BISMILLAAHI ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM
Bersih atau
suci, tentunya kata ini merupakan kata yang sudah tidak asing lagi di telinga
kita. Sesuatu yang bersih atau suci tentunya disukai banyak orang dan
sebaliknya sesuatu yang kotor tidak disukai oleh orang-orang.
Ambil saja
sebuah contoh dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita alami, jika rumah
kita mau kedatangan tamu, tentunya kita sekeluarga bersih-bersih di rumah itu,
dari mulai halaman sampai kamar mandi, kita menata sedemikian rupa setiap sudut
ruangan agar tidak terlihat bersih dan rapi, karena kita tidak mau mengecewakan
tamu yang mau mampir ke rumah kita, padahal singgahnya hanya beberapa jam atau
beberapa hari saja, tidak untuk selamanya. Hal ini memang tidak dilarang dalam
agama, bahkan Rosul ‘alaihi sholatu wasalam bersabda ''barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah
ia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahmi. Dan barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik-baik saja atau
hendaklah ia diam''.( riwayat bukhari dan muslim).
Kita sering
memuliakan tamu dari manusia apalagi jika tamu tersebut seorang yang terhormat
dan kaya raya, sudah tentu pasti kita tidak akan membuat kecewa. Akan tetapi
kita sering melupakan seorang tamu yang satu ini, tamu yang kehadirannya bisa
membawa kehidupan dan membawa kebahagian bagi kita dan semua manusia bahkan
semua yang ada di dunia, dan apakah anda tahu siapa tamu yang dimaksud?, dia
adalah cahaya dari Yang Maha Kuasa atau Nur Ilahi atau yang lebih dikenal
dengan nama hidayah.
Jasad adalah
rumah bagi ruh manusia, dan hidup atau tidaknya ruhani, tergantung kepada manusia
itu sendiri, dan hidup atau tidaknya suatu ruh tergantung kepada Nur Ilahi
sebagaimana Allaah berfirman dalam Qur’an: “Dan
apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah
mereka kerjakan”. (Al-‘An’am: 122)
Dan ruhani bisa
mendapatkan nur Ilahi atau tidak tergantung kepada hati, karena disanalah nur
Ilahi hidup dan memancarkan cahayanya lewat niat, perkataan dan perbuatan yang
selalu condon kepada kebaikan bukan kepada keburukan. Seperti yang tersurat
dalam Firman Allaah dalam Qur’an: kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Asy-Syu’araa: 89), "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tentram." (Surat Ar-Ra’d : 28) diperjelas
lagi dengan hadits Rosul ‘alaihi shalatu wasalam: "Hati itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang
bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka
itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu
adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman
dan nifak." (Riwayat
Ahmad dan Thabrani).
setelah menyimak
apa yang disampaikan dalam Qur’an dan hadits tadi, mari kita kembalikan kepada
diri kita, kemanakah hati kita termasuk, apakah mukmin, apakah kafir, apakah
munafik, atau pencampuran antara iman dan nifak?
Seperti diawal
tadi disebutkan jika kita mau menyambut tamu dari manusia kita membersihkan
rumah kita, sebersih-bersihnya. Akan tetapi ketika nur Ilahi datang untuk
memasuki hati, kita sangat jarang sekali atau mungkin tidak membukakan pintu
supaya nur Ilahi itu masuk ke dalam hati yang bisa menyinari. Suatu pribahasa
mengatakan mata adalah jendela hati, dan jika jendela terus dibuka maka secara
otomatis akan banyak kotoran yang akan memasuki hati kita, seperti sebuah
jendela rumah yang jika dibiarkan terus terbuka maka polusi udara akan merusak
lingkungan rumah kita. Tapi kenyataan sekarang umat islam lebih banyak yang
senang memandang lawan jenis yang bukan muhrim daripada harus membaca Qur’an
yang merupakan petunjuk bagi orang muslim. Telinga lebih senang digunakan untuk
mendengarkan orang-orang yang sedang mengupat dari pada mendengarkan para
‘ulama yang menyampaikan nasihat. Lisan lebih senang membicarakan kejelekan
dari pada harus berdzikir dan bertasbih memuji Tuhan. Tangan lebih senang
bersentuhan dengan yang tidak halal daripada harus bersentuhan dengan sajadah
untuk bersujud dan mensyukuri segala nikmat dan karunia yang diberikan Yang
Maha Rohman. Kaki lebih senang dilangkahkan ke tempat-tempat maksiat daripada
ke tempat-tempat ibadat, padahal untuk memasuki tempat maksiat harus
mengeluarkan uang yang cukup besar tapi tetap saja memasukinya, berbeda dengan
tempat ibadat yang digratiskan tanpa biaya tapi manusia masih tetap enggan.
Sudah bersikap
adilkah kita terhadap tamu?, giliran menyambut tamu dari golongan manusia yang
singgah hanya sementara, manusia membersihkan bahkan mau mengorbankan apa saja
untuk membuat betah dan bahagia tamu yang datang ke rumahnya. Tapi giliran tamu
yang merupakan sumber kehidupan, manusia malah santai-santai saja seolah tidak
peduli dengan tamu yang bernama nur Ilahi ini, tak pernah mempedulikan
kebersihan yang menjadi tempat tinggal nur Ilahi ini, tak memperhatikan apa
kebutuhan dari nur Ilahi ini. Sehingga pantaslah banyak manusia yang jauh dari
cahaya Ilahi, karena kita sendiri yang membuat tamu ini tak betah tinggal di
hati kita, coba bayangkan saja, tamu mana yang betah jika kamar yang ditnggalinya
penuh dengan kotoran?, belum lagi ditambah kejelekan mata, telinga, lisan dan
kaki yang makin mengotori hati.
Dan hasilnya bisa kita liat
disana-sini, yang menyampaikan nasihat semakin banyak, tapi yang maksiat pun
tak ingin kalah banyak, bukan karena nasihat yang tidak bermanfaat, tapi karena
pemberi nasihat yang hanya pandai mengolah lidah untuk bersilat tapi tak dapat
menunjukan dengan akhlak yang mulia untuk memberikan contoh yang akan lebih
bermanfaat. Mungkin mereka lupa akan firman Allaah dalam surat Al-Baqoroh ayat 44: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)
kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Perempuan yang seharusnya
menjadi tulang punggung, kini malah tengah digulung dengan lingkungan pekerjaan
yang membuat para kaum hawa bingung yang tak membawa untung, bukan untung hanya
dari uang saja, karena sebuah kebahagiaan tak dapat diukur dengan uang atau
materi, tapi kebahagiaan dapat diraih jika cita-cita diri dapat terwujud dalam
kehidupan sekarang ini, karena setiap diri terlahir suci dan bersaksi bahwa Allaah
lah Tuhan yang sejati, maka sudah pasti mengenal diri dan Allohu Robbi adalah
kebahagiaan yang sejati. Sebagaimana telah diperingatkan dalam Qur’an surat al-‘araf:172
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi
saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al-‘Araf: 172)
Generasi muda yang bertugas
untuk memperbaiki malah sibuk dengan urusan duniawi yang tak jauh dari urusan
nafsu hewani, seperti disebutkan dalam ‘Ali Imran ayat 14 Allaah berfirman: ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).
Para
pemimpin yang seharusnya melindungi dan mensejahterakan rakyat yang miskin
malah sibuk mikirin kepentingan diri, keluarga dan golongannya yang malah
membuat penderitaan rakyat makin lengkap menjadi semakin melarat. Allaah
memperingatkan dalam firman-Nya:”Dan
sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami
angkat diantara mereka 12 orang pemimpin
dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika
kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku
dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik
sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan
Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka
barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat
dari jalan yang lurus” (Al-Ma’idah:
12)
Jika sudah
terjadi bencana malah menyalahkan alam, padahal siapa yang sebenarnya merusak
alam?, bukankah manusia sendiri?, Allaah berfirman: ”Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi ". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. (Al-Baqoroh: 11-12)
Wahai saudaraku
semuanya, marilah kita kembali menjalankan apa yang seharusnya kita lakukan dan
menjauhi apa yang seharusnya kita hindarkan. Marilah berjalan diatas rel
kemanusiaan yang telah ditentukan agar kita tidak termasuk ke dalam golongan
yang akan dimasukan ke dalam api yang menghanguskan. Kita diciptakan untuk
beribadah kepada Allaah Yang Maha Gagah dan Maha Suci, dan karena Allaah Maha
Suci dan mencintai orang-orang yang membersihkan diri sebagaimana disebutkan
dalam firman-Nya: “Sesungguhnya mesjid
yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih
patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang
ingin membersihkan diri. Dan
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (At-Taubah: 108)
Marilah semuanya
membersihkan diri, membersihkan rumah agar ruhani kita menjadi betah, dan hati
kita menjadi bersih, sehingga nur Ilahi bisa memasuki dan menyinari hati yang
akan tampak pada niat yang suci, perkataan yang syarat dengan maknawi, dan
mampu mencontohkan akhlak yang terpuji.
Tidak
semata-mata Allaah menyuruh untuk mensucikan diri jika DIA bukan Yang Maha
Suci, sebagaimana disebutkan dalam Qur’an: Dialah
Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. (Al-Hasyr ayat 23)
Wahai manusia
yang lupa diri,,,
Sampai kapan kau
akan tenggelam dalam kehidupan duniawi,,,
Sampai kapan kau
mau menjadi budak setan yang menipu diri,,,
Yang menyuruh
mengotori hati agar tak dapat dimasuki Nur Ilahi,,,
Padahal Tuhan
yang menciptakanmu adalah Yang Maha Suci,,,
Dan Yang Maha
Suci sudah pasti mencintai orang-orang yang membersihkan diri,,,
Karena tak
pernah DIA menyuruhmu untuk mengotori diri,,,
Justru DIA
memuji orang yang mensucikan diri dengan panggilan berbahagialah,,,
Dikatakan
demikian karena orang yang bahagia adalah orang yang pasrah,,,
Orang yang
pasrah adalah orang yang menjauhi segala larangan dan menjalan segala
perintah,,,
Orang mukmin
yang berpasrah, akan memahami bahwa di balik setiap kejadian pasti ada
hikmah,,,
Meski tak jarang
hawa nafsu yang dibantu setan membantah,,,
Sembahlah dengan
benar Tuhanmu Yang Maha Suci,,,
Cintailah dengan
sepenuh hati,,,
Agar kamu
mendapatkan cahaya Ilahi,,,
Sehingga kamu
dapat hidup di dunia ini dengan tak bersedih hati…
Cintailah dengan
sepenuh hati,,,
Karena jika
sudah mencintai,,,
tak akan peduli
terhadap apa yang dikatakan oleh orang yang benci,,,
karena jika hati
sudah bersinar,,,
maka insya Allaah,
mata, telinga, lidah, tangan dan kaki,,,
akan di tuntun
oleh Ilahi untuk menuju ridha-Nya menuruti benar…
BILLAAHI FI SABILIL HAQ