Kamis, 19 Juli 2012

Al-Jabbaar

0 komentar

BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM


Jika kita mendengar kata penguasa, sudah dipastikan kata tersebut akan digambarkan oleh pikiran sebagai orang yang berkuasa dalam suatu organisasi, lingkungan ataupun pemerintahan. Sehingga manusia terpedaya dengan kata penguasa yang memiliki arti berkuasa atau mempunyai kuasa terhadap sesuatu. Karena pikiran manusia saat ini sudah terset oleh hal yang tadi disebutkan diatas, sehingga manusia berpikir bagaimana caranya untuk menjadi penguasa baik itu dalam organisasi, lingkungan ataupun pemerintahan. Hal ini membuat lupa kepada dirinya untuk menguasai seluruh anggota badan beserta jiwanya, sehingga kejadiannya seperti sekarang yang sudah banyak kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dan sudah menjadi suatu kebiasaan, yakni para penguasa yang memegang kekuasaan mereka menjadi budak dari jabatan itu sendiri, mereka tidak mampu menguasai dirinya sendiri, sehingga mereka dilupakan terhadap tugas dan tanggung jawab sebagai penguasa yang harus memimpin orang-orang yang berada dibawahnya untuk memerintahkan mensejahterakan rakyat-rakyatnya , tapi karena lupa bagaimana cara menguasai dirinya mereka hanya mensejahterakan dirinya, keluarganya beserta orang-orang disekitarnya yang dianggap membantu, mereka tak memperdulikan apa yang menjadi tugasnya, sehingga keadaan orang-orang miskin yang kelaparan ataupun anak-anak yatim yang tinggal di kolong jembatan mereka sudah tak mempedulikan, karena penglihatan, pendengaran, dan nurani telah dikuasai oleh hawa nafsu yang serakah, yang selalu dipenuhi amarah, dan tak pernah mau mengalah. Disatu sisi mereka berhasil berkuasa tapi disisi lain mereka terkuasai oleh hawa nafsunya sendiri, dikarenakan iman terhadap Tuhan Yang Maha Rohman hanya sekedar ucapan dalam lisan tak disertai dengan amal perbuatan atau dengan kata lain lemah iman.
Oleh karena itu kita akan merenungkan kata kuasa ini, supaya tidak salah mengartikan yang akibatnya salah menerapkan dalam kehidupan, sehingga bukannya membawa kepada kebaikan malah membawa kepada kehancuran.

Kuasa mempunyai arti kemampuan untuk berbuat sesuatu jika berubah menjadi kekuasaan kata ini mengandung arti mempunyai kekuasaan untuk mengurus dan memerintah. Jika ditinjau keadaan pemerintah sekarang, dimana-mana hanya menggunakan hak untuk memerintahnya sehingga orang tersebut dapat memerintah sekehendaknya tanpa memperdulikan orang lain tersakiti ataupun rugi. Sedangkan untuk kewajiban mengurusnya mereka pura-pura tidak mengetahui tentang arti kekuasaan itu sendiri. Padahal mereka adalah orang-orang intelektual sehingga mereka dipercaya untuk memimpin suatu Negara untuk membawa masyarakatnya menjadi sejahtera dan bahagia, akan tetapi orang-orang intelektual itu ternyata kurang bermoral karena mungkin tidak mengetahui darimana ia berasal, mereka hanya memperkaya dirinya karena menganggap bahwa kekayaannya akan membuat hidupnya kekal, padahal jika sudah datang ajal, semua harta kekayaan, pelindung ataupun keluarga tak akan dapat menyelematkan dirinya dari penyesalan yang kekal.
Sebenarnya kejadian tersebut tak akan terjadi jika para pemimpin bisa menguasai dirinya sebelum menguasai suatu pemerintahan. Suatu hal yang tidak disadari manusia adalah kekuasaan jiwanya terhadap anggota tubuhnya, dikatakan demikian karena jiwa atau ruh nya lah yang akan tetap kekal, meskipun tubuh kita dikembalikan ke asal yaitu dikuburkan dalam tanah ketika sudah bertemu dengan ajal.

Ketika mata dikaruniai penglihatan yang seharusnya digunakan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan lewat ayat-ayat yang tersurat dan tersirat dalam Qur’an juga yang tersirat dalam penciptaan alam, namun tak jarang manusia lebih melupakan tanda-tanda kebesaran Tuhan dan mengatakan semua kejadian hanyalah berasal dari alam, padahal dalam hatinya sendiri mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta semua kehidupan dari zaman dahulu, sekarang sampai hari pembalasan.

Telinga yang sudah Allaah lengkapi dengan pendengaran harusnya menjadi suatu alat untuk menerima nasihat bermanfaat yang dikatakan oleh para ahli ilmu agama sehingga dapat memetik hasil yang bermanfaat untuk menjalani kehidupan di dunia dan menjadi senjata untuk menghadapi musuh manusia yaitu iblis dan setan yang dilaknat. Akan tetapi di zaman sekarang ini musik-musik yang berlirik aneh dan nakal telah menggantikan lantunan Al-Qur’an yang mempunyai bahasa indah dan menjadi obat bagi yang mendengarkan, bahkan lagu-lagu yang dikatakan nasyid pun sekarang sudah mulai mengarah ke arah percintaan. Akibat dari itu semua sudah bisa dipastikan bahwa manusia akan semakin jauh meninggalkan dan melupakan ajaran yang bernama agama Islam, memang dalam Qur’an disebutkan bahwa Allaah akan menjaga Al-Qur’an akan tetapi jika manusia sendiri yang meninggalkan dan tidak mau mengambil pejalaran dari Qur’an siapakah yang salah dalam hal ini?, siapa yang salah bila terjadinya bencana disana-sini yang disebabkan karena sudah tidak mengindahkan lagi aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam Qur’an dan hadits yang telah Rasul sampaikan tak cukup dengan itu mereka menggantikannya dengan aturan-aturan yang dibuat manusia-manusia yang senang berdebat daripada mendengarkan nasihat, manusia yang senang bertikai daripada berdamai, manusia yang lebih sedang hidup kaya daripada hidup sederhana. Renungkanlah firman Allaah berikut ini: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thoghut [312], padahal mereka telah diperintah mengingkari thoghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (An-Nisaa, 4: 60) [312] yang selalu memusuhi Nabi dan kaum Muslimin. Termasuk Thoghut juga : 1. Orang yang menetapkan hukum secara curang menurut hawa nafsu. 2. Berhala-berhala.

Betapa jelasnya ayat tadi melarang manusia untuk mengingkari thoghut tapi saat ini manusia malah mengikuti sehingga tujuan syaitan berhasil untuk menyesatkan manusia sejauh-jauhnya. Renungkanlah saudaraku, apakah kita akan tetap mengikuti hukum-hukum yang telah dibuat manusia yang akan menyesatkan kita dan menyebabkan kita menjadi celaka dan masuk neraka ataukah kita mau kembali ke hukum agama yang bersumber dari Qur’an dan hadits yang mengatur segala urusan manusia dari mulai ibadah sampai adab buang air, agar manusia selamat di dunia dan diakhirat. Dalam suatu hadits juga disebutkan, “Sungguh nabi kalian telah mengajarkan segala sesuatu sampai-sampai perkara adab buang hajat sekalipun.” Salman menjawab: “Ya, benar…” (Riwayat Muslim No. 262)

Selain pendengaran dan penglihatan manusia juga dikaruniai hati sebagai alat untuk bersyukur, dimana kedudukan hati ini sangatlah penting dari pendengaran dan penglihatan, karena jika hati sudah bisa dijaga maka pendengaran dan penglihatan pun sudah pasti dapat dijaga pula. Karena untuk menjaga hati manusia harus menjaga penglihatan dan pendengaran dan anggota tubuh lainnya agar tidak berbuat dosa, karena setiap perbuatan dosa akan menjadi titik hitam dalam hati, dan jika dibiarkan terus menerus maka titik hitam akan membuat hati menjadi kelam. Dan jika hati sudah kelam maka nur Ilahi pun tak dapat memasuki hati. Dan jika ini terjadi maka dipastikan manusia akan berbuat seperti yang tidak memiliki hati nurani. Hal ini telah diperingatkan oleh Allaah dalam Qur’an, DIA berfirman: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allaah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (Al Hadid: 16)
Dan Rasulullooh juga bersabda: “ketahuilah bahwasanya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik maka baiklah seluruh tubuh itu, kalau segumpal daging itu rusak maka rusaklah seluruh tubuh itu ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Manusia yang tidak mempunyai hati nurani, betapa sering kita mendengar kalimat demikian bila ada orang yang melakukan tindak kejahatan yang sangat kejam, itu adalah merupakan gambaran kecil betapa benarnya mengenai baik dan buruknya hati berpengaruh terhadap perbuatan seseorang yang telah disebutkan dalam Qur’an dan hadits tadi. Marilah kita renungkan kembali kemanakah hati kita semua termasuk dengan beberapa dalil berikut ini:
Hati orang beriman
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allaah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allaah-lah hati menjadi tentram." (Ar-Ra’d 13 : 28).

Hati orang kafir

"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allaah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang sangat berat." (Al-Baqarah , 2: 6-7)

Hati orang munafik
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allaah penyekitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka dusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (Al-Baqarah, 2: 10-12).

Selain tiga hati tadi ada juga hati yang lain seperti yang disebutkan dalam hadits berikut:
"Hati itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman dan nifak." (HR. Ahmad dan Thabrani).

Jika kita sedang menghadapi berbagai cobaan yang mengganggu pikiran ataupun juga merasakan beban hidup yang dipikul semakin berat kemudian kita lari untuk mengingat Ilahi dengan mendirikan shalat, memuji dan bermuhasabah diri, dan seketika hati kita menjadi tenteram, itu tandanya hati kita termasuk hati orang yang beriman.

Berbeda cerita apabila seseorang telah diberikan peringatan tentang bahaya dan akibat dari perbuatan yang dilakukan, tetapi orang tersebut tetap tak mempedulikan peringatan dan tetap melakukan perbuatan yang tak peduli dengan kerugian orang lain, yang penting bagi orang seperti ini adalah tercapainya tujuan atau keinginan, beginilah gambaran hati orang-orang kafir yang sudah banyak kita lihat peristiwa tentang kenekadan mereka demi mencapai satu tujuan.
Berbeda dengan orang beriman dan orang kafir, orang yang satu ini justru bisa disebut orang pengecut karena orang beriman berani mengakui keimanannya tak hanya lewat ucapan tapi juga dibuktikan dengan perbuatan meskipun mendapat permusuhan dari orang-orang kafir, begitu pula orang kafir dia tak takut untuk membuktikan kekafirannya dan berbuat kerusakan secara terang-terangan dan memusuhi pun terang-terangan, sedangkan orang munafik lah yang pantas disebut pengecut karena bersembunyi dibalik nama orang yang beriman tapi mereka berbuat kerusakan dan jika diperingatkan mereka malah mengatakan sedang melakukan perbaikan, seperti contoh pendirian suatu pabrik ataupun hotel yang mengorbankan persawahan ataupun perkebunan, mereka pasti berdalih sedang mengadakan perbaikan, akan tetapi setelah bencana terjadi di tempat tersebut mereka sama sekali tidak mau disalahkan.

Dan gambaran hati yang terakhir adalah hati yang berada dalam keimanan dan kemunafikan, hati seperti ini kadang merasa tentram ketika mengingat Tuhan akan tetapi kadang juga berbuat kerusakan, wall
ahu alam.

Silakan renungkan kemanakah hati kita termasuk!!!,,

Penglihatan, pendengaran dan hati adalah tiga hal yang sering disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur’an sebagai suatu alat yang harus dipakai untuk bersyukur dengan jalan beribadah kepadaNYA, melaksanakan segala perintahNYA dan menjauhi segala laranganNYA, dikatakan demikian karena tiga hal diatas suatu modal yang sangat berarti, yang menentukan baik buruknya seorang manusia, karena apa yang dilihat dan didengar akan berpengaruh kepada hati yang merupakan raja yang berkuasa dalam diri. Dan semua itu adalah perintah dari Allaah yang memiliki sifat Al-Jabbar yang mempunyai arti Maha Kuasa, jika hati saja begitu berkuasa terhadap diri apalagi Allaah yang menciptakan hati, langit dan bumi, Tuhan berfirman: Dialah Allaah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allaah dari apa yang mereka persekutukan. (Al-Hasyr: 23)



BILLAHI FI SABILIL HAQ

Leave a Reply