Rabu, 03 Oktober 2012

Al-Baasith

0 komentar
BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM

Terkadang akal kita berpikir bahwa berlimpahnya harta, yang merupakan lapangnya rejeki adalah bukti sayang dari Tuhan Yang Maha Rahmaan, padahal bisa saja berlimpahnya harta dan kekayaan itu merupakan ujian yang diberikan untuk menunjukan seberapa besar kesabaran seorang manusia untuk membelanjakan harta titipan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam Qur’an maupun hadits yang telah ditinggalkan. Akan tetapi meskipun begitu banyak keterangan bahwa kemuliaan itu bukan terletak pada lapangnya rejeki ataupun banyaknya harta, manusia tetap saja menginginkan harta kekayaan, karena pada zaman sekarangi ini hampir semua kebutuhan selalu dikaitkan dengan uang dan kekayaan, seolah api yang harus selalu ada kayu bakar atau minyak agar tetap bisa menyala. Alhasil karena menganggap semua kehidupan berkaitan dengan uang dan harta kekayaan, manusia pun terjatuh dalam jebakan untuk mencintai harta kekayaan daripada keyakinan yang mempengaruhi hidup matinya hati seseorang.

Sebagai contoh tak sedikit dalam kehidupan masyarakat kita yang menggadaikan keimanannya dengan harta kekayaan lewat penyembahan, atau pengorbanan sesuatu kepada satu makhluk yang dipercayanya akan memberikan harta kekayaan, padahal sungguh hal ini merupakan bentuk kedurhakaan yang besar dengan melanggar aturan yang jelas-jelas sangat dilarang oleh Allaah, dalam hal kemusyrikan atau menyekutukan, dalam Surat Al-Baqarah ayat 22 disebutkan : “DIAlah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan DIA menurunkan air (hujan) dari langit, lalu DIA menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allaah, padahal kamu mengetahui. “ (Al-Baqarah ayat 22),, dengan ayat ini harusnya manusia yakin dan percaya kebesaran dan kekuasaan Tuhannya yang telah menciptakan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, tak hanya itu Allaah juga menurunkan air hujan dari langit, dan Allaah pula yang menghasilkan segala buah-buahan sebagai rezeki untuk manusia sebab dari turunnya hujan tadi, maka dari itu Allaah memerintahkan supaya manusia jangan mengadakan sekutu-sekutu padahal manusia sudah mengetahui bahwa hanya Allaah yang dapat memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNYA,, mungkin dalam hal ini akan timbul pertanyaan jika memang benar bahwa hanya Allaah lah yang mengatur segala urusan, lalu kenapa begitu banyak orang-orang yang musyrik mendapatkan kekayaan dari hasil menyekutukan Tuhan, dan kenapa Allaah mengizinkan datangnya rezeki yang diusahakan dengan jalan yang salah,,,

Perlu diketahui orang-orang kafir dan musyrik yang mendapatkan kesenangan dan kekayaan di dunia adalah balasan dari sungguh-sungguhnya usaha mereka ingin mendapatkan kekayaan tersebut dengan melakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara mengorbankan nyawa manusia baik itu keluarga ataupun orang yang tidak dikenalnya,, mereka melakukan itu semua hanya demi mencari kesenangan hidup di dunia yang hanya sementara, karena mereka berpikir tidak akan ada pertanggung jawaban dari apa saja yang telah mereka lakukan,, dalam hal ini cobalah renungkan, sudahkah kita semua berbuat sungguh-sungguh dalam melakukan ibadah kepada Allaah sebagaimana bersungguh-sungguhnya orang-orang kafir dalam melakukan ritual pemujaan kepada syaithon untuk mendapat kekayaan?,, pernahkah kita mau mengorbankan nyawa demi mendapatkan keridhoan Tuhan sebagaimana orang-orang kafir mengorbankan nyawa untuk mendapatkan kekayaan?,, jika jawabannya belum, maka pantas saja Allaah lebih menunjukan hasil kepada orang musyrik dan kafir dari usaha mereka dalam hal kemusyrikannya untuk mendapatkan kekayaan, daripada kita semua yang beribadah tapi tidak bersungguh-sungguh, sementara itu kita mengharapkan ridho dan ampunan dari Allaah Subhanahu wa Ta’ala, jelas ini merupakan suatu perkara yang mustahil, ingin mendapatkan sesuatu tapi tidak bersungguh-sungguh, seperti anak kecil yang ingin menjadi seorang dokter tapi dia tidak pergi ke sekolah untuk belajar,,

Pertanyaan kedua mengenai kenapa Allaah mendatangkan rezeki yang diusahakan dari jalan yang salah adalah merupakan suatu ketetapan yang telah ditentukan ketika Allaah mengutuk iblis atas kedurhakaan dan berjanji akan menyesatkan semua anak cucu adam dan memandang baik perbuatan buruk yang mereka kerjakan,, dalam Qur’an disebutkan: “Allaah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat." Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan Allaah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (Al-Hijr ayat 34-39),, dalam ayat lain disebutkan Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allaah menjadikan untukmu ampunan daripadaNYA dan karunia. Dan Allaah Maha Luas (karuniaNYA) lagi Maha Mengatahui. (Al-Baqarah ayat 268),, dalam surat Al-Hijr tadi diceritakan tentang janji iblis untuk memperlihatkan perbuatan ma’siat di muka bumi sehingga perbuatan tersebut terlihat baik dalam pandangan manusia, dan keberhasilan iblis dalam hal ini bisa dilihat dengan populernya istilah pacaran yang sebenarnya tidak ada dalam aturan Islam, hebatnya iblis dengan keindahan istilah tersebut tak sedikit banyak pemuda-pemudi yang terjerumus ke dalam jebakan untuk melakukan perzinahan, sedangkan pernikahan yang jelas-jelas diperintahkan dalam ajaran Islam begitu banyak mendapatkan tentangan jika calon pengantin masih berusia muda atau belum terlihat mapan,,

Jika dalam surat Al-Hijr tadi iblis memperdaya manusia dengan memperlihatkan perbuatan ma’siat sehingga terlihat baik, dalam surat Al-Baqarah ayat 268 disebutkan bahwa syaitan menakuti-nakuti manusia dengan kemiskinan dan menyuruh manusia untuk berbuat jahat dan kikir, sehingga tidak mau berbagi terhadap orang-orang yang kesusahan dan membutuhkan, padahal Allaah balasan dari Allaah lebih berharga daripada harta yang dikeluarkan untuk menolong sesama yang sedang membutuhkan,, dikatakan demikian karena di hari pembalasan harta yang diusahakan dan dipertahankan tidak akan guna dan manfaatnya kecuali amal baik yang kita kerjakan yang akan menjadi teman untuk menyelamatkan dari siksa Allaah yang pedih di alam keabadian,, akan tetapi meskipun begitu kenyataannya manusia tidak pernah percaya terhadap apa yang dijanjikan oleh Allaah Ta’ala, manusia tidak percaya kepada Allaah karena tidak mengenal siapa Allaah, dan manusia tidak mengenal siapa Allaah karena manusia tidak pernah mau mengetahui tentang Allaah,, bagaimana kita akan mengetahui tentang Allaah jika menghadapNYA saja kita enggan,,  coba saja renungkan berapa kali orang yang suka sholat menyebutkan do’a dalam sholatnya yang merupakan potongan dari surat Al-Fatihah yang artinya tunjukan kami jalan yang lurus, tapi jika datang petunjuk mengenai jalan yang lurus, jalan yang dititi oleh hamba-hamba Allaah yang mendapat ni’mat dan rahmat, jalan para Nabi dan Rosul, juga jalan para orang-orang sholeh dan syuhada, terkadang kita sama sekali tersentak karena takut untuk mengikuti jalan tersebut, padahal jalan itu adalah jalan yang selamat,, coba renungkan ayat berikut: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allaah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allaah itu amat dekat. (Al-Baqarah ayat 214),, renungkan kembali apa yang tersurat dalam ayat tersebut, ayat tersebut merupakan sindiran kepada kita semua yang hidup pada akhir zaman, yang mungkin kita sudah merasa cukup dengan melakukan kebaikan, padahal keimanan kita belum seberapa jika dibandingkan dengan keimanan orang-orang sebelum kita yang ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan,, kita belum tentu mampu untuk menghadapi malapetaka dan kesengsaraan karena kita saat ini hidup di zaman kemewahan dan yang mendewa-dewakan harta kekayaan,, mari kita renungkan kembali ayat Al-Qur’an ini: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allaah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allaah, rasulNYA dan orang-orang yang beriman. Dan Allaah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (At-Taubah ayat 16),, coba renungkan sahabat, ayat ini adalah suatu peringatan agar kita tidak merasa aman karena merasa sudah beriman, padahal Allaah belum memberikan ujian untuk membuktikan dalam kenyataan bahwa hanya orang yang beriman tidak mengambil teman selain Allaah sebagai Tuhan dan Rosul sebagai utusan,, akan tetapi di zaman sekarang ini, bisa kita lihat sendiri negara-negara yang mengaku beragama Islam tapi tidak sepenuhnya menerapkan aturan Islam secara keseluruhan, padahal perintah Allaah begitu jelas tercantum dalam Qur’an: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah ayat 208),, ayat ini merupakan penegasan bahwa jika seorang mengaku beriman maka haruslah beriman secara keseluruhan, tanpa ada kompromi dalam masalah apapun baik itu dalam sistem pemerintahan ataupun aturan, karena Islam sendiri pun telah menetapkan aturan-aturan yang telah tercantum dalam Qur’an juga sunnah-sunnah yang telah Rosul tinggalkan,, akan tetapi belum ada satu negara pun yang menerapkan konsep Islam secara keseluruhan, sistem kekholifahan yang dulu memajukan dan membesarkan Islam, dan mensejahterakan kini hanya tinggal impian yang entah kapan dapat kembali didirikan,, yang ada saat ini adalah aturan yang dibuat sedemikian rupa oleh manusia yang tidak mau melihat Islam kembali berjaya, karena mereka takut jika Islam bangkit kembali maka usaha mereka akan sia-sia,,,

Kemiskinan, kelaparan, dan kekurangan harta yang melanda beberapa negara bukan karena kesalahan Allaah semata, tapi karena kesalahan manusia yang tidak mau beriman dan bertaqwa terhadap segala ketentuan Yang Maha Kuasa, janji Allaah tak akan mungkin ingkar, Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-‘Aroof ayat 96),, begitu benarnya janji Allaah dalam ayat ini, dimana keberkahan dari langit dan bumi seolah pergi dan enggan kembali karena sifat manusia yang sudah cinta akan kehidupan duniawi serta enggan untuk memenuhi panggilan ataupun perintah dari Ilahi,, padahal sebenarnya ibadah adalah kunci untuk melapangkan rezeki, jika kita benar-benar beribadah sebagaimana disabdakan oleh Rosulullooh sholAllaahu ‘alaihi wasalam: Sesungguhnya Allaah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKU, niscaya AKU penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada dengan kekayaan dan AKU penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan niscaya AKU penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak AKU penuhi kebutuhanmu (kepada manusia) ”Riwayat Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim),, Hendaknya seseorang tidak mengira bahwa yang dimaksud beribadah sepenuhnya adalah dengan meninggalkan usaha untuk mendapatkan penghidupan dan duduk di masjid sepanjang siang dan malam. Tetapi yang dimaksud –wAllaahu a’lam- adalah hendaknya seorang hamba beribadah dengan hati dan jasadnya, khusyu’ dan merendahkan diri di hadapan Allaah Yang Mahaesa, menghadirkan (dalam hati) betapa besar keagungan Allaah, benar-benar merasa bahwa ia sedang bermunajat kepada Allaah Yang Maha Menguasai dan Maha Menentukan. Yakni beribadah sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits. “Artinya : Hendaknya kamu beribadah kepada Allaah seakan-akan kamu melihatNya. Jika kamu tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu” (Riwyat Muslim),, ini merupakan larangan supaya kita menjaga ibadah kita, sebagaimana perkataan ulama: “Janganlah engkau termasuk orang-orang yang (ketika beribadah) jasad mereka berada di masjid, sedang hatinya berada di luar masjid” perkataan ini untuk menjelaskan sabda Rasulullah ShallAllaahu ‘alaihi wa sallam. Yang Artinya : Beribadahlah sepenuhnya kepadaKu”. Ulama lain berkata Maknanya, jadikanlah hatimu benar-benar sepenuhnya (berkosentrasi) untuk beribadah kepada Tuhamnu” dan ulama lain menyebutkan: Kosongkanlah (hatimu) dari urusan-urusanmu untuk menta’atiKU.
Ada beberapa nash yang menunjukkan bahwa beribadah sepenuhnya kepada Allaah termasuk di antara kunci-kunci rizki. Beberapa nash tersebut di antaranya adalah.
Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abu Hurairah RadhiyAllaahu ‘anhu, dari Nabi ShallAllaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda. “Artinya : Sesungguhnya Allaah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan  dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia)” ,,, Nabi ShallAllaahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits tersebut menjelaskan, bahwasanya Allaah menjanjikan kepada orang yang beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan dua hadiah sebaliknya mengancam bagi yang tidak beribadah kepadaNya dengan sepenuhnya dengan dua siksa. Adapun dua hadiah itu adalah Allaah mengisi hati orang yang beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan kekayaan serta memenuhi kebutuhannya. Sedang dua siksa itu adalah Allaah memenuhi kedua tangan orang yang tidak beribadah kepadaNya sepenuhnya dengan berbagai kesibukan, dan ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya, sehingga ia tetap membutuhkan kepada manusia.
Hadits riwayat Imam Al-Hakim dari Ma’qal bin Yasar RadhiyAllaahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah ShallAllaahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Tuhan kalian berkata, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah kepadaKu sepenuhnya, niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam!, jangan jauhi Aku, sehingga Aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan”  Dalam hadits yang mulia ini, Nabi ShallAllaahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, yang berbicara berdasarkan wahyu mengabarkan tentang janji Allaah, yang tak satu pun lebih memenuhi janji daripadaNya, berapa dua jenis pahala bagi orang yang benar-benar beribadah kepada Allaah sepenuhnya. Yaitu, Allaah pasti memenuhi hatinya dengan kekayaan dan kedua tangannya dengan rizki. Sebagaimana Nabi ShallAllaahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan akan ancaman Allaah kepada orang yang menjauhiNya dengan dua jenis siksa. Yaitu Allaah pasti memenuhi hatinya dengan kefakiran dan kedua tangannya dengan kesibukan. Dan semua mengetahui, siapa yang hatinya dikayakan oleh Yang Maha Memberi kekayaan, niscaya tidak akan didekati oleh kemiskinan selama-lamanya. Dan siapa yang kedua tangannya dipenuhi rizki oleh Yang Maha Memberi rizki dan Mahaperkasa, niscaya ia tidak akan pernah pailit selama-lamanya. Sebaliknya, siapa yang hatinya dipenuhi dengan kefakiran oleh Yang Mahakuasa dan Maha Menentukan, niscaya tak seorangpun mampu membuatnya kaya. Dan siapa yang disibukkan oleh Yang Maha Perkasa dan Maha Memaksa, niscaya tak seorangpun yang mampu memberinya waktu luang.
Manusia yang dengan segala kelemahan dan kekurangannya mampu untuk melapangkan rezeki meski cara yang ditempuhnya salah dan tidak sesuai dengan perintah Allaah sehingga hasilnya tak menjadi berkah, jika manusia saja mampu berbuat seperti itu apalagi Allaah Yang Maha Sempurna dengan sifat Al-Baasith yang artinya Maha Melapangkan, sudah barang tentu Allaah mampu untuk melapangkan rezeki hambaNYA sebagaimana janjiNYA yang tadi disebutkan, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an: Allaah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). (Ar-Ra’d ayat 26)

BILLAAHI FI SABILIL HAQ

Leave a Reply