Selasa, 24 Juli 2012

Al-Baari'

0 komentar

BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM


Lebih dulu mana ayam atau telur?,, pertanyaan itu seringkali kita dengar baik dari anak kecil ataupun orang dewasa, bahkan pertanyaan tersebut pernah dijadikan lagu oleh seorang penyanyi anak-anak. Jika dijawab lebih dulu ayam, pasti ditanya terus ayam asalnya darimana?, dan memang ayam berasal dari telur, tapi jika dijawab telur dulu maka akan ditanyakan darimana asalnya telur dan jawabannya telur berasal dari ayam, sungguh pertanyaan yang membingungkan jika kita tidak mempunyai keyakinan tentang hakikat sebuah penciptaan. Tapi untuk seorang yang mempunyai keyakinan itu merupakan pertanyaan yang tidak sulit, karena orang yang mempunyai keyakinan pasti jawabannya lebih dulu ayam, jika ditanya alasannya kenapa, maka akan dijawab karena jika tak ada ayam maka tidak akan telur, misal telur lebih dulu dari ayam tapi telur tidak akan mungkin menetas jika tidak di erami oleh ayam, dan adanya ayam adalah merupakan kehendak dari Sang Pencipta untuk mengadakan sesuatu dari yang tidak ada, sama seperti penciptaan manusia pertama yaitu Nabi Adam ‘alaihi salam yang ditentang oleh seorang yang mencetuskan teori revolusi, bahwa manusia adalah revolusi dari kera, dan anehnya tak sedikit manusia yang mempercayai hal itu daripada percaya bahwa nabi Adam adalah manusia pertama yang hidup di bumi. Harusnya kita selaku manusia yang diberikan akal berpikir positif tentang teori evolusi ini, kenapa mau saja dikatakan bahwa nenek moyang manusia adalah kera, padahal sudah jelas bagi orang yang beriman bahwa manusia yang pertama adalah nabi Adam. Harus kita ketahui tujuan teori revolusi yang dicetuskan oleh kaum orientalis adalah bertujuan agar manusia tidak mengakui adanya sebuah penciptaan yang dilakukan oleh Tuhan, dan jika hal itu terjadi maka manusia tidak akan pernah menganggap adanya suatu penciptaan dan tidak ada Tuhan yang menciptakan, dan setelah itu terjadi maka manusia tidak akan mau mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dalam kitab Allaah, baik itu taurat, injil maupun Qur’an karena mereka merasa dirinya bukan ciptaan Tuhan dan tidak perlu menuruti perintah Allaah lewat Qur’an dan kitab yang lainnya. Hasil dari teori evolusi bisa kita pada akhir zaman sekarang ini, dimana manusia sudah tidak malu lagi berbuat kejahatan, bukannya malu yang ada malah bangga dengan perbuatan buruk yang telah dilakukannya. Sebagai contoh yang sering kita temukan, betapa anehnya di zaman sekarang ini jika seseorang belum memiliki seorang pacar, bahkan orangtuanya sendiri malah meledek jika si anak belum mempunyai pacar, dan jika seseorang sudah memiliki seorang pacar betapa bangganya dia telah terlepas dari kejombloannya, padahal dia hanya membanggakan dirinya di hadapan manusia tidak dihadapan Tuhan yang telah menciptakan dan memberikannya makan. Bahkan yang lebih parah lagi orang yang pacaran itu jika tidak melakukan suatu hal yang dilarang, mereka bilang itu bukanlah pacaran jika tidak melakukan ini dan itu, seolah menjadi suatu syarat bahwa dengan melakukan perbuatan yang haram barulah bisa dikatakan pacaran, sungguh sangat ironi generasi muda pada akhir zaman ini. Hal kecil yang berakibat besar seperti ini terjadi dikarenakan sudah tidak percaya lagi dengan adanya Tuhan yang menciptakan, sudah tidak percaya lagi bahwa ada yang mengawasi mereka ketika melakukan suatu perbuatan, ini adalah hasil dari teori evolusi yang dicetuskan oleh kaum orientalis untuk merusak moral dan prilaku manusia yang bebas tapi terikat sebuah aturan, dengan teori evolusi ini manusia hanya percaya kepada hukum alam, karena mereka hanya berpikir bahwa semua kejadian ini adalah terbentuk karena proses alam, bukan karena sebuah penciptaan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yang Maha Rohman, coba renungkan oleh akal yang sehat, jika benar alam yang melakukan proses yang mengakibatkan sebuah evolusi, coba saja simpan sekumpulan besi dan karet, apakah yang akan terjadi 1 sampai 2 tahun, bukannya berevolusi menjadi sebuah mobil, yang ada besi dan karet itu malah rusak dan lapuk karena rusak oleh alam. Tapi jika ada pencipta sudah pasti sekumpulan besi dan karet tadi bisa diubah menjadi suatu mobil dan mengadakan mobil dari bahan-bahan tadi.

Renungkanlah, sungguh tidak mungkin langit dan bumi juga segala isinya ada tanpa ada yang menciptakan, tanpa ada yang mengadakan. Jika bangunan, motor dan mobil saja perlu ada yang menciptakan apalagi langit dan bumi yang merupakan tempat hidup bagi kita semua sudah pasti ada Sang Pencipta Yang Maha Besar dan Maha Berkuasa. Kenapa kita tidak meyakii bahwa Allaah itu adalah pencipta kita padahal DIA telah memberitahukan lewat Qur’an tentang perintah untuk menyembah Tuhan, Allaah berfirman: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,(al-Baqarah, 2: 21)
Apakah masih belum jelas bahwa kita manusia ini ada yang menciptakan bukan terjadi karena proses alam, dan tujuan untuk menyembah Tuhan adalah untuk diri kita sendiri, supaya menjadi manusia yang bertaqwa, bukan untuk Allaah, karena tanpa ibadah kita pun Allaah tetap Maha Terpuji dan Pemilik Segala Keagungan. Agar kita meyakini bahwa kita harus beribadah kepada Allaah yang menciptakan kita, ambil saja sebuah contoh yang sudah sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Tak bisa kita pungkiri bahwa orangtua adalah orang yang ditakdirkan oleh Tuhan untuk menciptakan kita lewat hubungan yang dilakukan dalam ikatan pernikahan tentunya. Dan sudah jadi aturan dalam kehidupan bahwa kita selaku anak harus menuruti orangtua, pertama karena ibu yang mengandung, melahirkan, menyusui dan mendidik kita, dan ayah yang setiap hari pergi bekerja supaya kita bisa makan dan bisa sekolah sampai kita besar seperti sekarang. jika kita tidak menurut kepada aturan orangtua maka sudah pasti kita akan dimarahi orangtua, dan mungkin akan diusir dari rumah dan juga akan disebut anak durhaka. Di dunia ini tidak ada yang ingin menjadi anak durhaka, meskipun anak tersebut dikatakan jahat oleh orang lain, namun seorang anak akan tetap berbakti kepada orangtua meskipun cara berbakti yang dilakukannya salah. Sebuah contoh yang bisa kita lihat pada masa sekarang ini, seorang anak kerja keras supaya mendapatkan kekayaan, karena anak berfikir dengan dirinya menjadi kaya, ia akan bisa membahagiakan orangtua, tapi orang yang sudah mengenal dan cinta kepada harta jika tidak mempunyai iman yang kuat maka akan menjadi budak harta itu sendiri. Akhirnya si anak yang tadinya mau membahagiakan orangtua malah mempermalukan orangtua karena si anak melakukan perbuatan buruk untuk mendapatkan kekayaan yang ia pikir akan membuat orangtuanya bahagia, entah siapa yang salah dengan hal ini, apakah si anak yang tidak mengerti bahwa kebahagiaan orangtua adalah memiliki seorang anak yang sholeh dan sholehah, karena hal itu adalah salah satu yang amalnya tidak putus jika manusia telah mati, apakah orangtua yang hanya mendo’akan tapi tidak memberikan pelajaran ataupun contoh kepada anak-anaknya supaya menjadi anak sholeh dan sholehah. Dalam kejadian diatas rasanya tidak pantas jika kita hanya menyalahkan kondisi si anak yang melakukan perbuatan buruk untuk mendapatkan harta, sebenarnya hal itu tidak akan terjadi apabila orangtuanya mengajarkan bahwa mereka bahagia bukan karena harta, tapi mereka bahagia jika memiliki anak yang sholeh ataupun sholehah, dan tentunya orangtua juga harus memperhatikan perkembangan sikap anak-anak, tidak hanya sibuk memberikan nafkah, tapi seyogyanya juga orangtua memberikan nasihat atau pepatah yang bermanfaat untuk anaknya itu sendiri, sehingga disaat dewasa anak bisa menjadi sesuatu yang berharga yang senantiasa mendo’akan orangtua meskipun telah tiada. Namun kenyataan yang terjadi sekarang sungguh jauh dari apa yang dikatakan barusan. Hanya beberapa keluarga saja yang mendidik dan memperhatikan anak-anaknya supaya lebih mementingkan agama daripada dunia, dan hasilnya bisa kita lihat sendiri sekarang tak sedikit banyak anak yang menentang kepada keluarga, bahkan sampai ada pembunuhan, pemerkosaan terhadap orangtua, naudzubillaah, semoga tidak terjadi dengan keluarga kita. Buat para orangtua renungkanlah, apakah sudah memperhatikan dan mendidik anak-anak tentang agama sebagai pedoman hidup, atau kita hanya sibuk mencari harta dunia yang akhirnya dijadikan contoh oleh anak-anak untuk cinta kepada dunia dan melupakan agama, hal manakah yang sudah anda lakukan?
Begitu banyak perintah dalam agama Islam supaya menghormati orangtua karena lewat perantara mereka Allaah mengadakan kita di bumi ini, sehingga kita bisa hidup, bisa mengetahui baik dan buruknya dunia, maka pantaslah banyak perintah Allaah dalam Qur’an maupun hadits supaya kita selaku anak agar patuh kepada orangtua, Allaah berfirman: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (Luqman, 31: 14)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (al-Israa’, 17: 23)
“Sesungguh Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yg bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)” (Riwayat Bukhari Muslim)
Sudahkah kita berbuat baik kepada ibu bapak kita, ataukah kita malah durhaka kepada ibu bapak kita, renungkanlah macam-macam perbuatan durhaka yang akan disebutkan, semoga dengan mengetahui macam-macam perbuatan itu, kita bisa menghindari perbuatan yang mengundang murka Allaah yang diantaranya adalah:
[1] Menimbulkan gangguan terhadap orangtua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun peruntukan yg memuntuk orang tua sedih dan sakit hati.
[2] Berkata ‘ah’ dan tdk memenuhi panggilan orang tua.
[3] Membentak atau menghardik orang tua.
[4] Bakhil, tdk mengurusi orang tua bahkan lebih mementingkan yg lain dari pada mengurusi orang tua padahal orang tua sangat membutuhkan. Seandai memberi nafkah pun, dilakukan dgn penuh perhitungan.
[5] Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
[6] Menyuruh orang tua, misal menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tdk pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dgn kemauan sendiri maka tdk mengapa dan krn itu anak hrs berterima kasih.
[7] Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
[8] Memasukkan kemungkaran kedalam rumah misal mengisap rokok, dll.
[9] Mendahulukan taat kpd istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dgn tega mengusir ibu demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.
[10] Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dgn keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosial meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini ialah sikap yg amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yg keji dan nista.

Adakah perbuatan durhaka yang tadi disebutkan termasuk kepada perbuatan yang pernah kita lakukan?, ataukah kita sering melakukan hal-hal tadi yang menyebabkan orangtua sakit hati dan kita mendapat murka dari Ilahi, sehingga hidup di dunia ini tidak diberkahi.
Terlambat?, tentu belum, selama kita masih bisa menghembuskan nafas, selama darah dalam tubuh mengalir, tidak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan, dan berhenti dari kejahatan, minta maaflah kepada ibu bapak kita agar hidup kita mendapatkan berkah dan bahagia karena ridha Allaah ada pada ridha orangtua dan murka Allaah ada pada murka orangtua, dan jika seseorang sudah mendapatkan ridha dari Allaah maka orang itu adalah orang yang beruntung dan orang yang bahagia, karena betapa sulitnya untuk mendapatkan ridha Allaah.
Berbakti kepada orangtua dan tidak durhaka kepada mereka adalah perintah dan cara membalas atas jasa-jasa mereka yang dengan sebab mereka, kita ada dan hidup di bumi ini, jika kepada orangtua saja harus berbakti dan tidak boleh durhaka apalagi kepada Allaah yang telah mengadakan sesuatu dari tiada, yang telah menciptakan Nabi Adam selaku manusia pertama, yang daripadanya kita semua ada di bumi untuk menjalankan segala perintahNYA dan menjauhi segala laranganNYA. Dan sudah sepantasnya kita harus lebih patuh dan taat kepada Allaah daripada taat kepada orangtua, jika saja orangtua itu memerintahkan kita untuk menyekutukan Allaah. Dan dalam ayat Qur’an tadi disebutkan pertama kali mengenai perintah Allaah adalah jangan menyembah selain DIA, yang namanya menyembah atau beribadah tidak hanya dalam shalat saja, tidak hanya dalam berpuasa saja, tidak dalam shodaqoh saja, tapi dalam segala kegiatan yang kita lakukan kita harus menyembah kepadaNYA, maksudnya kita harus ingat kepada Allaah dalam segala kegiatan, untuk apa?, supaya kita dilindungi oleh Allaah dari segala macam hembusan dan pekerjaan yang dilakukan oleh iblis dan kawan-kawannya, alasan kenapa kita harus menghadirkan Allaah dalam hati dan ingatan supaya kita mendapat keberkahan dan manfaat dari apa yang kita lakukan, bisa kita lihat orang yang suka mengerjakan shalat tapi ternyata suka juga mengerjakan maksiat, orang yang suka bersedekah ternyata masih juga mempunyai sifat serakah, hal itu terjadi dikarenakan dalam ibadahnya mereka tidak mengingat Allaah, mereka mengerjakan hanya sebatas gerakan badan tidak dijiwai dengan hati dan perasaan. Maha Suci Allaah yang harus dihadirkan atau mengadakan dalam hati dan pikiran karena DIAlah yang mengadakan dari tiada, maka pantaslah Allaah memiliki asmaul husna Al-Baari’ yang artinya Yang mengadakan dari tiada. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al-Hasyr: 24)

BILLAAHI FI SABILIL HAQ

Leave a Reply