendiri menjelaskan: jika taubat atas dosa-dosa yang dilakukan antara dirinya dengan Allaah maka pertama ia harus menjauhi maksiat tersebut, kedua ia harus menyesali perbuatan maksiatnya dan ketiga ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya, akan tetapi bila taubat itu berkaitan dengan manusia, maka menjadi empat syarat, tiga diantaranya yang tadi disebutkan dan syarat berikutnya adalah membebaskan dirinya dengan memenuhi hak orang yang telah dizhaliminya baik itu harta ataupun yang lainnya, seperti ia harus meminta maaf kepada temannya bila ia meng-ghibahnya atau mengembalikan uang yang dipinjamnya bila berkaitan dengan utang atau harta, lalu apakah kita sudah melakukan apa yang telah dijelaskan barusan?,, atau kita hanya sekedar mengucapkan taubat dan istighfar hanya dalam lisan?,, dan istighfar dan taubat merupakan pintu pembuka rezeki telah tercantum dalam Qur’an: maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya DIA adalah Maha Pengampun, niscaya DIA akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (Nuh ayat 10-12),, para ulama menjelaskan ayat demikian sebagai suatu kebenaran bahwa beristighfar dan bertaubat adalah pembuka pintu rezeki karena dalam ayat tadi disebutkan DIA akan mengirimkan hujan dengan lebat dan memperbanyak harta dan anak, dan mengadakan pula kebun yang di dalamnya ada sungai, bahkan sahabat Umar bin Khottob rodhiyAllaahu ‘anhu pernah berdo’a memohon turun hujan hanya dengan beristighfar, ketika sahabat Umar ditanya kenapa tidak membaca do’a minta diturunkan hujan, sahabat Umar menjawab dengan ayat tadi,, Hasan Al-Bashri juga mengatakan hal yang sama ketika didatangi oleh orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran dan kekurangan keturunan, yakni menyuruh untuk beristighfar, benar-benar istighfar sebagaimana sebelumnya dijelaskan, bukan hanya istighfar dalam lisan tapi tidak diikuti dengan perbuatan anggota badan,, dan istighfar yang benar-benar dilakukan ikhlas mengharapkan ampunan dan keridhaan Tuhan, Allaah menjamin rezekinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits “Barangsiapa menetapi istighfar (terus menerus memohon ampun) maka Allaah akan menjadikan untuknya kelapangan dari setiap kesempitan dan jalan keluar dari setiap kesulitan, dan akan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, An-Nasa`i, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Al-Hakim, dan beliau menshahihkannya).
Pintu pembuka yang kedua yaitu beribadah, dalam hal ini hendaknya perlu diluruksan bahwa ibadah disini adalah hanya duduk diam di mesjid tanpa melakukan suatu usaha apapun, akan tetapi ibadah disini adalah hendaknya ketika seorang hamba beribadah, tidak ada lagi yang terbesit dalam pikirannya hal-hal yang lain selain Allaah, merendahkan diri di hadapan Yang Maha Besar dan menghadirkan hati supaya lebih khusyu’ sebagaimana disebutkan dalam hadits: “hendaklah kamu beribadah kepada Allaah seolah-olah kamu melihatNYA, jika kamu tidak melihatNYA, maka sesungguhnya DIA melihatmu”, dan mengenai harus beribadah sepenuhnya ada dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Ma’jah dan Al-Hakim dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu dari Nabi sholallaahu ‘alaihi wasalam bersabda: “ sesungguhnya Allaah subhanahu wa ta’ala berfirman, wahai anak adam beribadahlah sepenuhnya kepadaku, niscaya Aku penuhi hatimu yang ada di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu, jika tidak kalian lakukan niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu kepada manusia”,, jika kita beribadah dengan sungguh-sungguh Allaah akan mencukupi kebutuhan kita dn bila tidak maka Allaah akan menyibukan kita, suatu hal yang kontras sekali terjadi pada saat ini, dimana kebanyakan orang-orang hanya beribadah dalam gerakan tubuhnya saja tidak diikuti dengan kekhusyu’an dan menghadirkan hati yang akhirnya sholat yang seharusnya bisa mencegah dari perbuatan maksiat malah menjadi boomerang yang menjadikan dirinya menjadi makhluk yang semakin jauh dan tidak mendapat rahmat dari sholat yang dilakukannya,, selain mendapatkan jaminan rezeki, dengan ibadah juga kita bisa meraih predikat taqwa, dimana predikat taqwa ini sangat mudah diucapkan tapi sulit sekali dilaksanakan dan ternyata taqwa ini pun merupakan pintu pembuka rezeki juga sama yang satu paket dengan iman, dimana disebutkan dalam Qur’an: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (Para Rasul), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari makar Allah (ketika mereka lalai dengan nikmat yang Allah berikan kepada mereka sebagai bentuk istdroj kemudian Allah datangkan adzab yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi “. (QS : Al A’raf [8] : 96-99).

Tak hanya ibadah yang harus diluruskan, bertawakkal pun harus diluruskan, karena tak sedikit yang beranggapan bahwa bertawakkal itu hanyalah duduk diam dan tidak melakukan suatu hal, padahal dalam Qur’an dan suatu hadits disebutkan: Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Subhaanahu Wata’alaiscaya Allaah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath-Thalaq: 3) “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allaah dengan sebenar-benar tawakkal maka sungguh Dia akan memberi kalian rezeki seperti DIA memberi rezeki kepada burung-burung; mereka pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan pulang di sore hari dalam keadaan perut penuh berisi (kenyang).” (Diriwayatkan oleh imam Ahmad, At-Tirmidzi dan ia berkata, “Hasan shahih”, An-Nasa`i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim),, perlu digaris bawahi dari kata burung-burung, bahwa burung-burung pergi di pagi hari, ini menunjukkan burung itu juga berusaha tidak hanya berdiam diri saja, maka kenapa manusia begitu pemalasnya dengan menyandarkan segala urusan kepada Tuhan tapi ia sendiri hanya duduk diam tidak melakukan suatu kegiatan untuk mendapatkan makanan,,

BILLAAHI FI SABILIL HAQ

Leave a Reply