Kamis, 19 Juli 2012

Al-Mutakabbir

0 komentar

BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM


Keagungan, kata yang satu ini erat kaitannya dengan orang besar, dan juga punya kedudukan yang mulia. Dan orang besar dalam pikiran masyarakat sekarang diidentikan dengan seorang raja, atau seorang presiden, dengan kata lain orang besar adalah kepala Negara. Jika kita renungkan ada dua kata yang menyusun kata orang besar itu, yaitu kepala dan Negara, sudah kita ketahui kepala adalah merupakan organ yang paling penting dalam tubuh manusia dimana hampir panca indera semua ada di bagian kepala, yaitu mata sebagai indera penglihat, telinga sebagai indera pendengar, lidah sebagai indera pengecap, dan hidung sebagai indera pembau. Andaikata seorang pemimpin Negara dapat menerapkan kelima panca indera ini dalam kepemimpinannya insya Allaah, Negara yang dipimpinnya akan menjadi sejahtera, seperti manusia yang panca inderanya sehat pasti tubuhnya juga akan sehat. Mari kita renungkan keempat indera yang terdapat pada kepala supaya dapat memahami tugas dan kewajiban seorang pemimpin sebagai kepala baik itu pemimpin dalam dirinya, pemimpin dalam keluarga ataupun pemimpin dalam organisasi kecil sampai pemerintahan besar, agar kita bisa menjadi pribadi yang bahagia dan sejahtera.


Sebagai indera penglihat mata mempunyai tugas untuk memantau keadaan disekitarnya, seperti apakah keadaan dalam suatu tempat itu nyaman, aman dan bersih, atau malah sebaliknya. Dan mata juga memiliki memori yang bekerjasama dengan akal manusia, dimana jika mata melihat sesuatu pasti akan merekamnya, sehingga seorang manusia dapat membedakan benda yang satu dengan benda yang lain, sebagai contoh jika kita melihat buah anggur dengan buah lengkeng, sudah pasti kita akan bisa membedakan meskipun bentuknya sama bulat kecil tapi warna dari dua buah tersebut jelas berbeda sehingga kita bisa mengetahui mana buah lengkeng mana buah anggur. Sudah menjadi suatu yang wajar jika mata manusia menyukai untuk melihat keindahan, baik itu keindahan alam maupun keindahan wajah yang rupawan, akan tetapi tak jarang juga mata manusia tertipu dengan keadaan dunia yang fana, buktinya kadang pria ataupun wanita yang jatuh cinta hanya memandang keindahan wajahnya saja, tanpa dilihat bagaimana pemahaman agamanya yang hasilnya baik pria ataupun wanita itu kecewa karena keindahan wajahnya tidak sejalan dengan keindahan sikap dan pribadinya. Segala sesuatu yang dilihat oleh mata ternyata dijadikan pelajaran, seperti membaca tulisan, membedakan bentuk dan warna bahkan sampai mempelajari dari suatu kejadian, betapa beruntungnya kita yang dikaruniai mata lengkap beserta penglihatan, akan tetapi semua itu tak gratis, saya katakan demikian karena manusia sekarang lebih menyukai hal yang tidak gratis daripada yang gratis, buktinya mata ini lebih senang membaca buku atau Koran yang harus dibeli setiap hari atau setiap bulan, tapi giliran membaca Qur’an yang hanya cukup membeli sekali tak jarang kita lebih sering mengabaikannya, mata kita memang mempunyai sifat menyukai melihat keindahan sehingga manusia tak jarang rela mengeluarkan uang untuk melihat kontes wanita cantik sedunia daripada mengeluarkan uang untuk melihat senyuman dari orang-orang sekitar kita, mulai dari keluarga, tetangga, anak yatim dan para fakir miskin. Padahal melihat senyuman mereka lebih indah daripada melihat wanita cantik yang jelas tak halal untuk dipandang mata yang hanya mengotori hati dan akibat buruk dari hal tersebut adalah matinya hati. Yang namanya tidak gratis pasti harus dibayar, akan tetapi pembayaran atas karunia mata yang lengkap dengan penglihatan tak bisa dinilai dengan berapa banyak amal ibadah kita apalagi jika kita ganti dengan banyaknya uang dan harta. Akan tetapi Allaah selaku Sang Pencipta hanya memerintahkan kita untuk membayar karunia mata dan penglihatan adalah dengan mensyukurinya, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an, Allaah berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim: 7). Bersyukur adalah berterima kasih, dan sudah menjadi kewajiban bagi orang yang diberi sesuatu harus berterima kasih kepada orang yang memberi, dan cara berterima kasih yang paling baik adalah menggunakan apa yang diberikan untuk kebaikan. Digunakan untuk membaca ayat-ayat yang terdapat dalam Qur’an, ayat-ayat yang terdapat dalam alam, dan yang lebih penting lagi ayat-ayat yang berada dalam diri, yang menjadi pertanyaan sudahkah kita melakukan hal demikian, ataukah kita hanya tersibukkan oleh dunia yang dipenuhi keindahan yang melenakan dan membuat lupa terhadap kewajiban?


Telinga yang berfungsi sebagai indera pendengaran, bertugas untuk menangkap informasi dari berbagai macam suara kemudian disimpan juga dalam memori kemudian diolah kembali menjadi suatu ilmu, baik itu ilmu yang bermanfaat sebagai nasihat, ataupun juga ilmu dunia agar dapat menjalani kehidupan yang hanya sesaat. Sesuatu yang sering kita dengar pasti sering kita ucapkan, dengan sendirinya akan berpengaruh juga kepada prilaku, kita ambil contoh jika kita sering mendengarkan sebuah lagu, pasti kita akan menghafal setiap lirik lagu dan kita juga tak jarang ikut mengeluarkan kata dalam lagu tersebut dengan ikut menyanyikan lagu tersebut, lalu apa hubungannya dengan prilaku?, mungkin pertanyaan itu yang akan timbul dan jawabannya adalah jika seseorang sudah enak dengan mendengarkan lagu seseorang kemudian menghafalnya, apalagi buat orang yang cerdas mengetahui maksud dan tujuan dalam lirik tersebut, sudah pasti orang ini akan kagum kepada si pembuat lagu ataupun lirik, dan karena hal itu orang ini pasti akan tertarik ingin mengetahui kenapa dia bisa menciptakan suatu lagu yang dikatakannya indah, karena ketertarikan itu perlahan demi perlahan orang ini akan mengikuti prilaku dan kebiasaan orang yang dikaguminya. Masih mending lagu yang didengarkan orang itu adalah lagu nasyid atau lagu pop yang bernuansa religi, meski memang lebih baik lagi mendengarkan ayat-ayat Qur’an yang suci, yang parah adalah orang-orang yang suka mendengarkan lagu-lagu yang membuat sedih, atau orang yang mendengarkan lagu yang didalamnya terdapat lirik kekerasan dan lagu-lagu lain yang semakin lama semakin beragam dan semakin aneh pula lirik-lirik di dalamnya. Keadaan sekarang yang terjadi saat ini, dimana generasi muda sudah kurang peduli dengan agama, generasi tua pun malah tersibukkan oleh kehidupan dunia mempersiapkan bekal dunia untuk anak cucunya tapi agamanya entah diajarkan entah tidak. Orang-orang awam semakin suka melakukan perbuatan yang syubhat bahkan yang haram, dan orang-orang pintar pun semakin berbuat sekehendaknya karena merasa dirinya paling benar. ini terjadi bukan karena siapa-siapa tapi ini terjadi karena manusia sendiri yang sudah tidak lagi mensyukuri telinga dan pendengaran dengan jalan mendengarkan nasihat-nasihat yang bermanfaat dan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an tapi manusia lebih senang mendengarkan pembicaraan-pembicaraan yang dihembuskan oleh iblis terlaknat dan lagu yang dikemas seperti memanjakan padahal isi didalamnya adalah jebakan setan yang menyesatkan. Renungkanlah firman Allaah dalam ayat berikut ini: "Allah tidak akan menurunkan azab-Nya kepadamu, jika kamu bersyukur dan beriman". Akhirnya mari kita berdoa semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang bersyukur”( An-Nisaa: 147)
Apakah masih kurang jelas firman Allaah barusan?,
Firman Allaah yang kurang jelas atau kita yang sudah melampaui batas sehingga kita Allaah menutup pendengaran sehingga tak dapat menerima lagi nasihat kebenaran yang membawa kebaikan?


Lidah sebagai indera pengecap, mempunyai tugas untuk membedakan rasa antara manis, asin, pahit dan asam. Dan selain itu juga ternyata lidah yang tak bertulang ini adalah suatu alat yang jika tak pandai menggunakannya maka akan celaka bagi pemiliknya, kita hanya mengetahui tugas lidah mungkin cuma sebatas antara membedakan antara manis, asin, pahit dan asam, tapi kita jarang berpikir kenapa bisa demikian, kenapa lidah bisa membedakan antara gula dan garam, antara cuka dan kopi, ini terjadi dikarenakan lidah juga mempunyai memori untuk merekam semua yang disentuhnya. Setelah merekam semua yang disentuhnya barulah lidah mengirimkan instruksi kepada otak agar memilih-milih makanan, akan tetapi apakah hanya sebatas makanan?, tentu tidak, betapa Maha Besar Keagungan Allaah yang menciptakan lidah untuk membedakan rasa manis, asin, pahit dan asam, ternyata setelah kita bisa membedakan mana yang manis, asin, pahit dan asam, kita juga harus mengucapkan kata-kata dengan hati-hati jangan sampai mengeluarkan kata-kata manis padahal berasal dari iblis, maksudnya jangan sampai mengatakan hal-hal yang baik untuk memuji orang sehingga membuat orang merasa terpuji dan menyerahkan diri yang kejadian ini banyak terjadi kepada kaum hawa yang menjadi korban dari syahwat lelaki. Namun tak hanya perempuan yang menjadi korban, kaum adam yang pernah dikatakan orang besar pun bisa menjadi korban sampai bunuh diri hanya karena ucapan-ucapan yang diucapakan dari lidah yang tak bertulang. Kita sering berpikir untuk memakan makanan yang sesuai dengan keinginan kita, tapi kenapa jarang berpikir untuk mengeluarkan kata-kata supaya tidak ada hati yang terluka, bahkan ada pribahasa mengatakan jika senjata melukai tubuh masih ada harapan untuk sembuh tapi ketika lisan melukai hati kemana hendak obat kucari, pribahasa tersebut menggambarkan betapa bahayanya lidah kita sehingga ketika ada orang yang terluka hatinya karena ucapan yang telah kita keluarkan tanpa memikirkan apa akibat dari ucapan. Sama dengan mata dan telinga tadi, lidah pun harus disyukuri dengan menjaganya supaya tidak memakan apa yang bukan menjadi haknya, supaya tidak mengeluarkan kata-kata yang akibatnya akan membuat orang terluka. Cara lidah bersyukur kepada Ilahi adalah dengan berdzikir kepadaNYA, mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan, renungkanlah: “Siapa yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata, “ Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim).” (fushilat: 33)
“setiap ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (bukan memberi manfaat), kecuali kata-kata berupa amar ma’ruf nahi munkar dan Dzikrullah ‘Azza wa Jalla!” (riwayat Tirmidzi)
Barang siapa yang memelihara apa yang ada di antara janggutnya (yakni lisannya) dan apa yang ada di antara kedua pahanya (yakni farjinya) karena aku, “ sabda Rasulullah, “niscaya akan kujamin dia masuk surga” (riwayat Bukhari).
Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang, yaitu mulut dan farji” (riwayat Tirmidzi).
Kemanakah kita akan termasuk?,
Apakah kita orang yang suka berdzikir kepadaNYA dan menyuruh kepada yang ma’ruf mencegah yang munkar, ataukah orang yang senang membicarakan kejelekan orang tapi tak menyadari kejelekan yang ada pada dirinya dan suka menghina orang-orang yang tak punya harta, tahta ataupun keindahan rupa?


Hidung dengan indera penciumannya, dimana ini juga merupakan sensor khusus yang diberikan kepada manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, dimana hidung ini bertugas untuk membedakan bau yang ada disekitarnya, misal membedakan antara wangi parfum dan bau besi, seperti tiga hal yang telah dibahas tadi hidung pun sama memiliki memori untuk menyimpan berbagai macam bau sehingga dapat membedakan wangi bunga mawar dan bunga melati. Ternyata penciuman hidung terhadap bau juga harus dijadikan bahan renungan buat kita semua untuk mengenal keagungan Allaah yang menciptakan panca indera, mari kita pelajari, seorang yang penciumannya tajam sehingga dalam jarak yang lumayan cukup jauh dia dapat mendeteksi bau belum tentu dia bisa mencium dan mendeteksi lingkungan disekitarnya apakah baik atau buruk buat diri dan keluarganya, siapa yang tahu jika suatu Negara yang dikira aman dan sentosa ternyata Negara itu adalah Negara yang penuh dengan perbuatan dosa, siapa sangka seorang yang terlihat seperti orang yang berilmu karena duduk atau diam dalam suatu majelis akan tetapi tak mengerti siapa yang harus didahulukan kesejahteraan apakah dirinya ataukah anak yatim dan fakir miskin. Hal ini mungkin disebabkan karena kita hidung kita terlalu banyak mencium parfum yang bukan muhrim dan akibatnya mengotori hati, dan hal inilah yang membuat penciuman kita terhadap sesuatu terhalang tidak bisa melihat yang tersembunyi dibalik topeng. Jika hal kecil seperti ini saja tidak bisa kita syukuri dengan mengucapkan istighfar ketika mencium parfum yang bukan muhrim, maka pantaslah kita tidak bisa mensyukuri tiga hal yang telah tadi disebutkan terlebih dahulu, supaya lebih jelas mari kita merenung dengan hadist ini: " Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit, maka ia tidak akan bisa mensyukuri nikmat yang banyak. Barangsiapa yang tidak bisa bersyukur kepada orang, maka ia tidak akan bisa bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah sama dengan bersyukur. Dan tidak membicarakan kenikmatan berarti mengingkari nikmat. Berjamaah adalah rahmat, bercerai berai adalah adzab." (al- Hadist)

Sadarkah kita akan semua kesalahan dan dosa-dosa yang dianggap biasa tapi ternyata karenad dibiarkan hal itul menjadi penyebab hati tak bisa ditembus oleh cahaya dari Yang Maha Kuasa, sekarang coba tanya diri kita, apakah kita sering lebih mengatakan istighfar ketika mencium parfum lawan jenis atau sering berkata emmh wanginya,,beruntung jika mengucapkan istighfar dan sebaliknya bagi orang yang mengatakan wanginya, saya katakana demikiana karena ada suatu hadits dimana Rasul ‘alaihi shalatu wasalam bersabda: “Kalian, para perempuan keluar rumah dengan memakai wewangian sehingga para laki-laki mencium bau harum kalian?! Sesungguhnya hati laki-laki itu ditentukan oleh bau yang dicium oleh hidungnya. Keluarlah kalian dari rumah dengan tidak memakai wewangian”. (riwayat An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad.)
“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur. (Riwayat Abdurrazaq)


Keempat panca indera dengan tugasnya masing-masing sudah kita renungkan tinggal kita menghubungkan dengan Negara yang menjadi awal pembicaraan tadi, jika seseorang sudah dapat menguasai mata, telinga, lidah dan hidungnya untuk digunakan kebaikan insya Allaah hatinya akan baik dan jika hati sudah baik maka perbuatannya pun akan baik. Hubungannya dengan kepala Negara adalah begini, jika seorang pemimpin mampu melihat kondisi keadaan rakyatnya, tidak menutup mata terhadap orang-orang yang kekurangan dalam harta, mau mendengar jeritan anak yatim dan fakir miskin yang hidup dengan serba kekurangan, jika dia berbicara maka kata-kata yang dikeluarkannya bijaksana dan bermanfaat, dan bisa mencium kebusukan diri seorang pengkhianat dalam agama, maka insya Allaah Negara yang dipimpin oleh orang seperti ini akan sejahtera meskipun si pemimpin ini hidup sederhana bahkan kekurangan harta, dimana hal ini sudah dicontohkan oleh beliau shalallahu ‘alaihi wasalam yang menguasai beberapa Negara besar tapi beliau hanya tidur diatas tikar dengan perut yang lapar. Dan jika sebaliknya dari keadaan yang tadi disebutkan, maka keadaan rakyat dan Negara seperti yang sedang terjadi di saat ini di berbagai belahan dunia. Jangan salahkan alam bila bencana terjadi dimana-mana, jangan salahkan pangan yang tak mau tumbuh sehingga rakyat kelaparan, karena para pemimpin Negara tak bisa menguasai apa yang ada dalam kepala mereka, karena apa yang ada dalam kepala mereka telah dikuasai oleh hawa nafsunya yang cinta kepada dunia dan takut bila saat kematian tiba.
Sungguh empat panca indera yang ada dikepala dan disempurnakan juga dilindungi oleh kulit yang merupakan indera kelima adalah suatu keagungan yang telah diciptakan oleh Allaah Yang Maha Rahmaan yang tiada satu orang pun bisa menyamai ciptaanNYA, dan benarlah bahwa Allaah adalah Al-Mutakabbir Yang Memiliki Segala Keagungan, karena lima panca indera termasuk yang mempunyai indera ke enam juga adalah keagungan yang diciptakan dan hanya dimiliki oleh Tuhan, dan kita selaku manusia yang merupakan hambaNYA hanyalah dikaruniai dan dititipkan dimana semua akan dimintai pertanggung jawaban atas semua yang telah dilakukan.
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Al-Hasyr: 23)



BILLAHI FI SABILIL HAQ

Leave a Reply