BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM
Di sekitar lingkungan kita hidup dimanapun kita berada sudah banyak bangunan yang berdiri megah, mulai dari toko, pabrik sampai gedung pencakar langit, banyak kendaraan yang berlalu lalang kesana kemari, itu semua tidak lain adalah karena karya cipta dari manusia yang dengan akalnya mampu menciptakan sesuatu. Sebagai contoh kita ambil saja bangunan zaman dahulu yang pernah menjadi salah satu keajaiban dunia, borobudur, siapa yang tidak mengetahui candi yang terbesar di Indonesia di abad ke-9. Pembangunan candi yang satu ini memiliki berbagai macam misteri yang saat ini belum terpecahkan tuntas, dikatakan demikian karena pernah ketika terjadi kerusakan pada candi tersebut untuk perbaikannya harus menggunakan helikopter sebagai sarana penganggkutnya, karena jika menggunakan tenaga manusia mustahil, dan ini yang menjadi banyak pembicaraan masyarakat, di zaman dahulu belum ada helikopter seperti sekarang, bagaimana caranya orang-orang di zaman itu memindahkan benda untuk menciptakan suatu benda yang besar. Dikarenakan hal itu timbulah mitos-mitos mengenai pembangunan candi borobudur mendapatkan bantuan dari alam ghaib. Hal ini dibantah oleh para antropolog yang mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia pada zaman dahulu sudah mengenal tata budaya sehingga dapat menciptakan bangunan yang memiliki nilai seperti candi tersebut, meski sampai sekarang masih menjadi misteri siapa yang membangun candi tersebut dan apa filosofi dibalik pembangunan candi borobudur ini. Tidak ada orang yang menyangkal tentang kemegahan dan nilai seni yang diciptakan dalam candi borobudur tersebut, semua orang memuji bahkan mencari tahu siapa pembuat candi borobudur itu, tapi yang menjadi suatu keanehan yang sangat luar biasa bahkan keanehan terbesar sepanjang masa, kenapa masih ada saja yang mengingkari tentang kebesaran Allaah selaku Sang Pencipta yang telah menciptakan langit dan bumi, padahal Tuhan telah menyampaikan berita bahwa DIA lah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya dan yang menciptakan kita selaku manusia. Allaah berfirman: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allaah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allaah. Maha Suci Allaah, Tuhan semesta alam” .(Al-‘Arof, 7: 54)
Sebelum kita merenungkan ayat yang disebutkan tadi, mari kita sejenak merenungkan hakikat penciptaan, sudah suatu menjadi ketetapan apa yang diciptakan untuk menuruti perintah yang menciptakan, misal orang tua, kita harus menuruti orang tua yang karena sebab mereka lah Allaah menciptakan kita dan menjadikan kita bisa hidup di bumi ini, contoh lain karena manusia sekarang sudah pintar maka diciptakannya lah robot untuk membantu pekerjaan manusia. Jika seorang anak tidak menurut kepada orang tuanya maka orang tua akan marah dan yang lebih parah sampai mengutuk anaknya dan mengakibatkan anaknya menjadi anak durhaka. Begitu pula dengan robot ciptaan manusia, jika robot itu tidak berjalan sesuai dengan program yang telah diciptakan maka si pembuat robot akan menghancurkan robot tersebut dan membuat ulang kembali robot-robot yang lain yang programnya berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Cobalah renungkan oleh kita semua selaku manusia yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, jika orang tua bisa mengutuk anaknya, dan orang pintar bisa menghancurkan robotnya, tentunya Allaah lebih berkuasa lagi akan kita semua apakah akan dikutuk, dihancurkan atau dibinasakan atau dibiarkan sampai tiba saatnya kematian. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah kita sudah menjalankan apa yang Allaah perintahkan sebagai seorang hamba ataukah kita malah menjalankan apa yang Allaah larang dan mengikuti perintah hawa nafsu yang sudah terkuasai oleh syaithan?
Jika kita renungkan ayat yang tadi disebutkan dimana Allaah lah yang mengatur malam dan siang dan memerintahkan matahari, bulan dan bintang yang tunduk kepada perintahNYA, dan dibagian akhir ayat Allaah menyebutkan bahwa menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allaah. Harusnya kita menyadari siapa kita, siapa diri kita, apakah kita memiliki sinar yang lebih besar dari matahari yang menyinari dan memberikan kehidupan di bumi ini?, apakah kita lebih tinggi dari langit yang terlihat tak bertepi?, apakah kita sesubur bumi yang menumbuhkan segala sesuatu yang ditanam dalam dirinya?, apakah kita seindah bulan yang menghiasi dan menyinari hari saat malam?, apakah kita seperti bintang yang memberikan petunjuk pada saat hari menjelang malam?, jika kita tidak seperti langit, bumi, matahari, bulan dan bintang, kenapa kita tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan oleh Allaah Yang Maha Rahmaan, meskipun manusia diciptakan menjadi kholifah, tapi apakah tidak malu jika kita memerintah dengan aturan yang bukan berasal dari Qur’an dan sunnah yang telah Rasul ajarkan?, padahal makhluk-makhluk yang lain yang tadi disebutkan semua berjalan dengan mengikuti perintahNYA agar seimbang supaya kehidupan terus berjalan sampai tiba waktu yang telah ditetapkan. Jangan salahkan matahari yang sekarang menyinari bumi dengan panas terik, jangan salahkan langit yang sudah tidak seimbang mengatur udara sehingga cuaca tidak stabil pula, jangan salahkan bumi jika sudah tidak mau menumbuhkan pepohonan yang dibutuhkan, jangan menyalahkan alam karena timbulnya bencana dimana-mana, introspeksilah pada diri kita sendiri, apakah sudah sesuai kita berjalan dengan aturan Tuhan?, karena janji Allaah tak mungkin ingkar barangsiapa yang beriman maka akan dilimpahkan berkah dari langit dan bumi tapi jika tidak maka Allaah akan mengirimkan siksaan sebagaimana disebutkan dalam Qur’an, Allaah berfirman: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(Al-‘Arof, 7: 96)
Semua bencana yang terjadi di muka bumi ini, di berbagai belahan dunia dikarenakan manusia sudah banyak mendustakan ayat-ayat Qur’an, bahkan ada yang terang-terangan membakar Al-Qur’an itu sendiri, pendustaan ayat-ayat suci sendiri tidak hanya oleh orang awam, tapi orang-orang yang berilmu juga yang menggunakan ayat-ayat suci untuk kepentingan pribadinya sendiri, sebagai contoh berapa banyak orang-orang yang memenuhi panggilan untuk shalat, dalam setiap mesjid paling hanya beberap shof yang terlihat, pembagian zakat dan shodaqoh lebih mementingkan orang-orang yang mengaku berjihad dan para amilin selaku pengurus, padahal yang lebih berhak menerima sudah jelas bahwa anak yatim dan fakir miskin lah yang lebih berhak menerima, tapi karena merasa paling benar dan kerakusan terhadap dunia, disadari atau tidak mereka semua telah mendustakan agama, simaklah dengan baik firman Allaah berikut ini: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?, Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna” (Al-Maa’ uun, 107:1-7)
Kehidupan sehari-hari di sekitar kita tak jauh beda dengan apa yang disebutkan dalam ayat Qur’an tadi tentang orang-orang yang mendustakan agama, dari mulai orang kaya yang sudah tidak peduli dengan anak yatim dan orang miskin, giliran ada yang peduli malah dipake buat kepentingan pribadi oleh orang-orang yang mengaku berilmu dan berjihad, ketika adzan dikumandangkan hanya beberapa orang yang memenuhi panggilan, akan tetapi orang-orang yang memenuhi panggilan shalat pun hanya beberapa yang dapat menjaga diri dari perbuatan keji dan munkar dan hal ini disebabkan karena lalai dalam rukun shalatnya, tak hanya itu orang-orang yang berlomba melakukan kebaikan pun dengan bangga memamerkan zakat, shodaqoh ataupun bantuan yang diberikan kepada orang yang membutuhkan, mereka lakukan itu semua bukan untuk mendapatkan ridho Tuhan, tapi karena ingin mendapatkan pujian dengan jalan mengundang para wartawan untuk meliput kegiatan yang tengah dilakukan.
Perilaku-perilaku diatas sangat bertolak belakang sekali dengan perilaku orang yang beriman yang merasa dirinya adalah hamba dan ciptaan Tuhan sehingga semua yang dikatakan dan dikerjakan semua diniatkan untuk mendapat ridho dari Tuhannya Yang Maha Rahmaan, tak peduli dia harus kehabisan harta kekayaan, tak peduli orang yang mendengki dan memberikan cacian. Orang yang beriman selalu berdzikir kepadaNYA dan berfikir tentang hakikat penciptaan Tuhannya, agar ia mendapatkan pelajaran dari setiap yang ada di muka bumi ini, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an: “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allaah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Ali-Imron, 3: 190-191)
Rasulullooh shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan merenungkan kandungan artinya”
Dalam ayat diatas disebutkan bahwa orang-orang yang berakal adalah orang yang melihat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allaah dibalik penciptaan langit dan bumi dan mengambil pelajaran dari hal tersebut, juga disebutkan orang yang berakal adalah orang yang mengingat Allaah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Dengan kata lain orang-orang yang merasa dirinya pintar tapi tidak dapat melihat tanda-tanda kekuasaan Allaah dan mengambil pelajaran tentang penciptaan langit dan bumi maka orang pintar itu hanya pintar sebatas di hadapan manusia, tapi dihadapan Allaah orang yang pintar tapi akalnya tidak digunakan untuk memikirkan hakikat penciptaan maka orang itu tidak berakal. Maka pantaslah Rasul mengatakan rugi dan celaka bagi orang yang tidak memikirkan dan merenungkan kandungan atau maksud dari ayat tadi.
Sudahkah kita memikirkan dan merenungkan ayat tadi sehingga mendapat
pelajaran?
Ataukah kita hanya sibuk memikirkan hal-hal keduniawian? Jika memang demikian adanya pantas saja Allaah membiarkan manusia lupa kepada dirinya sendiri karena mereka telah melupakan Allaah, hal ini sudah diperingatkan dalam Qur’an, Allaah berfirman: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allaah, lalu Allaah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyr, 59: 19)
Mari kita sejenak berpikir tentang penciptaan langit dan bumi agar kita semua tidak menjadi orang yang rugi dan celaka. Sudah kita ketahui bahwa langit adalah tempat yang tinggi, dan tempat yang tinggi adalah merupakan tempat yang mulia sehingga langit dijadikan tempat tinggal bagi para malaikat, sudah menjadi ketetapan Allaah bahwa langit tegak berdiri tanpa tiang yang terlihat oleh mata manusia, maksud dari penciptaan langit yang bertiang tapi tak terlihat adalah agar kita mendirikan shalat, karena shalat merupakan tiang agama, dan agama inilah yang bisa mengantarkan manusia menuju ridho Tuhannya, yang menjadikan manusia itu mulia melebihi malaikat jika telah mendapat ridho dan ampunan dari Tuhannya. Selain merupakan tiang agama shalat juga merupakan bukti cinta seorang hamba pada Tuhannya, dimana sudah kita ketahui bahwa jika seseorang sudah mencintai sesuatu maka orang tersebut akan merasakan kehadiran yang dicintainya kapanpun dan dimanapun ia berada, ia akan merasa melihat Allaah dengan mata hatinya dan kalaupun tidak bisa melihat maka ia merasa selalu dilihat oleh Allaah. Maka jika shalat telah didirikan maka tiang agamanya akan tegak, dan jika tiang agama sudah tegak insya Allaah akan bisa melihat tiang penyangga langit yang merupakan sarana untuk menuju ridho Allaah, sehingga jika seseorang sudah dapat berbuat demikian maka ia akan merasa selalu diperhatikan oleh Allaah, dalam segala niatnya, dalam segala ucapannya, dan dalam segala tindakannya sehingga ia akan malu jika berbuat sesuatu yang tak ada gunanya apalagi melakukan sesuatu yang menyebabkan kemurkaanNYA, sudah pasti ia akan menghindari hal ini.
Allaah menciptakan bumi dan langit selama enam masa seperti tercantum dalam ayat Qur’an yang pertama kali tadi. Bilangan enam merupakan bilangan yang termasuk salah satu rukun agama yakni rukun iman, yang pertama iman kepada Allaah, dilanjutkan dengan iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada nabi dan Rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qodo dan qodar. Korelasinya jika seseorang sudah mampu untuk mengimani ke enam hal tersebut insya Allaah ia akan memahami makna dibalik penciptaan langit dan bumi, jika tadi kita sudah memikirkan dan merenungkan penciptaan langit maka sekarang kita akan mencoba merenungkan penciptaan bumi. Dalam ilmu geografi dikatakan bumi memiliki tiga lapis yaitu crush yang bersuhu 11000 C, mantle yang bersuhu 30000C dan inti bumi yang disebut core ini memiliki suhu 45000 C. Ini merupakan suatu pelajaran yang sangat berharga jika kita mau merenungkan, sudah menjadi rahasia umum dimana jika seseorang mencintai sesuatu maka orang tersebut akan menggali lebih dalam tentang yang dicintainya tersebut, dan bumi adalah gambaran secara umum dunia ini, maka barangsiapa yang hanya mencintai kehidupan dunia, berarti dia terus menggali ke dalam dunia itu sendiri yang semakin dalam ia menggalinya maka akan semakin panas yang ia dapatkan, buktinya kita bisa lihat, jika seseorang sudah cinta dunia jika ada tetangganya yang lebih kaya dari dia, tentu dia merasa tersaingi dan merasa panas yang akhirnya dia akan terus menggali lagi dan yang akhirnya nanti ia akan terbakar sendiri dengan panasnya dunia itu sendiri, ini merupakan gambaran kecil dari kehidupan di dunia yang hanya sementara bahwa jika kita hanya mementingkan kehidupan di dunia saja tanpa memperdulikan bekal kehidupan kita di akhirat nanti maka kita hanya mempersiapkan untuk menjadi pengisi neraka yang menyala-nyala yang panasnya tidak terkira. Yang disediakan untuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Tuhannya. Pantaslah Allaah disebut Al-Khaaliq yang artinya Maha Pencipta, karena DIA lah sebenar-benarnya pencipta, yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya, Allaah berfirman: Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".(Ar-Ra’d,13 : 16)
BILLAAHI FI SABILIL HAQ