BISMILLAH ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN
AR-RAHIIM
Bicara mengenai
selamat dan sejahtera, siapa orang yang tak menginginkan hal demikian. Bahkan
manusia rela berkorban apa saja untuk mencapai dua kata ini dengan menghalalkan
berbagai cara, karena yang mereka tahu tentang sejahtera hanyalah dari sisi
ekonomi saja yang memperhitungkan keuntungan dari sebuah benda, dengan kata
lain manusia semacam ini hanya mengartikan sejahtera itu adalah untung dari sebuah
usaha yang dikerjakan atau dijalankannya. Orang seperti ini dalam melakukan
sesuatu hanya menghitung untung dan rugi layaknya berdagang, jika ada
keuntungan buat kehidupan dunianya maka ia akan melakukan dan jika merugikan
kehidupan dunianya orang seperti ini akan meninggalkan perbuatan yang
dikatakannya merugikan. Mereka pikir dengan bergelimangan harta mereka akan
selamat di dunia, padahal sesungguhnya mereka telah menyerahkan dirinya kepada
dunia dan diperbudak oleh dunia itu sendiri.
Berbeda dengan
orang yang mengetahui arti umum dari kata sejahtera ini, karena secara umum
sejahtera adalah menuju ke keadaan yang baik. Dan yang namanya baik tidak bisa
hanya dikatakan memiliki kekayaan, karena banyak diluar sana orang-orang kaya bergelimpangan dengan
harta, tapi masyarakat disekitarnya kelaparan dan tidur hanya beralaskan kardus
dan berselimutkan sebuah sarung yang sudah tak layak lagi disebut dengan kata
bagus. Dan memang jarang kita temukan keluarga sederhana tapi mereka tenang
dalam kehidupannya meskipun banyak masalah yang sedang dihadapi, mereka masih
bisa berbagi meskipun keinginan mereka belum terpenuhi.
Silakan
renungkan oleh diri ini semua, termasuk kemanakah kita dalam hal pemikiran
mengenai sejahtera ini!!!
Supaya kita
memahami arti dari selamat sejahtera ini marilah kita renungkan dua kata yang
satu kesatuan ini.
Selamat
merupakan kata yang sering diucapkan ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang
baik, misalnya selamat ulang tahun, selamat menempuh hidup baru, selamat
bekerja dan lain sebagainya. Dan kata selamat adalah mempunyai arti yang sangat
dalam karena selamat bisa dikatakan suatu tujuan atau cita-cita dalam kehidupan
seseorang. Bisa kita tanya setiap orang apa tujuan hidup mereka, dan mereka
pasti menjawab salah satunya dengan kata selamat ini. Akan tetapi pada
kenyataan memang tak sejalan dengan apa yang dipikirkan. Manusia sekarang
berpikir kata selamat hanya bisa digapai dengan banyaknya harta sehingga dapat
membeli yang mereka inginkan sehingga dapat melindungi mereka dari kecelakaan
ataupun kejahatan, dengan tingginya tahta yang dengan ini mereka dapat berbuat
sekehendak dengan kekuasaan dan mendapatkan perlindungan, dan cantiknya
wanita yang dengan ini mereka merasa
selamat tidak akan mempunyai keturunan yang akan menghinakan kedudukannya. Padahal
bermegah-megahan lah yang menyebabkan banyak manusia lupa kepada hakikat
penciptaan. Dan hal ini juga telah diperingatkan dalam Al-Qur’an, Allaah
berfirman: Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak,
pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.
sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui
(akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya
kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar
akan melihatnya dengan 'ainul yaqin [1600].
[1600] 'Ainul yaqin artinya melihat dengan
mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat. kemudian kamu
pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan
di dunia itu) (At-Takatsur: 1-8)
Sejahtera, kata
yang kedua ini merupakan adalah gambaran dari orang yang selamat, yang mendapat
ketentraman dan kebaikan. Dan lagi-lagi musuh manusia yang bernama iblis dan
setan berhasil memperdaya manusia dengan kata sejahtera sehingga manusia
terpedaya oleh harta, tahta dan wanita seperti yang telah dibahas tadi oleh
kita.
Sekarang mari
kita renungkan selamat dan sejahtera menurut agama yang kita anut, Allaah
berfirman dalam surah yunus ayat 25: Allah
menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam) [685]. Arti kalimat
Darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. Pimpinan
(hidayah) Allah berupa akal dan wahyu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Dalam ayat lain
juga Allaah berfirman: Dan dikatakan
kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan".
Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat
bagi orang yang bertakwa, . (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya,
mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala
apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang
yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik [822]
oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum [823],
masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan".
[822] Maksudnya: wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kema'siatan atau dapat juga berarti mereka mati dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk syurga.
[823] Artinya
selamat sejahtera bagimu.( An-Nahl:
30-32)
Apakah dalam
ayat yang telah disebutkan barusan, bahwa orang yang selamat itu adalah orang
yang mempunyai kekayaan dan kekuasaan atau mempunyai banyak perempuan dan
keturunan?
Yang disebutkan
dalam ayat tadi yang pertama adalah orang yang diberikan petunjuk oleh Allaah,
dan tentunya yang mau mengikuti petunjuk, karena percuma saja orang yang
diberikan petunjuk tapi tidak mau mengikuti petunjuk, orang semacam ini seperti
orang yang mengetahui bahwa jika manusia mati yang dibawa ke dalam kubur hanya
kain kafan, tapi tetap saja kebanyakan manusia senang menumpuk harta benda dan
tak membelanjakannya untuk kepentingan agama dengan menolong anak-anak yatim
dan fakir miskin dengan barang yang berguna. Dan orang semacam ini adalah
pendusta agama sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Ma’un 1-3: Tahukah kamu (orang) yang
mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin.
Keadaan orang
seperti ini juga disamakan seperti orang-orang ahli kitab yakni yahudi dan
nasrani, yang mengetahui bahwa Muhammad Shalallalhu ‘alaihi wasalam adalah nabi
dan Rosul yang terakhir tapi mereka tidak mau mengikuti jejak beliau. Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah
Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal
anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.(Al-Baqarah:146)
Dalam ayat lain
disebutkan:
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang
kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu
sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah
Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki
mereka ke jalan yang lurus. (Al-Maidah: 15-16)
Betapa jelasnya
ayat-ayat yang tadi disebutkan menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk ke
jalan keselamatan yang diridhai oleh Allaah, dan Qur’an itu pula yang membawa
orang-orang dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan
seizin-Nya. Akan tetapi kehidupan kita sudah terlalu banyak disibukkan dengan
dunia sehingga tak sempat lagi membaca apalagi mentadaburi isi Qur’an yang merupakan
petunjuk keselamatan. Jika sudah demikian jangan salahkan Tuhan karena
membiarkan kerusakan padahal Allaah dengan sifat Ar-Rohman sudah menunjuki
manusia untuk berbuat kebaikan dengan menurunkan Qur’an ini agar semua manusia
selamat sejahtera. Manusia sendirilah yang tak mau menuruti apa yang diturunkan
oleh Ilahi karena sifat ruhani yang rabbani terkalahkan oleh sifat hewani yang
hanya memperturutkan syahwat duniawi. Manusia sendiri yang tidak mau taat
sehingga menjadikan dirinya tak selamat.
Orang yang
selamat kedua adalah orang yang berbuat baik seperti yang telah disebutkan
dalam Qur’an tadi, dan silakan anda tanyakan kepada diri anda sendiri, selama
hidup sampai sekarang ini apakah sudah menjadi orang baik atau orang yang
jahat?, jika ingin masih menjadi orang yang selamat di dunia dan akhirat masih
ada kesempatan untuk bertaubat dari berbuat jahat. Karena sebaik-baik orang
yang berbuat dosa adalah orang yang mau berbuat. Tapi bukan taubat sambel, yang
meskipun mengetahui itu salah tetap saja dilakukan. Jangan mengira karena
banyaknya dosa maka anda tidak mau menghadap Sang Pencipta di lima waktu yang
sudah tersedia, justru jika berbuat demikian anda sudah terjebak dalam
lingkaran setan karena berputus asa dari Rahmat Tuhan, yang menyediakan ampunan
untuk para hamba-Nya selama manusia itu tidak menyekutukuan Allaah.
Sebagaimana Allaah
berfirman:… Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(Al-Baqarah: 37)
kecuali mereka yang telah taubat dan
mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah
Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha
Penyayang. .(Al-Baqarah: 160) Mengadakan
perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan
akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
dan orang yang
selamat lain yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah orang yang bertaqwa,
kriteria taqwa banyak disebutkan didalam Al-Qur’an diantaranya adalah sebagai
berikut:
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka.dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat .Mereka itulah yang tetap mendapat
petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(Al-Baqarah:
2-5)
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki ,maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
terceIa. (Al-Mu’minuun: 2-6)
Itulah jalan
selamat sejahtera yang dititi oleh hamba-hamba Ilahi yang Rabbani, dan bisa
kita simpulkan bahwa selamat sejahtera bergantung kepada manusia sendiri,
apakah manusia itu akan mengikuti jalan yang ditunjukan oleh Allaah melalui
utusanNYA, atau ingkar kepada Rasul yang akan mengakibatkannya menjadi celaka,
dalam hal ini tentunya yang memberikan petunjuk itu adalah Maha Selamat
Sejahtera, sehingga pantaslah Allaah memliki asmaul husna As-Salaam,,
BILLAAHI FI SABILIL HAQ