Manusia, diciptakan dan diturunkan ke bumi untuk menjadi kholifah, dengan dibekali akal dan hawa nafsu, dengan itu manusia menjadi makhluk yang paling sempurna, dan dengan itu pula manusia bisa lebih mulia dari para malaikat dan bisa lebih rendah pula dari hewan yang diharamkan. Tentunya kita sudah mengetahui itu semua, akan tetapi entah kenapa sulit sekali mengendalikan hawa nafsu sehingga terkadang kita lupa bahwa kita ini adalah seorang hamba, dan yang namanya seorang hamba tentunya punya Tuan yang harus dita’ati segala perintah dan harus dijauhi segala larangan, karena jika tidak sudah pasti Tuan akan menghukum dan mengabaikan kita. Dan Allaah lah Tuan semua manusia, Tuan para malaikat, Tuan iblis dan jin juga, bukan hanya sekedar Tuan, tapi DIA adalah Tuhan, karena jika hanya tuan hanya memiliki dari hasil membeli akan tetapi DIA adalah yang menciptakan malaikat, jin dan manusia, yang menciptakan langit dan bumi untuk tempat hidup kita semua. Jika berbicara tentang manusia, sudah tentu kita mengetahui bahwa manusia memiliki bermacam-macam sifat, dan salah satunya adalah suka memaksa, memaksakan kehendak padahal belum tentu baik atau tidak untuk dirinya. Ambil saja sebuah contoh dalam kehidupan kita sehari-hari, manusia pada saat sekarang adalah manusia yang tidak mengenal dirinya, manusia yang suka meniru idolanya, padahal apa yang dilakukannya itu belum tentu terlihat cocok seperti apa yang digunakan atau dilakukan oleh idolanya, tapi karena manusia mempunyai sifat memaksakan, ia tak akan peduli apa yang dikatakan orang yang penting dirinya ingin meniru idolanya itu. Mungkin akan jauh lebih baik jika idola manusia sekarang adalah Rasul ‘alaihi shalatu wasalam yang tiada yang lebih baik baik daripada beliau dalam budi pekerti, kepintaran, ketawadhuan, kezuhudan, kedermawanan kelemah lembutan, ketegasan, dan banyak lagi sifat-sifat yang bisa kita teladani dari beliau yang merupakan suri teladan bagi seluruh manusia karena beliau diutus adalah penyempurna semua ajaran, dan penyempurna akhlak, jika ada yang mengatakan bahwa Muhammad shalalAllaahu ‘alaihi wasalam adalah penjiplak ajaran yahudi atau nasrani, katakan kepada mereka bukankah yang namanya penyempurna di dalamnya akan terdapat ajaran-ajaran sebelumnya seperti buku-buku yang kita pelajari waktu duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah, pasti akan lebih disempurnakan lagi ketika memasuki sekolah tinggi atau bangku kuliah, tentu hal ini tidak ada bedanya dengan ajaran yang disempurnakan oleh Nabi ‘alaihi shalatu wasalam, beliau tidak menjiplak, tapi itu merupakan bukti bahwa beliau adalah seorang utusan yang harus dita’ati segala perintah dan dijauhi segala larangan, karena masa hidup beliau jauh sekali dengan masa hidup Nabi Musa ataupun Nabi Isa ‘alaihi salam. Kembali ke sifat manusia, sudah tentu manusia mempunyai suatu sifat yang bisa dibilang unik, karena sifat ini bisa menjadikan lebih mendekati ketaqwaan dan bisa juga menjadikan manusia mendekati kefasiqan, dan sifat ini adalah sifat memaksa,,,
Mungkin akan timbul pertanyaan kenapa bisa mendekati sifat taqwa tapi bisa mendekati sifat fasiq juga sifat memaksa ini, coba kita renungkan kehidupan kita di dunia ini sungguh banyak sekali godaan yang melalaikan kita untuk mengingat Tuhan, ketika berdiri, duduk ataupun berbaring, padahal kita harus mengingat DIA dalam segala macam kegiatan, karena sudah kita ketahui bahwa tanda suatu kecintaan adalah mengingat-ingat yang dicintai dalam setiap waktu, maka dari itu jika kita hanya mengingat Allaah disaat kita susah dan disaat susah kita lupa, patut kita tanyakan kepada diri kita sudah benarkah cinta kita kepada Allaah yang memberikan segala macam kebutuhan dan menjadikan kita hidup sampai sekarang. Allaah berfirman: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allaah serta keridhaanNYA. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadiid ayat 20). Coba renungkan ayat ini, dimana ada kata-kata yang bisa kita jadikan petunjuk dan ada perumpamaan juga supaya kita lebih mengerti lagi tentang permasalahan yang disampaikan kepada manusia, Maha Suci Allaah sebaik-baik perangkai kata yang tak hanya sekedar indah dibaca tapi juga sangat kaya dengan makna. Dalam ayat tadi disebutkan bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, dan ini disebabkan karena perhiasan dan saling bermegah-megahan diantara manusia, merasa bangga karena banyaknya harta dan anak, ada empat kata kunci dalam kalimat tadi yang bisa kita renungkan yang semoga dengan itu Allaah memberikan kepada kita pelajaran tentang kebaikan, empat kata tadi yaitu permainan, lalai, harta dan anak,,,
Jika kita bicara permainan sudah tentu dalam sebuah permainan ada sebuah aturan yang harus diikuti supaya kita bisa menjadi pemenang dalam permainan tersebut, karena jika kita mengikuti sebuah permainan, kita tidak mengikuti peraturan dalam permainan tersebut, pasti kita akan mendapat hukuman, dan kita tidak akan pernah menjadi pemenang dalam permainan tersebut. Sebagai contoh, dalam permainan sepakbola yang banyak digemari oleh manusia, saking gemarnya manusia terhadap sepakbola, mesjid-mesjid saja ikut sepi ketika tim favorit sepakbola sedang bertanding yang pada saat itu berbarengan dengan kumandang adzan isya atau maghrib, satu lagi ketika ada final pertandingan yang dikatakan pertandingan akbar, anehya manusia begitu semangatnya untuk menonton sepakbola tersebut, ada yang tidur terlebih dahulu supaya pas pertandingan tidak ngantuk, ada juga yang rela begadang karena takut tidak bangun dan tidak menyaksikan pertandingan tersebut, berbeda jika kita terbangun dari tidur yang seharusnya dilanjutkan dengan tahajjud tapi tubuh begitu terasa beratnya karena tertindih oleh hawa nafsu dan syetan sehingga kita kalah untuk bermunajat kepada Tuhan semesta alam pada waktu tiga perempat malam, yang di waktu itu ampunan dan rahmat diturunkan juga permhonan dikabulkan. Setelah pertandingan selesai manusia pun kembali ke kegiatannya masing-masing dengan berbagai macam omongan, apalagi jika tim favoritnya itu kalah, tapi pernahkah kita memikirkan pelajaran apa yang ada dalam permainan sepak bola tersebut?,, yang dari sana kita bisa jadikan pelajaran untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menambah keimanan dan ketaqwaan, atau kita hanya mengikuti jalannya pertandingan yang hanya melalaikan sampai-sampai waktu shalatpun dilupakan karena terhipnotis oleh pertandingan?,, mari kita renungkan pelajaran apa yang bisa kita petik dari permainan sepakbola ini supaya kita tidak termasuk orang-orang yang lalai dalam mengingat Tuhan. Sudah kita ketahui semua bahwa jumlah pemain sepakbola dalam sebuah tim yang bermain di lapangan adalah sebelas, dan sebelas jika ditulis dalam angka adalah dua angka yang sama yang diulang, dan angka itu adalah satu dan satu, kita bisa ambil pelajaran dari hal ini bahwa dalam permainan itu harus ada yang dijadikan sandaran, yang harus dijadikan aturan, dan makna satu dan satu adalah satu Tuhan yakni Allaah subhanahu wa ta’ala dan satu nabi sebagai utusan yakni Muhammad shalallaahu ‘alaihi wasalam. Jika satu Tuhan satu Rasul ini kita selalu bawa dalam permainan hidup kita insya Allaah permainan kita akan senantiasa menjadi menarik meskipun sulit, seperti permainan sepakbola,,,
Dalam sebuah permainan sepakbola dibagi tiga posisi, yakni posisi belakang, posisi tengah dan posisi depan, lalu apa yang bisa petik kita pelajaran?,, dalam ajaran agama Islam sudah kita ketahui juga bahwa ada tiga rukun agama yang jika itu ada dalam kehidupan manusia, insya Allaah manusia itu akan merasa bahagia meski harta tak punya. Tiga rukun agama ini adalah iman, islam dan ihsan. Korelasi dengan tiga posisi tadi adalah rukun iman kita tempatkan sebagai posisi belakang yang merupakan fondasi dan pertahanan yang harus kuat dan kokoh supaya ketika musuh menyerang kita masih dapat bertahan, rukun Islam kita tempatkan di posisi tengah yang dengan itu kita bisa menyampaikan bola yang bisa kita gambarkan sebagai suatu amal hasil dari umpan posisi belakang atau rukun iman tadi,,,
Dan memasuki posisi terakhir yakni posisi depan, tidak lain dan tidak bukan adalah ihsan, karena dengan ihsan ini yang merupakan posisi depan yang mendapatkan umpan dari posisi tengah yakni rukun islam, karena jika tidak diumpan ke posisi depan atau ke rukun ihsan ini, sudah tentu kita tidak akan bisa mengalakan musuh manusia jika tidak menyempurnakan amal hasil dari rukun iman dan rukun islam, karena dengan rukun ihsan ini seorang mukmin bisa melakukan amal benar-benar dengan ikhlas hati karena ia senantiasa merasa diawasi oleh Ilahi, dan jika itu terjadi sudah tentu iblis dan syetan akan kalah, karena anak adam berhasil menjebol gawang karena sifat ikhlas yang merupakan dari hasil penyempurnaan rukun ihsan ini, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an: Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (Al-Hijr ayat 39-40). Dengan jelas iblis mengatakan akan menyesatkan semua manusia di bumi dan iblis mengaku kalah kepada hamba-hamba Allaah yang mukhlis, mukhlis adalah bentuk kata jamak dari kata ikhlas, dan ikhlas ini merupakan suatu kata yang mudah diucapkan tapi sulit untuk dilakukan, dan hanya orang-orang yang mampu merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Rohman, yang dengan karuniaNYA seorang mukmin bisa mempunyai sifat ikhlas ini. Mukmin yang ikhlas tidak akan menganggap segala sesuatu kebaikan dilakukan oleh dirinya, tapi akan menganggap semua itu adalah karunia dari Tuhannya, dan segala sesuatu yang buruk berasal dari dirinya selaku manusia yang tak lepas dari khilaf dan berbuat dosa,,,
Kata kunci yang kedua tadi adalah lalai, dan lalai ini sendiri merupakan sifat yang sering disebutkan dalam Qur’an untuk menggambarkan orang-orang yang tidak mempedulikan ayat-ayat Tuhan, dan Allaah berfirman mengenai sifat lalai ini: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allaah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allaah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allaah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang. (Al-‘Aroof ayat 179). Renungkan wahai saudaraku semuanya, tanyakan kepada hati nurani yang sudah banyak terkotori, supaya kita dapat mendengar jeritan hati kita sendiri, alangkah ruginya jika kita seperti yang disebutkan dalam ayat tadi, jika kita tidak menggunakan hati untuk memahami ayat-ayat Allaah, tidak menggunakan mata untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allaah, dan tidak menggunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allaah, jika semua hal tersebut ada pada diri kita berarti kita termasuk orang lalai yang merupakan calon pengisi neraka jahannam, naudzubillaah, semoga kita semua kembali menggunakan hati, penglihatan dan pendengaran untuk memahami, melihat dan mendengar ayat-ayat Tuhan supaya kita semua tidak termasuk orang-orang yang lalai. Marilah kita segera bertaubat sebelum waktu yang memutuskan segala macam ni’mat kian mendekat, perbaiki semua kesalahan dan kelalaian yang telah kita lakukan, jika selama ini setiap pagi kita hanya membaca koran mari kita ganti dengan kebiasaan membaca Qur’an, jika selama ini setiap hari hanya mendengarkan nyanyian-nyanyian mari kita ganti dengan mendengarkan murotal Qur’an ataupun ceramah-ceramah tentang keagaaman, jika selama ini kita hanya menonton acara di televisi seputar ghibah, fitnah dan politik yang mubah, mari kita ganti dengan tontonan yang memperlihatkan tentang keagungan Tuhan selaku Sang Pencipta alam, baik itu lewat hewan, tumbuhan bahkan keajaiban yang tidak kita sadari yang ada pada badan. Semoga dengan melakukan hal-hal tersebut Allaah menerima taubat kita dan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang beriman, dan kelak akan dikumpulkan dengan orang-orang shalih, syuhada dan para Nabi dan Rasul, aamiin,,
Dua kata terakhir yang menyebabkan manusia jatuh dalam kelalaian adalah harta dan anak, benar atau tidak bagi sebagian orang tentang hal ini mungkin relatif, tapi apakah masih menutup mata bila fakta sudah berbicara, bila bukti sudah terlihat dimana-mana, bahwa harta dan anak yang banyak menyebabkan manusia terseret ke dalam cinta dunia dan takut akan mati, coba lihat di sekitar kita begitu banyak manusia yang menyatakan dirinya penguasa, tapi sebenarnya dialah yang dikuasai oleh jabatannya karena ia hanya memanfaatkan jabatannya itu untuk kepentingan dirinya, istrinya dan anaknya, begitu banyak dirinya yang mengatasnamakan wakil rakyat, padahal mereka hanyalah wakil dari hawa nafsunya yang bejat, yang menghalalkan segala cara demi terupaskannya nafsu syahwat, sedangkan rakyat sendiri yang seharusnya dipikirkan mengenai kesejahteraannya malah dibiarkan melarat. Hal itu terjadi karena cintanya manusia kepada harta, yang mereka kira dapat mengekalkan kehidupannya, yang mereka kira harta tersebut akan menolongnya tanpa ia membelanjakan di jalan Tuhannya. Dan tak sedikit para orangtua yang terjerumus karena ingin memenuhi kebutuhan anaknya, tanpa memperdulikan halal-haramnya, mungkin hal ini terjadi karena pada saat belum memiliki keturunan, mereka bukan datang pada Tuhan Yang Maha Rohman supaya dikaruniai keturunan, tapi mungkin mereka datang kepada paranormal yang sudah terkenal oleh orang-orang, jika datang padanya maka akan mempunyai keturunan, dan sungguh ini adalah suatu kemusyrikan yang berada dalam kehidupan akhir zaman sekarang, pantas saja anak-anak sekarang sudah berani menentang, sudah berani melawan, bahkan sampai ada yang membunuh dan memperkosa orangtuanya sendiri, naudzubillaah semoga kita semua dilindungi dari hal-hal yang demikian,,,
Sesungguhnya kelalaian-kelalaian itu tak akan terjadi jika kita memaksakan diri kita untuk melawan bisikan-bisikan keburukan dari syetan dengan cara menyibukkan diri dengan segala perintah dan menjauhi segala larangan dari Allaah, senantiasa berdzikir kepadaNYA dalam setiap nafas yang kita hembuskan. Karena manusia tidak akan mungkin dapat melakukan dua hal secara sekaligus, sebagai contoh jika kita duduk sudah pasti tidak akan bisa berlari, jika kita tidur maka sudah pasti kita tidak akan bisa membaca, begitu pula dengan kegiatan yang kita lakukan, jika kita disibukkan dengan berbagai macam kegiatan yang membawa kebaikan, secara otomatis juga kita akan terhindarkan dari berbagai macam keburukan, karena dua hal yang berbeda tidak mungkin dapat dilakukan secara bersamaan. Mungkin akan timbul pernyataan, bahwa semua itu adalah karena faktor lingkungan, karena jika seseorang berada dalam lingkungan pesantren atau mesjid tentu akan sibuk dengan hal-hal yang baik dan orang-orang yang tinggal di lingkungan terminal, perkotaan dan sebagainya akan sibuk dengan hal-hal yang jelek, pernyataan seperti ini harus dibenarkan karena kita tidak bisa menghukum suatu perkara hanya dipandang dari satu sisi saja tanpa membuktikan kebenarannya, mungkin memang benar orang-orang yang hidup di lingkungan pesantren atau mesjid akan sibuk dengan hal-hal yang baik, tapi itu zaman dahulu bukan sekarang, dikatakan demikian karena di lingkungan pesantren sekarang, ketika adzan dikumandangkan, para santri masih sibuk dengan berbagai macam kegiatan yang melalaikan, mungkin menjadi dimaklum jika para santri tersebut sedang belajar ilmu fiqih, tentunya itu juga tidak sering dilakukan, namun jika kegiatan para santri itu hanya membicarakan tentang lawan jenis, membicarakan tentang kendaraan, membicarakan tentang hal-hal yang kurang bermanfaat, apakah masih bisa kita katakan bahwa semua itu faktor lingkungan?,, seorang guru pernah menanyakan, “manakah yang lebih sholeh, santri yang pergi berjama’ah ke mesjid atau seorang anak yang berjualan di terminal yang pergi berjama’ah ke mesjid?” dan guru tersebut menjawab jika ada yang menjawab sholeh santri yang dipesantren maka dia salah, karena anak yang berjualan di terminal godaannya lebih banyak daripada santri yang tinggal di pesantren, dan sudah tentu anak itu lebih sholeh karena ia memaksakan diri untuk melawan godaan di terminal sehingga meninggalkan kegiatan berjualan dan memenuhi panggilan Tuhan. Hal ini terjadi tentu bukan karena lingkungan, tapi karena faktor kebiasaan untuk memaksakan diri memenuhi perintah Tuhan sehingga jika sudah menjadi kebiasaan, akan terasa berat untuk meninggalkan, seperti orang yang sudah senang dengan rokok disuruh berhenti pasti ia tidak akan senang. Sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits bahwa perumpamaan orang-orang mukmin adalah seperti emas, dimanapun ia berada akan tetap menjadi emas, tak akan berkurang nilainya. Ini merupakan suatu petunjuk bahwa dimanapun kita berada sudah sepantasnya kita tetap menjadi seorang hamba Allaah yang bertaqwa, dan tetap menjalankan segala perintahNYA dan menjauhi segala laranganNYA, seperti yang dikatakan sebuah pribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
Akan tetapi sifat memaksa manusia pada saat sekarang ini ditempatkan pada tempat yang salah, banyak wanita yang memaksakan dirinya untuk terlihat cantik dengan pakaian serba mini ataupun serba ketat tapi yang akibatnya meruntuhkan iman laki-laki yang katanya baik apalagi yang jahat, sehingga terjadilah perzinahan ataupun pemerkosaan, orang-orang yang memaksakan dirinya ingin terlihat kaya padahal mereka adalah orang yang sederhana usaha mereka pun apa adanya, tapi mereka mati-matian ingin memiliki apa yang dimiliki tetangganya, sampai meminjam uang kepada tetangga supaya dapat membeli barang yang sama dengan tetangganya, dan akhirnya mereka malah terlilit utang kepada rentenir yang membangkrutkan usahanya dan menghancurkan ketenangan hidupnya. Begitu hebatnya sifat memaksa yang dimiliki oleh manusia sehingga apa yang dipaksakan nya bisa menjadi suatu kenyataan meski manusia sendiri tidak mengetahui akibat dari apa yang mereka paksakan itu, jika saja mereka memaksakan untuk berbuat baik sudah pasti hasilnya pun akan baik dan jika mereka memaksakan untuk berbuat jelek maka sudah pasti hasil yang didapatnya pun akan jelek.
Hal ini jelas sangat berbeda dengan sifat Maha Memaksa Allaah, karena memaksanya DIA lebih dahsyat lagi daripada paksaan manusia, dan akibat yang ditimbulkan oleh sifatNYA ini sudah tentu akan membawa kebaikan, tidak seperti sifat memaksanya manusia, karena jika DIA memaksakan perintah yang harus dilakukan, pasti orang yang dipaksakan olehNYA akan mendapatkan kebaikan, dan jika DIA memaksakan agar hambaNYA menjauhi apa yang dilarangNYA sudah pasti hamba tersebut akan selamat dari keburukan yang ditimbulkan oleh hal yang dilarang olehNYA. Dan begitu juga bila DIA sudah memaksa menurunkan azab, maka tidak ada seorang pun yang bisa menolak azabNYA tersebut, meskipun dengan teknologi canggih, ataupun bangunan yang kuat. Maka pantaslah Allaah mempunyai sifat Al-Qohhaar yang artinya Yang Maha Memaksa sebagaimana tersurat dalam Qur’an: Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allaah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allaah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allaah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-NYA sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allaah adalah Pencipta segala sesuatu dan DIA-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Memaksa". (Ar-Ra’d ayat 16)
Mungkin akan timbul pertanyaan kenapa bisa mendekati sifat taqwa tapi bisa mendekati sifat fasiq juga sifat memaksa ini, coba kita renungkan kehidupan kita di dunia ini sungguh banyak sekali godaan yang melalaikan kita untuk mengingat Tuhan, ketika berdiri, duduk ataupun berbaring, padahal kita harus mengingat DIA dalam segala macam kegiatan, karena sudah kita ketahui bahwa tanda suatu kecintaan adalah mengingat-ingat yang dicintai dalam setiap waktu, maka dari itu jika kita hanya mengingat Allaah disaat kita susah dan disaat susah kita lupa, patut kita tanyakan kepada diri kita sudah benarkah cinta kita kepada Allaah yang memberikan segala macam kebutuhan dan menjadikan kita hidup sampai sekarang. Allaah berfirman: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allaah serta keridhaanNYA. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadiid ayat 20). Coba renungkan ayat ini, dimana ada kata-kata yang bisa kita jadikan petunjuk dan ada perumpamaan juga supaya kita lebih mengerti lagi tentang permasalahan yang disampaikan kepada manusia, Maha Suci Allaah sebaik-baik perangkai kata yang tak hanya sekedar indah dibaca tapi juga sangat kaya dengan makna. Dalam ayat tadi disebutkan bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, dan ini disebabkan karena perhiasan dan saling bermegah-megahan diantara manusia, merasa bangga karena banyaknya harta dan anak, ada empat kata kunci dalam kalimat tadi yang bisa kita renungkan yang semoga dengan itu Allaah memberikan kepada kita pelajaran tentang kebaikan, empat kata tadi yaitu permainan, lalai, harta dan anak,,,
Jika kita bicara permainan sudah tentu dalam sebuah permainan ada sebuah aturan yang harus diikuti supaya kita bisa menjadi pemenang dalam permainan tersebut, karena jika kita mengikuti sebuah permainan, kita tidak mengikuti peraturan dalam permainan tersebut, pasti kita akan mendapat hukuman, dan kita tidak akan pernah menjadi pemenang dalam permainan tersebut. Sebagai contoh, dalam permainan sepakbola yang banyak digemari oleh manusia, saking gemarnya manusia terhadap sepakbola, mesjid-mesjid saja ikut sepi ketika tim favorit sepakbola sedang bertanding yang pada saat itu berbarengan dengan kumandang adzan isya atau maghrib, satu lagi ketika ada final pertandingan yang dikatakan pertandingan akbar, anehya manusia begitu semangatnya untuk menonton sepakbola tersebut, ada yang tidur terlebih dahulu supaya pas pertandingan tidak ngantuk, ada juga yang rela begadang karena takut tidak bangun dan tidak menyaksikan pertandingan tersebut, berbeda jika kita terbangun dari tidur yang seharusnya dilanjutkan dengan tahajjud tapi tubuh begitu terasa beratnya karena tertindih oleh hawa nafsu dan syetan sehingga kita kalah untuk bermunajat kepada Tuhan semesta alam pada waktu tiga perempat malam, yang di waktu itu ampunan dan rahmat diturunkan juga permhonan dikabulkan. Setelah pertandingan selesai manusia pun kembali ke kegiatannya masing-masing dengan berbagai macam omongan, apalagi jika tim favoritnya itu kalah, tapi pernahkah kita memikirkan pelajaran apa yang ada dalam permainan sepak bola tersebut?,, yang dari sana kita bisa jadikan pelajaran untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menambah keimanan dan ketaqwaan, atau kita hanya mengikuti jalannya pertandingan yang hanya melalaikan sampai-sampai waktu shalatpun dilupakan karena terhipnotis oleh pertandingan?,, mari kita renungkan pelajaran apa yang bisa kita petik dari permainan sepakbola ini supaya kita tidak termasuk orang-orang yang lalai dalam mengingat Tuhan. Sudah kita ketahui semua bahwa jumlah pemain sepakbola dalam sebuah tim yang bermain di lapangan adalah sebelas, dan sebelas jika ditulis dalam angka adalah dua angka yang sama yang diulang, dan angka itu adalah satu dan satu, kita bisa ambil pelajaran dari hal ini bahwa dalam permainan itu harus ada yang dijadikan sandaran, yang harus dijadikan aturan, dan makna satu dan satu adalah satu Tuhan yakni Allaah subhanahu wa ta’ala dan satu nabi sebagai utusan yakni Muhammad shalallaahu ‘alaihi wasalam. Jika satu Tuhan satu Rasul ini kita selalu bawa dalam permainan hidup kita insya Allaah permainan kita akan senantiasa menjadi menarik meskipun sulit, seperti permainan sepakbola,,,
Dalam sebuah permainan sepakbola dibagi tiga posisi, yakni posisi belakang, posisi tengah dan posisi depan, lalu apa yang bisa petik kita pelajaran?,, dalam ajaran agama Islam sudah kita ketahui juga bahwa ada tiga rukun agama yang jika itu ada dalam kehidupan manusia, insya Allaah manusia itu akan merasa bahagia meski harta tak punya. Tiga rukun agama ini adalah iman, islam dan ihsan. Korelasi dengan tiga posisi tadi adalah rukun iman kita tempatkan sebagai posisi belakang yang merupakan fondasi dan pertahanan yang harus kuat dan kokoh supaya ketika musuh menyerang kita masih dapat bertahan, rukun Islam kita tempatkan di posisi tengah yang dengan itu kita bisa menyampaikan bola yang bisa kita gambarkan sebagai suatu amal hasil dari umpan posisi belakang atau rukun iman tadi,,,
Dan memasuki posisi terakhir yakni posisi depan, tidak lain dan tidak bukan adalah ihsan, karena dengan ihsan ini yang merupakan posisi depan yang mendapatkan umpan dari posisi tengah yakni rukun islam, karena jika tidak diumpan ke posisi depan atau ke rukun ihsan ini, sudah tentu kita tidak akan bisa mengalakan musuh manusia jika tidak menyempurnakan amal hasil dari rukun iman dan rukun islam, karena dengan rukun ihsan ini seorang mukmin bisa melakukan amal benar-benar dengan ikhlas hati karena ia senantiasa merasa diawasi oleh Ilahi, dan jika itu terjadi sudah tentu iblis dan syetan akan kalah, karena anak adam berhasil menjebol gawang karena sifat ikhlas yang merupakan dari hasil penyempurnaan rukun ihsan ini, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an: Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (Al-Hijr ayat 39-40). Dengan jelas iblis mengatakan akan menyesatkan semua manusia di bumi dan iblis mengaku kalah kepada hamba-hamba Allaah yang mukhlis, mukhlis adalah bentuk kata jamak dari kata ikhlas, dan ikhlas ini merupakan suatu kata yang mudah diucapkan tapi sulit untuk dilakukan, dan hanya orang-orang yang mampu merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Rohman, yang dengan karuniaNYA seorang mukmin bisa mempunyai sifat ikhlas ini. Mukmin yang ikhlas tidak akan menganggap segala sesuatu kebaikan dilakukan oleh dirinya, tapi akan menganggap semua itu adalah karunia dari Tuhannya, dan segala sesuatu yang buruk berasal dari dirinya selaku manusia yang tak lepas dari khilaf dan berbuat dosa,,,
Kata kunci yang kedua tadi adalah lalai, dan lalai ini sendiri merupakan sifat yang sering disebutkan dalam Qur’an untuk menggambarkan orang-orang yang tidak mempedulikan ayat-ayat Tuhan, dan Allaah berfirman mengenai sifat lalai ini: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allaah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allaah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allaah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang. (Al-‘Aroof ayat 179). Renungkan wahai saudaraku semuanya, tanyakan kepada hati nurani yang sudah banyak terkotori, supaya kita dapat mendengar jeritan hati kita sendiri, alangkah ruginya jika kita seperti yang disebutkan dalam ayat tadi, jika kita tidak menggunakan hati untuk memahami ayat-ayat Allaah, tidak menggunakan mata untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allaah, dan tidak menggunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allaah, jika semua hal tersebut ada pada diri kita berarti kita termasuk orang lalai yang merupakan calon pengisi neraka jahannam, naudzubillaah, semoga kita semua kembali menggunakan hati, penglihatan dan pendengaran untuk memahami, melihat dan mendengar ayat-ayat Tuhan supaya kita semua tidak termasuk orang-orang yang lalai. Marilah kita segera bertaubat sebelum waktu yang memutuskan segala macam ni’mat kian mendekat, perbaiki semua kesalahan dan kelalaian yang telah kita lakukan, jika selama ini setiap pagi kita hanya membaca koran mari kita ganti dengan kebiasaan membaca Qur’an, jika selama ini setiap hari hanya mendengarkan nyanyian-nyanyian mari kita ganti dengan mendengarkan murotal Qur’an ataupun ceramah-ceramah tentang keagaaman, jika selama ini kita hanya menonton acara di televisi seputar ghibah, fitnah dan politik yang mubah, mari kita ganti dengan tontonan yang memperlihatkan tentang keagungan Tuhan selaku Sang Pencipta alam, baik itu lewat hewan, tumbuhan bahkan keajaiban yang tidak kita sadari yang ada pada badan. Semoga dengan melakukan hal-hal tersebut Allaah menerima taubat kita dan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang beriman, dan kelak akan dikumpulkan dengan orang-orang shalih, syuhada dan para Nabi dan Rasul, aamiin,,
Dua kata terakhir yang menyebabkan manusia jatuh dalam kelalaian adalah harta dan anak, benar atau tidak bagi sebagian orang tentang hal ini mungkin relatif, tapi apakah masih menutup mata bila fakta sudah berbicara, bila bukti sudah terlihat dimana-mana, bahwa harta dan anak yang banyak menyebabkan manusia terseret ke dalam cinta dunia dan takut akan mati, coba lihat di sekitar kita begitu banyak manusia yang menyatakan dirinya penguasa, tapi sebenarnya dialah yang dikuasai oleh jabatannya karena ia hanya memanfaatkan jabatannya itu untuk kepentingan dirinya, istrinya dan anaknya, begitu banyak dirinya yang mengatasnamakan wakil rakyat, padahal mereka hanyalah wakil dari hawa nafsunya yang bejat, yang menghalalkan segala cara demi terupaskannya nafsu syahwat, sedangkan rakyat sendiri yang seharusnya dipikirkan mengenai kesejahteraannya malah dibiarkan melarat. Hal itu terjadi karena cintanya manusia kepada harta, yang mereka kira dapat mengekalkan kehidupannya, yang mereka kira harta tersebut akan menolongnya tanpa ia membelanjakan di jalan Tuhannya. Dan tak sedikit para orangtua yang terjerumus karena ingin memenuhi kebutuhan anaknya, tanpa memperdulikan halal-haramnya, mungkin hal ini terjadi karena pada saat belum memiliki keturunan, mereka bukan datang pada Tuhan Yang Maha Rohman supaya dikaruniai keturunan, tapi mungkin mereka datang kepada paranormal yang sudah terkenal oleh orang-orang, jika datang padanya maka akan mempunyai keturunan, dan sungguh ini adalah suatu kemusyrikan yang berada dalam kehidupan akhir zaman sekarang, pantas saja anak-anak sekarang sudah berani menentang, sudah berani melawan, bahkan sampai ada yang membunuh dan memperkosa orangtuanya sendiri, naudzubillaah semoga kita semua dilindungi dari hal-hal yang demikian,,,
Sesungguhnya kelalaian-kelalaian itu tak akan terjadi jika kita memaksakan diri kita untuk melawan bisikan-bisikan keburukan dari syetan dengan cara menyibukkan diri dengan segala perintah dan menjauhi segala larangan dari Allaah, senantiasa berdzikir kepadaNYA dalam setiap nafas yang kita hembuskan. Karena manusia tidak akan mungkin dapat melakukan dua hal secara sekaligus, sebagai contoh jika kita duduk sudah pasti tidak akan bisa berlari, jika kita tidur maka sudah pasti kita tidak akan bisa membaca, begitu pula dengan kegiatan yang kita lakukan, jika kita disibukkan dengan berbagai macam kegiatan yang membawa kebaikan, secara otomatis juga kita akan terhindarkan dari berbagai macam keburukan, karena dua hal yang berbeda tidak mungkin dapat dilakukan secara bersamaan. Mungkin akan timbul pernyataan, bahwa semua itu adalah karena faktor lingkungan, karena jika seseorang berada dalam lingkungan pesantren atau mesjid tentu akan sibuk dengan hal-hal yang baik dan orang-orang yang tinggal di lingkungan terminal, perkotaan dan sebagainya akan sibuk dengan hal-hal yang jelek, pernyataan seperti ini harus dibenarkan karena kita tidak bisa menghukum suatu perkara hanya dipandang dari satu sisi saja tanpa membuktikan kebenarannya, mungkin memang benar orang-orang yang hidup di lingkungan pesantren atau mesjid akan sibuk dengan hal-hal yang baik, tapi itu zaman dahulu bukan sekarang, dikatakan demikian karena di lingkungan pesantren sekarang, ketika adzan dikumandangkan, para santri masih sibuk dengan berbagai macam kegiatan yang melalaikan, mungkin menjadi dimaklum jika para santri tersebut sedang belajar ilmu fiqih, tentunya itu juga tidak sering dilakukan, namun jika kegiatan para santri itu hanya membicarakan tentang lawan jenis, membicarakan tentang kendaraan, membicarakan tentang hal-hal yang kurang bermanfaat, apakah masih bisa kita katakan bahwa semua itu faktor lingkungan?,, seorang guru pernah menanyakan, “manakah yang lebih sholeh, santri yang pergi berjama’ah ke mesjid atau seorang anak yang berjualan di terminal yang pergi berjama’ah ke mesjid?” dan guru tersebut menjawab jika ada yang menjawab sholeh santri yang dipesantren maka dia salah, karena anak yang berjualan di terminal godaannya lebih banyak daripada santri yang tinggal di pesantren, dan sudah tentu anak itu lebih sholeh karena ia memaksakan diri untuk melawan godaan di terminal sehingga meninggalkan kegiatan berjualan dan memenuhi panggilan Tuhan. Hal ini terjadi tentu bukan karena lingkungan, tapi karena faktor kebiasaan untuk memaksakan diri memenuhi perintah Tuhan sehingga jika sudah menjadi kebiasaan, akan terasa berat untuk meninggalkan, seperti orang yang sudah senang dengan rokok disuruh berhenti pasti ia tidak akan senang. Sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits bahwa perumpamaan orang-orang mukmin adalah seperti emas, dimanapun ia berada akan tetap menjadi emas, tak akan berkurang nilainya. Ini merupakan suatu petunjuk bahwa dimanapun kita berada sudah sepantasnya kita tetap menjadi seorang hamba Allaah yang bertaqwa, dan tetap menjalankan segala perintahNYA dan menjauhi segala laranganNYA, seperti yang dikatakan sebuah pribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
Akan tetapi sifat memaksa manusia pada saat sekarang ini ditempatkan pada tempat yang salah, banyak wanita yang memaksakan dirinya untuk terlihat cantik dengan pakaian serba mini ataupun serba ketat tapi yang akibatnya meruntuhkan iman laki-laki yang katanya baik apalagi yang jahat, sehingga terjadilah perzinahan ataupun pemerkosaan, orang-orang yang memaksakan dirinya ingin terlihat kaya padahal mereka adalah orang yang sederhana usaha mereka pun apa adanya, tapi mereka mati-matian ingin memiliki apa yang dimiliki tetangganya, sampai meminjam uang kepada tetangga supaya dapat membeli barang yang sama dengan tetangganya, dan akhirnya mereka malah terlilit utang kepada rentenir yang membangkrutkan usahanya dan menghancurkan ketenangan hidupnya. Begitu hebatnya sifat memaksa yang dimiliki oleh manusia sehingga apa yang dipaksakan nya bisa menjadi suatu kenyataan meski manusia sendiri tidak mengetahui akibat dari apa yang mereka paksakan itu, jika saja mereka memaksakan untuk berbuat baik sudah pasti hasilnya pun akan baik dan jika mereka memaksakan untuk berbuat jelek maka sudah pasti hasil yang didapatnya pun akan jelek.
Hal ini jelas sangat berbeda dengan sifat Maha Memaksa Allaah, karena memaksanya DIA lebih dahsyat lagi daripada paksaan manusia, dan akibat yang ditimbulkan oleh sifatNYA ini sudah tentu akan membawa kebaikan, tidak seperti sifat memaksanya manusia, karena jika DIA memaksakan perintah yang harus dilakukan, pasti orang yang dipaksakan olehNYA akan mendapatkan kebaikan, dan jika DIA memaksakan agar hambaNYA menjauhi apa yang dilarangNYA sudah pasti hamba tersebut akan selamat dari keburukan yang ditimbulkan oleh hal yang dilarang olehNYA. Dan begitu juga bila DIA sudah memaksa menurunkan azab, maka tidak ada seorang pun yang bisa menolak azabNYA tersebut, meskipun dengan teknologi canggih, ataupun bangunan yang kuat. Maka pantaslah Allaah mempunyai sifat Al-Qohhaar yang artinya Yang Maha Memaksa sebagaimana tersurat dalam Qur’an: Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allaah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allaah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allaah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-NYA sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allaah adalah Pencipta segala sesuatu dan DIA-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Memaksa". (Ar-Ra’d ayat 16)
BILLAAHI FI SABILIL HAQ