BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM
Keagungan, kata yang satu ini erat kaitannya dengan orang besar, dan juga punya kedudukan yang mulia. Dan orang besar dalam pikiran masyarakat sekarang diidentikan dengan seorang raja, atau seorang presiden, dengan kata lain orang besar adalah kepala Negara. Jika kita renungkan ada dua kata yang menyusun kata orang besar itu, yaitu kepala dan Negara, sudah kita ketahui kepala adalah merupakan organ yang paling penting dalam tubuh manusia dimana hampir panca indera semua ada di bagian kepala, yaitu mata sebagai indera penglihat, telinga sebagai indera pendengar, lidah sebagai indera pengecap, dan hidung sebagai indera pembau. Andaikata seorang pemimpin Negara dapat menerapkan kelima panca indera ini dalam kepemimpinannya insya Allaah, Negara yang dipimpinnya akan menjadi sejahtera, seperti manusia yang panca inderanya sehat pasti tubuhnya juga akan sehat. Mari kita renungkan keempat indera yang terdapat pada kepala supaya dapat memahami tugas dan kewajiban seorang pemimpin sebagai kepala baik itu pemimpin dalam dirinya, pemimpin dalam keluarga ataupun pemimpin dalam organisasi kecil sampai pemerintahan besar, agar kita bisa menjadi pribadi yang bahagia dan sejahtera.
Sebagai indera penglihat mata mempunyai tugas untuk memantau keadaan
disekitarnya, seperti apakah keadaan dalam suatu tempat itu nyaman, aman dan
bersih, atau malah sebaliknya. Dan mata juga memiliki memori yang bekerjasama
dengan akal manusia, dimana jika mata melihat sesuatu pasti akan merekamnya,
sehingga seorang manusia dapat membedakan benda yang satu dengan benda yang
lain, sebagai contoh jika kita melihat buah anggur dengan buah lengkeng, sudah
pasti kita akan bisa membedakan meskipun bentuknya sama bulat kecil tapi warna
dari dua buah tersebut jelas berbeda sehingga kita bisa mengetahui mana buah
lengkeng mana buah anggur. Sudah menjadi suatu yang wajar jika mata manusia
menyukai untuk melihat keindahan, baik itu keindahan alam maupun keindahan
wajah yang rupawan, akan tetapi tak jarang juga mata manusia tertipu dengan
keadaan dunia yang fana, buktinya kadang pria ataupun wanita yang jatuh cinta
hanya memandang keindahan wajahnya saja, tanpa dilihat bagaimana pemahaman
agamanya yang hasilnya baik pria ataupun wanita itu kecewa karena keindahan
wajahnya tidak sejalan dengan keindahan sikap dan pribadinya. Segala sesuatu
yang dilihat oleh mata ternyata dijadikan pelajaran, seperti membaca tulisan,
membedakan bentuk dan warna bahkan sampai mempelajari dari suatu kejadian,
betapa beruntungnya kita yang dikaruniai mata lengkap beserta penglihatan, akan
tetapi semua itu tak gratis, saya katakan demikian karena manusia sekarang
lebih menyukai hal yang tidak gratis daripada yang gratis, buktinya mata ini
lebih senang membaca buku atau Koran yang harus dibeli setiap hari atau setiap
bulan, tapi giliran membaca Qur’an yang hanya cukup membeli sekali tak jarang
kita lebih sering mengabaikannya, mata kita memang mempunyai sifat menyukai
melihat keindahan sehingga manusia tak jarang rela mengeluarkan uang untuk
melihat kontes wanita cantik sedunia daripada mengeluarkan uang untuk melihat
senyuman dari orang-orang sekitar kita, mulai dari keluarga, tetangga, anak
yatim dan para fakir miskin. Padahal melihat senyuman mereka lebih indah
daripada melihat wanita cantik yang jelas tak halal untuk dipandang mata yang
hanya mengotori hati dan akibat buruk dari hal tersebut adalah matinya hati.
Yang namanya tidak gratis pasti harus dibayar, akan tetapi pembayaran atas
karunia mata yang lengkap dengan penglihatan tak bisa dinilai dengan berapa
banyak amal ibadah kita apalagi jika kita ganti dengan banyaknya uang dan
harta. Akan tetapi Allaah selaku Sang Pencipta hanya memerintahkan kita untuk
membayar karunia mata dan penglihatan adalah dengan mensyukurinya, sebagaimana
disebutkan dalam Qur’an, Allaah berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur
pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim: 7). Bersyukur adalah
berterima kasih, dan sudah menjadi kewajiban bagi orang yang diberi sesuatu
harus berterima kasih kepada orang yang memberi, dan cara berterima kasih yang
paling baik adalah menggunakan apa yang diberikan untuk kebaikan. Digunakan
untuk membaca ayat-ayat yang terdapat dalam Qur’an, ayat-ayat yang terdapat
dalam alam, dan yang lebih penting lagi ayat-ayat yang berada dalam diri, yang
menjadi pertanyaan sudahkah kita melakukan hal demikian, ataukah kita hanya
tersibukkan oleh dunia yang dipenuhi keindahan yang melenakan dan membuat lupa
terhadap kewajiban?
Telinga yang berfungsi sebagai indera pendengaran, bertugas untuk menangkap
informasi dari berbagai macam suara kemudian disimpan juga dalam memori
kemudian diolah kembali menjadi suatu ilmu, baik itu ilmu yang bermanfaat
sebagai nasihat, ataupun juga ilmu dunia agar dapat menjalani kehidupan yang
hanya sesaat. Sesuatu yang sering kita dengar pasti sering kita ucapkan, dengan
sendirinya akan berpengaruh juga kepada prilaku, kita ambil contoh jika kita
sering mendengarkan sebuah lagu, pasti kita akan menghafal setiap lirik lagu
dan kita juga tak jarang ikut mengeluarkan kata dalam lagu tersebut dengan ikut
menyanyikan lagu tersebut, lalu apa hubungannya dengan prilaku?, mungkin
pertanyaan itu yang akan timbul dan jawabannya adalah jika seseorang sudah enak
dengan mendengarkan lagu seseorang kemudian menghafalnya, apalagi buat orang
yang cerdas mengetahui maksud dan tujuan dalam lirik tersebut, sudah pasti
orang ini akan kagum kepada si pembuat lagu ataupun lirik, dan karena hal itu
orang ini pasti akan tertarik ingin mengetahui kenapa dia bisa menciptakan
suatu lagu yang dikatakannya indah, karena ketertarikan itu perlahan demi
perlahan orang ini akan mengikuti prilaku dan kebiasaan orang yang dikaguminya.
Masih mending lagu yang didengarkan orang itu adalah lagu nasyid atau lagu pop
yang bernuansa religi, meski memang lebih baik lagi mendengarkan ayat-ayat
Qur’an yang suci, yang parah adalah orang-orang yang suka mendengarkan
lagu-lagu yang membuat sedih, atau orang yang mendengarkan lagu yang didalamnya
terdapat lirik kekerasan dan lagu-lagu lain yang semakin lama semakin beragam
dan semakin aneh pula lirik-lirik di dalamnya. Keadaan sekarang yang terjadi
saat ini, dimana generasi muda sudah kurang peduli dengan agama, generasi tua
pun malah tersibukkan oleh kehidupan dunia mempersiapkan bekal dunia untuk anak
cucunya tapi agamanya entah diajarkan entah tidak. Orang-orang awam semakin
suka melakukan perbuatan yang syubhat bahkan yang haram, dan orang-orang pintar
pun semakin berbuat sekehendaknya karena merasa dirinya paling benar. ini
terjadi bukan karena siapa-siapa tapi ini terjadi karena manusia sendiri yang
sudah tidak lagi mensyukuri telinga dan pendengaran dengan jalan mendengarkan
nasihat-nasihat yang bermanfaat dan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an tapi
manusia lebih senang mendengarkan pembicaraan-pembicaraan yang dihembuskan oleh
iblis terlaknat dan lagu yang dikemas seperti memanjakan padahal isi didalamnya
adalah jebakan setan yang menyesatkan. Renungkanlah firman Allaah dalam ayat
berikut ini: "Allah tidak akan menurunkan azab-Nya kepadamu, jika kamu
bersyukur dan beriman". Akhirnya mari kita berdoa semoga Allah menjadikan
kita orang-orang yang bersyukur”( An-Nisaa: 147)
Apakah masih kurang jelas firman Allaah barusan?,
Firman Allaah yang kurang jelas atau kita yang sudah melampaui batas
sehingga kita Allaah menutup pendengaran sehingga tak dapat menerima lagi
nasihat kebenaran yang membawa kebaikan?
Lidah sebagai indera pengecap, mempunyai tugas untuk membedakan rasa antara
manis, asin, pahit dan asam. Dan selain itu juga ternyata lidah yang tak
bertulang ini adalah suatu alat yang jika tak pandai menggunakannya maka akan
celaka bagi pemiliknya, kita hanya mengetahui tugas lidah mungkin cuma sebatas
antara membedakan antara manis, asin, pahit dan asam, tapi kita jarang berpikir
kenapa bisa demikian, kenapa lidah bisa membedakan antara gula dan garam,
antara cuka dan kopi, ini terjadi dikarenakan lidah juga mempunyai memori untuk
merekam semua yang disentuhnya. Setelah merekam semua yang disentuhnya barulah
lidah mengirimkan instruksi kepada otak agar memilih-milih makanan, akan tetapi
apakah hanya sebatas makanan?, tentu tidak, betapa Maha Besar Keagungan Allaah
yang menciptakan lidah untuk membedakan rasa manis, asin, pahit dan asam,
ternyata setelah kita bisa membedakan mana yang manis, asin, pahit dan asam,
kita juga harus mengucapkan kata-kata dengan hati-hati jangan sampai
mengeluarkan kata-kata manis padahal berasal dari iblis, maksudnya jangan
sampai mengatakan hal-hal yang baik untuk memuji orang sehingga membuat orang
merasa terpuji dan menyerahkan diri yang kejadian ini banyak terjadi kepada
kaum hawa yang menjadi korban dari syahwat lelaki. Namun tak hanya perempuan
yang menjadi korban, kaum adam yang pernah dikatakan orang besar pun bisa
menjadi korban sampai bunuh diri hanya karena ucapan-ucapan yang diucapakan
dari lidah yang tak bertulang. Kita sering berpikir untuk memakan makanan yang
sesuai dengan keinginan kita, tapi kenapa jarang berpikir untuk mengeluarkan
kata-kata supaya tidak ada hati yang terluka, bahkan ada pribahasa mengatakan
jika senjata melukai tubuh masih ada harapan untuk sembuh tapi ketika lisan
melukai hati kemana hendak obat kucari, pribahasa tersebut menggambarkan betapa
bahayanya lidah kita sehingga ketika ada orang yang terluka hatinya karena
ucapan yang telah kita keluarkan tanpa memikirkan apa akibat dari ucapan. Sama
dengan mata dan telinga tadi, lidah pun harus disyukuri dengan menjaganya
supaya tidak memakan apa yang bukan menjadi haknya, supaya tidak mengeluarkan
kata-kata yang akibatnya akan membuat orang terluka. Cara lidah bersyukur
kepada Ilahi adalah dengan berdzikir kepadaNYA, mengajak kepada kebaikan dan
mencegah keburukan, renungkanlah: “Siapa yang lebih baik perkataannya daripada
orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shalih dan berkata, “
Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim).” (fushilat:
33)
“setiap ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (bukan memberi manfaat),
kecuali kata-kata berupa amar ma’ruf nahi munkar dan Dzikrullah ‘Azza wa
Jalla!” (riwayat Tirmidzi)
Barang siapa yang memelihara apa yang ada di antara janggutnya (yakni
lisannya) dan apa yang ada di antara kedua pahanya (yakni farjinya) karena aku,
“ sabda Rasulullah, “niscaya akan kujamin dia masuk surga” (riwayat Bukhari).
Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang,
yaitu mulut dan farji” (riwayat Tirmidzi).
Kemanakah kita akan termasuk?,
Apakah kita orang yang suka berdzikir kepadaNYA dan menyuruh kepada yang
ma’ruf mencegah yang munkar, ataukah orang yang senang membicarakan kejelekan
orang tapi tak menyadari kejelekan yang ada pada dirinya dan suka menghina
orang-orang yang tak punya harta, tahta ataupun keindahan rupa?
Hidung dengan indera penciumannya, dimana ini juga merupakan sensor khusus
yang diberikan kepada manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, dimana
hidung ini bertugas untuk membedakan bau yang ada disekitarnya, misal
membedakan antara wangi parfum dan bau besi, seperti tiga hal yang telah
dibahas tadi hidung pun sama memiliki memori untuk menyimpan berbagai macam bau
sehingga dapat membedakan wangi bunga mawar dan bunga melati. Ternyata
penciuman hidung terhadap bau juga harus dijadikan bahan renungan buat kita
semua untuk mengenal keagungan Allaah yang menciptakan panca indera, mari kita
pelajari, seorang yang penciumannya tajam sehingga dalam jarak yang lumayan
cukup jauh dia dapat mendeteksi bau belum tentu dia bisa mencium dan mendeteksi
lingkungan disekitarnya apakah baik atau buruk buat diri dan keluarganya, siapa
yang tahu jika suatu Negara yang dikira aman dan sentosa ternyata Negara itu
adalah Negara yang penuh dengan perbuatan dosa, siapa sangka seorang yang
terlihat seperti orang yang berilmu karena duduk atau diam dalam suatu majelis
akan tetapi tak mengerti siapa yang harus didahulukan kesejahteraan apakah
dirinya ataukah anak yatim dan fakir miskin. Hal ini mungkin disebabkan karena
kita hidung kita terlalu banyak mencium parfum yang bukan muhrim dan akibatnya
mengotori hati, dan hal inilah yang membuat penciuman kita terhadap sesuatu
terhalang tidak bisa melihat yang tersembunyi dibalik topeng. Jika hal kecil
seperti ini saja tidak bisa kita syukuri dengan mengucapkan istighfar ketika
mencium parfum yang bukan muhrim, maka pantaslah kita tidak bisa mensyukuri
tiga hal yang telah tadi disebutkan terlebih dahulu, supaya lebih jelas mari
kita merenung dengan hadist ini: " Barangsiapa yang tidak mensyukuri
nikmat yang sedikit, maka ia tidak akan bisa mensyukuri nikmat yang banyak.
Barangsiapa yang tidak bisa bersyukur kepada orang, maka ia tidak akan bisa
bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah sama dengan bersyukur.
Dan tidak membicarakan kenikmatan berarti mengingkari nikmat. Berjamaah adalah
rahmat, bercerai berai adalah adzab." (al- Hadist)
Sadarkah kita akan semua kesalahan dan dosa-dosa yang dianggap biasa tapi
ternyata karenad dibiarkan hal itul menjadi penyebab hati tak bisa ditembus
oleh cahaya dari Yang Maha Kuasa, sekarang coba tanya diri kita, apakah kita
sering lebih mengatakan istighfar ketika mencium parfum lawan jenis atau sering
berkata emmh wanginya,,beruntung jika mengucapkan istighfar dan sebaliknya bagi
orang yang mengatakan wanginya, saya katakana demikiana karena ada suatu hadits
dimana Rasul ‘alaihi shalatu wasalam bersabda: “Kalian, para perempuan keluar
rumah dengan memakai wewangian sehingga para laki-laki mencium bau harum
kalian?! Sesungguhnya hati laki-laki itu ditentukan oleh bau yang dicium oleh
hidungnya. Keluarlah kalian dari rumah dengan tidak memakai wewangian”.
(riwayat An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad.)
“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan
laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut
adalah seorang pelacur. (Riwayat Abdurrazaq)
Keempat panca indera dengan tugasnya masing-masing sudah kita renungkan
tinggal kita menghubungkan dengan Negara yang menjadi awal pembicaraan tadi,
jika seseorang sudah dapat menguasai mata, telinga, lidah dan hidungnya untuk
digunakan kebaikan insya Allaah hatinya akan baik dan jika hati sudah baik maka
perbuatannya pun akan baik. Hubungannya dengan kepala Negara adalah begini,
jika seorang pemimpin mampu melihat kondisi keadaan rakyatnya, tidak menutup
mata terhadap orang-orang yang kekurangan dalam harta, mau mendengar jeritan
anak yatim dan fakir miskin yang hidup dengan serba kekurangan, jika dia
berbicara maka kata-kata yang dikeluarkannya bijaksana dan bermanfaat, dan bisa
mencium kebusukan diri seorang pengkhianat dalam agama, maka insya Allaah
Negara yang dipimpin oleh orang seperti ini akan sejahtera meskipun si pemimpin
ini hidup sederhana bahkan kekurangan harta, dimana hal ini sudah dicontohkan
oleh beliau shalallahu ‘alaihi wasalam yang menguasai beberapa Negara besar
tapi beliau hanya tidur diatas tikar dengan perut yang lapar. Dan jika
sebaliknya dari keadaan yang tadi disebutkan, maka keadaan rakyat dan Negara
seperti yang sedang terjadi di saat ini di berbagai belahan dunia. Jangan
salahkan alam bila bencana terjadi dimana-mana, jangan salahkan pangan yang tak
mau tumbuh sehingga rakyat kelaparan, karena para pemimpin Negara tak bisa
menguasai apa yang ada dalam kepala mereka, karena apa yang ada dalam kepala
mereka telah dikuasai oleh hawa nafsunya yang cinta kepada dunia dan takut bila
saat kematian tiba.
Sungguh empat panca indera yang ada dikepala dan disempurnakan juga
dilindungi oleh kulit yang merupakan indera kelima adalah suatu keagungan yang
telah diciptakan oleh Allaah Yang Maha Rahmaan yang tiada satu orang pun bisa
menyamai ciptaanNYA, dan benarlah bahwa Allaah adalah Al-Mutakabbir Yang
Memiliki Segala Keagungan, karena lima panca indera termasuk yang mempunyai
indera ke enam juga adalah keagungan yang diciptakan dan hanya dimiliki oleh
Tuhan, dan kita selaku manusia yang merupakan hambaNYA hanyalah dikaruniai dan
dititipkan dimana semua akan dimintai pertanggung jawaban atas semua yang telah
dilakukan.
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha
Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan.” (Al-Hasyr: 23)
BILLAHI FI SABILIL HAQ