BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM
Cinta, kata yang terdiri dari lima huruf ini begitu banyak mempunyai arti, dan kata ini biasanya dipakai untuk menamakan sebuah perasaan seseorang yang suka dan simpati terhadap lawan jenis, atau dalam istilahnya jatuh cinta. Sudah kita ketahui bahwa orang yang jatuh cinta tidak akan merasa sakit meskipun ia sedang terjatuh, dan baru merasakan sakit ketika orang yang dicintanya tidak membalas cintanya. Padahal sebelum ia merasakan sakitnya jatuh cinta, ia adalah orang yang berusaha untuk membuka hati orang yang dicintanya, entah itu dengan memberikan berbagai macam barang-barang yang disukai oleh yang dicintanya meskipun harus merelakan dirinya tak mempunyai apa-apa bahkan tak jarang melakukan hal-hal yang nekad untuk memberikan barang kepada orang yang dicintainya. Selain itu ada juga yang menuruti semua perintah dan larangan dari orang yang dicintanya tersebut, misal dilarang merokok, berambut panjang jika pria, dan jangan membuka aurat jika wanita, mungkin hal tersebut bisa menjadi positif jika orang yang dicintainya adalah orang yang baik dan ingin menjadikan orang yang mencintainya baik pula. Akan tetapi keadaan yang terjadi saat ini sungguh jauh berbeda dengan hal-hal yang positif meskipun pada awal mula perkenalan antara pria dan wanita yang terjatuh dalam cinta saling memperlihatkan kebaikan, karena masing-masing mempunyai keinginan yang ingin diwujudkan, misal si pria ingin merasakan keindahan wanita, atau si wanita ingin harta yang dimiliki oleh si pria, sehingga jika sudah tercapai maksud dari keduanya ditinggalkan begitu saja tanpa peduli orang yang ditinggalkannya bahagia ataupun menderita. Dan inilah petaka yang sedang terjadi pada anak-anak muda ataupun orang-orang tua, yang mungkin inilah pertanda bahwa waktu kiamat akan segera tiba. Dimana kata cinta sekarang sudah digunakan untuk menutupi hawa nafsu yang memburu, untuk mewujudkan syahwat yang telah terbutakan oleh bisikan syetan, entah itu merenggut kehormatan seorang perempuan ataupun menghabiskan harta kekayaan seorang pria yang jutawan. Cinta seperti itu adalah cinta yang buta, yang tidak menyandarkan cintanya kepada Yang Maha Pemelihara, sehingga pantas saja istilah tadi menyebutkan jatuh cinta, karena jika orang yang dapat melihat kemungkinan besar tidak akan terjatuh dalam cinta yang buta, tapi akan membangun cinta yang akan membawanya bahagia.
Timbulnya rasa cinta berawal dari rasa suka dilanjutkan dengan perkenalan dan pendekatan dibangun dengan percaya dan yakin yang akhirnya menjadi sebuah rasa yang terasa indah dan bahagia. Betapa sering kita melakukan pendekatan dengan orang yang kita cinta, tapi betapa jarang kita melakukan pengenalan dan pendekatan terhadap Tuhan yang telah menciptakan, sungguh betapa bodohnya diri kita semua yang telah tertipu keindahan dunia yang akan binasa dan menggadaikan kehidupan yang tak akan ada akhirnya untuk hidup bahagia di surga dan bertemu dengan Dzat Yang Maha Cinta. Ambil saja sebuah contoh yang sering kita lakukan dalam keseharian, dimana jika kita akan bertemu dengan orang yang kita cinta atau orang yang kita hormat sudah tentu kita akan memakai pakaian yang bagus, memakai wangi-wangian karena tidak ingin mengecewakan orang yang mengundang kita, bahkan berangkat ke tempat tujuan pun dilakukan lebih awal karena ditakutkan akan terlambat dan membuat kecewa yang mengundang, akan tetapi ketika adzan dikumandangkan yang merupakan undangan untuk kita semua sebagai seorang insan dan sebagai hamba Tuhan, tak jarang kita malah santai-santai saja, jika memenuhi panggilan pun, berpakaian seadanya tidak seperti ketika diundang oleh tamu kehormatan atau bertemu dengan kekasih impian, padahal sungguh Allaah lebih layak untuk dimalui, sebagaimana disebutkan dalam hadits :“Allaah Subhanahu Wa Ta’ala. itu lebih berhak untuk dimalui daripada manusia (harus lebih malu oleh Allaah daripada oleh manusia).” (riwayat Ashabu Sunan),, akan tetapi pada zaman sekarang ini manusia lebih merasa malu dilihat oleh manusia lain yang merupakan kekasih yang dicintainya atau orang terhormat atau orang berpangkat, sehingga pantas saja orang-orang yang melakukan kegiatan pacaran tidak malu untuk bermesraan di depan orang-orang karena mereka hanya malu kepada orang-orang tertentu,, jika didepan orang-orang saja sudah berani bermesraan apalagi jika berduaan dimana tidak ada orang yang melihat mereka, sudah tentu perbuatan yang dilakukan lebih parah dari apa yang mereka perlihatkan, dan ini terjadi karena mereka sudah tidak merasa malu kepada Allaah sebagaimana petunjuk dari Rasulullooh shalallaahu ‘alaihi wasalam,, pantas saja beliau bersabda dari Abu Mas’ud, Uqbah ibn Amr Anshori al Badri rodhiyAllaahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullooh shalallaahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Perkataan (sabda) Nabi paling pertama yang dikenal atau diketahui manusia adalah, “Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah semaumu.” (Riwayat Bukhari, Abu Dawud, Ahmad) dalam riwayat lain Dari Abdullah bin Umar, beliau berkata: “Rasulullah pernah melewati seorang laki-laki dari golongan Anshar yang sedang menasehati saudaranya dalam masalah ‘sifat malu’, beliau bersabda; Tinggalkan dia, sesungguhnya sifat malu itu sebagian dari iman”. (Riwayat Bukhari) hadits-hadits ini untuk memperkuat lagi bahwa Allaah Maha Mengetahui atas apa yang dilakukan hamba-hambaNYA sehingga sudah sepatutnya kita malu kepada Allaah, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an: “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya DIA Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Fushshilat ayat 40),, sungguh betapa kita telah melupakan hak-hak Allaah yang telah menciptakan kita semua, bukannya menghindari perbuatan dan hal-hal yang membuatNYA murka, yang ada malah berbuat dosa secara terang-terangan pula,, tak hanya dalam prilaku dan perbuatan kita pun terlalu sering mengabaikan hak-hak Allaah yang lain untuk memakai pakaian ketika kita menghadapNYA,, kita memakai pakaian yang bagus dan indah ketika diundang atau bertemu dengan kekasih yang dicinta atau orang yang dianggap kita mulai tapi ketika menghadap Yang Maha Kuasa kita berpakaian biasa-biasa saja padahal Allaah lebih layak untuk melihat kita memakai pakaian yang indah ketika memasuki mesjid, karena DIA yang memberi kita kehidupan, DIA yang memberikan rezeki dan makanan, tapi kita melupakan hak Allaah ini padahal perintah ini sudah tercantum dalam Qur’an: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid…(Al- A’roof ayat 31),, maka jangan merasa dilupakan sama Tuhan jika kita melupakan hak-hak Tuhan sendiri, jangan bertanya kenapa do’a belum diqobulkan padahal kita sendiri yang sudah terlalu sering melupakan kewajiban termasuk memakai pakaian indah ketika memenuhi panggilan Tuhan,, coba kita renungkan berapa biaya yang kita keluarkan untuk membeli pakaian yang indah untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan berapa biaya yang kita keluarkan untuk membeli pakaian yang kita pakai untuk menghadap Yang Maha Kuasa, padahal pujian dari Allaah lebih berharga daripada pujian manusia, coba renungkan lebih besar manakah biaya yang kita keluarkan?,,
Pengenalan, pendekatan yang kita lakukan terhadap orang yang kita cinta adalah cara supaya hati orang yang kita cinta luluh dan mau mencintai kita,,tak jarang kita berjuang untuk melihat orang yang kita cinta bahagia, tak jarang kita menahan amarah kita karena ingin dipandang baik oleh orang yang kita cinta, tak jarang pula kita menahan lapar karena gelisah memikirkan keadaan orang yang dicinta, kita sering merubah gaya bicara kita menjadi lebih halus dan berkata baik ketika berbicara dengan orang yang dicinta padahal jika berbicara dengan teman-teman kita berbicara apa adanya bahkan suka lupa terhadap norma-norma ketika berbicara, ketika orang yang dicinta membutuhkan bantuan kita, kita selalu siap sedia, ketika orang yang dicinta memanggil kita dengan segera pula kita mendatanginya, sungguh apapun akan dilakukan oleh orang yang sedang dilanda cinta untuk membuka hati orang yang dicintainya,,padahal belum tentu orang yang kita cinta memberikan balasan terhadap cinta kita, yang akhirnya cinta itu berakhir pada salah satu diantara dua kata, jika tidak bahagia maka sudah pasti akan menderita,,,tentunya hal ini sangat bertolak belakang jika kita melakukan hal-hal yang tadi disebutkan untuk membuka cinta Yang Maha Pencinta, jika saja kita berjuang untuk menegakkan agama Allaah tentu Allaah akan membalas perjuangan kita sebagaimana termaktub dalam Qur’an: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allaah, mereka itu mengharapkan rahmat Allaah, dan Allaah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah ayat 218),, Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allaah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali-Imron ayat 145) Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allaah atau meninggal, tentulah ampunan Allaah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. (Ali-Imron ayat 157),, tiga ayat dari surat yang berbeda tadi merupakan bukti bahwa berjuang atau jihad di jalan Allaah memiliki banyak keutamaan, dalam ayat pertama disebutkan bahwa orang yang beriman, orang yang berhijrah dan orang yang berjihad itu mengharapkan rahmat Allaah, mereka mengharapkan rahmat Allaah karena di dunia ini tidak ada yang lebih berharga lagi daripada rahmat Allaah, bahkan dalam suatu hadits Dari ‘Aisyah rodhiyAllaahu ‘anha Rasulullulooh bersabda : “Perbaikilah dirimu, ucapkan kebaikan dan sampaikan kabar gembira, sesungguhnya amal seseorang tidak akan bisa memasukkannya ke dalam surga” Orang bertanya : “ Termasuk amal anda juga wahai Rasulullooh?” Rasulullooh menjawab: “ termasuk juga amalku, kecuali jika Allaah mencurahkan rahmat-Nya kepadaku. Ketahuilah bahwa amal yang paling disenangi Allaah adalah amal yang istiqamah meskipun sedikit” (Riwayat Muslim),, jika saja Rasul yang amalnya begitu banyak, dosanya diampuni mengeluarkan pernyataan seperti itu berarti betapa berharganya rahmat Allaah yang diharapkan oleh orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad,, dalam ayat berikutnya Allaah memberitahukan bahwa semua yang bernyawa itu tidak akan mati kecuali dengan izin Allaah, hal ini merupakan kabar gembira terhadap orang yang berjihad supaya tidak takut untuk berjuang di jalan Allaah karena hidup dan matinya sudah ditentukan, meskipun ikut berjihad atau tidak kematian akan tetap datang dan harus dilalui sebagaimana kita melewati pintu, selain itu juga ada peringatan agar kita lebih memilih pahala akhirat daripada pahala dunia,, dan ayat terakhir yang tadi disebutkan merupakan kabar gembira untuk orang-orang yang berjuang bahwa jika kita gugur atau meninggal, itu lebih baik karena mendapatkan ampunan dan rahmat Allaah yang lebih baik dari harta rampasan yang dikumpulkan oleh orang-orang yang masih hidup setelah memenangkan peperangan,,,SubhanaAllaah betapa hebatnya balasan yang diberikan oleh Allaah kepada orang yang berjuang di jalanNYA untuk menegakkan agama Islam,,dari sini saja jelas sekali bahwa berjuang untuk mendapatkan cinta dari manusia tiada artinya jika dibandingkan dengan berjuang untuk membela agama,,, jika menahan amarah karena manusia saja bisa mendapatkan citra baik apalagi menahan amarah karena Allaah sudah tentu hal ini mendapatkan yang lebih baik lagi, dalam suatu hadits disebutkan bahwa “Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia sanggup untuk melampiaskannya, (kelak di hari kiamat) Allaah akan memanggilnya di hadapan para makhlukNYA hingga menyuruhnya memilih salah satu dari bidadari surga, dan menikahkannya dengan hamba tersebut sesuai dengan kemauannya “ (Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah),, tentunya hal ini merupakan bukti bahwa menahan amarah karena Allaah daripada menahan amarah karena ingin mendapat pujian dari manusia itu lebih berarti, akan tetapi hanya sedikit orang yang menahan amarahnya karena Allaah,,kebanyakan manusia menahan amarah karena ingin mendapatkan simpati dari manusia, dan jika sudah mendapatkan simpati dari manusia kemudian mendapatkan apa yang diinginkannya biasanya terlihatlah sifat manusia yang sesungguhnya,,, berkata baik pun sebenarnya sudah ada dalam ajaran Islam yang merupakan ciri orang beriman sebagaimana disebutkan Dari Abu Hurairah radhiyAllaahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shollAllaahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allaah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allaah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allaah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. [Riwayat Bukhari 6018, Muslim no. 47],, hadist ini merupakan penegasan untuk orang-orang yang beriman agar menjaga lisan dengan mengucapkan perkataan yang baik jikalau tidak bisa maka lebih baik diam, jadi jika ada orang yang mengaku sudah benar-benar beriman kepada Allaah dan hari akhir tapi tidak bisa menjaga ucapannya maka ragukanlah keimanannya, hadits ini juga berkaitan dengan firman Allaah dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya kelak pasti akan dimintai tanggung jawabnya”. (Al-Isra’ ayat 36) dan Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir (Qof ayat 18),, dengan demikian jelaslah bahwa orang yang benar-benar beriman kepada Allaah dan hari akhir akan menjaga lidahnya untuk berkata baik, tidak mengeluarkan perkataan yang sia-sia, jika tidak bisa maka ia lebih memilih diam sebagaimana yang tadi disebutkan,,,
Allaah memang tidak membutuhkan bantuan dari kita semua karena DIA Maha Sempurna, tapi Allaah memerintahkan kita semua untuk membantu hamba-hambaNYA yang merupakan saudara-saudara kita yang masih kekurangan dalam soal harta, karena memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan seperti anak-anak yatim dan fakir miskin akan mendapatkan balasan dan tidak akan dirugikan seperti yang tersurat dalam Qur’an,, Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allaah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allaah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allaah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). (Al-Baqarah ayat 272),, dan bila saja kita enggan untuk membantu saudara-saudara kita yang kekurangan maka keimanan kita patut diragukan, karena Allaah pun memberikan peringatan kepada orang yang enggan memberikan bantuan dalam Surat Al-Maa’uun Allaah berfirman: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna (Al-Maa’ uun ayat 1-7),, sudah tentu kita tidak mau disebut orang yang mendustkan agama, tapi yang menjadi anehnya kita juga tidak mau menolong sesama untuk melepaskan diri dari celaan yang disebutkan dalam ayat Qur’an tadi yakni orang yang mendustakan agama,, memenuhi panggilan orang yang dicinta begitu semangatnya kita untuk menemuinya dengan segera,, akan tetapi memenuhi panggilan Tuhan yang menciptakan dan memberikan cinta, kebanyakan dari kita hanya santai-santai saja,, padahal menjadi kekasih Allaah jauh lebih berharga daripada menjadi kekasih manusia, dan untuk menjadi kekasih Allaah sudah tentu kita harus melakukan hal-hal yang disukai Allaah, dan salah satunya adalah mendirikan shalat pada waktunya, karena dalam hadits Dari Abu Hurairah rodhiyAllaahu ‘anhu, berkata: Rasulullooh shalallaahu ‘alaihi wasalam bersabda: Sesungguhnya Allaah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, “Barangsiapa memusuhi waliKU (kekasihKU), sungguh AKU telah menyatakan perang terhadapnya, dan tidaklah seseorang bertaqarrub kepadaKU dengan sesuatu yang lebih AKU sukai daripada hal-hal yang telah AKU fardhukan. Dan tidaklah seseorang hamba terus menerus bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga AKU mencintainya. Dan apabila AKU telah mencintainya, jadilah AKU pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar dan penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat dan tangannya yang ia gunakan untuk berjuang dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta kepadaKU pasti AKU akan memberinya, dan jika ia minta perlindungan kepadaKU pasti AKU memberinya perlindungan.” (Riwayat Bukhari),, tidak ada seorangpun yang tidak ingin menjadi kekasih Allaah, akan tetapi yang menjadi permasalahan disini adalah keinginan manusia tak jarang tak sesuai dengan apa yang diusahakannya, sebagai contoh manusia ingin menjadi pintar tapi tidak mau belajar, manusia ingin menjadi kaya tapi tidak mau berusaha, dan sama seperti halnya untuk dapat menjadi kekasih Allaah kita harus melakukan apa yang diperintahkan olehNYA baik itu fardhu terlebih lagi mengamalkan juga sunnah,, mustahil seseorang menjadi kekasih Allaah tapi orang tersebut menyepelekan masalah syari’at apalagi meninggalkan syari’at,,, begitu kerasnya perjuangan manusia untuk membuka hati manusia lain yang dicintainya ataupun juga ingin dapat membuka pintu hidayah dari Yang Maha Cinta, dan dari sana kita bisa mengambil kesimpulan jika manusia saja mampu membuka hati orang yang dicintanya dan membuka pintu hidayahNYA dengan izinNYA, maka sudah pasti Allaah yang menciptakan kita semua juga mampu untuk membuka hati manusia, membuka rezeki manusia sehingga pantaslah Allaah memiliki sifat Al-Fattaah yang artinya Maha Pembuka,,
BILLAAHI FI SABILIL HAQ