Kamis, 19 Juli 2012

As-Salaam

0 komentar
BISMILLAH ALHAMDULILLAAH AR-RAHMAAN AR-RAHIIM

Bicara mengenai selamat dan sejahtera, siapa orang yang tak menginginkan hal demikian. Bahkan manusia rela berkorban apa saja untuk mencapai dua kata ini dengan menghalalkan berbagai cara, karena yang mereka tahu tentang sejahtera hanyalah dari sisi ekonomi saja yang memperhitungkan keuntungan dari sebuah benda, dengan kata lain manusia semacam ini hanya mengartikan sejahtera itu adalah untung dari sebuah usaha yang dikerjakan atau dijalankannya. Orang seperti ini dalam melakukan sesuatu hanya menghitung untung dan rugi layaknya berdagang, jika ada keuntungan buat kehidupan dunianya maka ia akan melakukan dan jika merugikan kehidupan dunianya orang seperti ini akan meninggalkan perbuatan yang dikatakannya merugikan. Mereka pikir dengan bergelimangan harta mereka akan selamat di dunia, padahal sesungguhnya mereka telah menyerahkan dirinya kepada dunia dan diperbudak oleh dunia itu sendiri.
Berbeda dengan orang yang mengetahui arti umum dari kata sejahtera ini, karena secara umum sejahtera adalah menuju ke keadaan yang baik. Dan yang namanya baik tidak bisa hanya dikatakan memiliki kekayaan, karena banyak diluar sana orang-orang kaya bergelimpangan dengan harta, tapi masyarakat disekitarnya kelaparan dan tidur hanya beralaskan kardus dan berselimutkan sebuah sarung yang sudah tak layak lagi disebut dengan kata bagus. Dan memang jarang kita temukan keluarga sederhana tapi mereka tenang dalam kehidupannya meskipun banyak masalah yang sedang dihadapi, mereka masih bisa berbagi meskipun keinginan mereka belum terpenuhi.
Silakan renungkan oleh diri ini semua, termasuk kemanakah kita dalam hal pemikiran mengenai sejahtera ini!!!
Supaya kita memahami arti dari selamat sejahtera ini marilah kita renungkan dua kata yang satu kesatuan ini.
Selamat merupakan kata yang sering diucapkan ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang baik, misalnya selamat ulang tahun, selamat menempuh hidup baru, selamat bekerja dan lain sebagainya. Dan kata selamat adalah mempunyai arti yang sangat dalam karena selamat bisa dikatakan suatu tujuan atau cita-cita dalam kehidupan seseorang. Bisa kita tanya setiap orang apa tujuan hidup mereka, dan mereka pasti menjawab salah satunya dengan kata selamat ini. Akan tetapi pada kenyataan memang tak sejalan dengan apa yang dipikirkan. Manusia sekarang berpikir kata selamat hanya bisa digapai dengan banyaknya harta sehingga dapat membeli yang mereka inginkan sehingga dapat melindungi mereka dari kecelakaan ataupun kejahatan, dengan tingginya tahta yang dengan ini mereka dapat berbuat sekehendak dengan kekuasaan dan mendapatkan perlindungan, dan cantiknya wanita  yang dengan ini mereka merasa selamat tidak akan mempunyai keturunan yang akan menghinakan kedudukannya. Padahal bermegah-megahan lah yang menyebabkan banyak manusia lupa kepada hakikat penciptaan. Dan hal ini juga telah diperingatkan dalam Al-Qur’an, Allaah berfirman: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan. sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin [1600].
[1600] 'Ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (At-Takatsur: 1-8)

Sejahtera, kata yang kedua ini merupakan adalah gambaran dari orang yang selamat, yang mendapat ketentraman dan kebaikan. Dan lagi-lagi musuh manusia yang bernama iblis dan setan berhasil memperdaya manusia dengan kata sejahtera sehingga manusia terpedaya oleh harta, tahta dan wanita seperti yang telah dibahas tadi oleh kita.

Sekarang mari kita renungkan selamat dan sejahtera menurut agama yang kita anut, Allaah berfirman dalam surah yunus ayat 25: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam) [685]. Arti kalimat Darussalam ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. Pimpinan (hidayah) Allah berupa akal dan wahyu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam ayat lain juga Allaah berfirman: Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, . (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik [822] oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum [823], masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan".

[822] Maksudnya: wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kema'siatan atau dapat juga berarti mereka mati dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk syurga.

[823] Artinya selamat sejahtera bagimu.( An-Nahl: 30-32)

Apakah dalam ayat yang telah disebutkan barusan, bahwa orang yang selamat itu adalah orang yang mempunyai kekayaan dan kekuasaan atau mempunyai banyak perempuan dan keturunan?
Yang disebutkan dalam ayat tadi yang pertama adalah orang yang diberikan petunjuk oleh Allaah, dan tentunya yang mau mengikuti petunjuk, karena percuma saja orang yang diberikan petunjuk tapi tidak mau mengikuti petunjuk, orang semacam ini seperti orang yang mengetahui bahwa jika manusia mati yang dibawa ke dalam kubur hanya kain kafan, tapi tetap saja kebanyakan manusia senang menumpuk harta benda dan tak membelanjakannya untuk kepentingan agama dengan menolong anak-anak yatim dan fakir miskin dengan barang yang berguna. Dan orang semacam ini adalah pendusta agama sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Ma’un 1-3:  Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Keadaan orang seperti ini juga disamakan seperti orang-orang ahli kitab yakni yahudi dan nasrani, yang mengetahui bahwa Muhammad Shalallalhu ‘alaihi wasalam adalah nabi dan Rosul yang terakhir tapi mereka tidak mau mengikuti jejak beliau. Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.(Al-Baqarah:146)

Dalam ayat lain disebutkan:
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al-Maidah: 15-16)

Betapa jelasnya ayat-ayat yang tadi disebutkan menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk ke jalan keselamatan yang diridhai oleh Allaah, dan Qur’an itu pula yang membawa orang-orang dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya. Akan tetapi kehidupan kita sudah terlalu banyak disibukkan dengan dunia sehingga tak sempat lagi membaca apalagi mentadaburi isi Qur’an yang merupakan petunjuk keselamatan. Jika sudah demikian jangan salahkan Tuhan karena membiarkan kerusakan padahal Allaah dengan sifat Ar-Rohman sudah menunjuki manusia untuk berbuat kebaikan dengan menurunkan Qur’an ini agar semua manusia selamat sejahtera. Manusia sendirilah yang tak mau menuruti apa yang diturunkan oleh Ilahi karena sifat ruhani yang rabbani terkalahkan oleh sifat hewani yang hanya memperturutkan syahwat duniawi. Manusia sendiri yang tidak mau taat sehingga menjadikan dirinya tak selamat.

Orang yang selamat kedua adalah orang yang berbuat baik seperti yang telah disebutkan dalam Qur’an tadi, dan silakan anda tanyakan kepada diri anda sendiri, selama hidup sampai sekarang ini apakah sudah menjadi orang baik atau orang yang jahat?, jika ingin masih menjadi orang yang selamat di dunia dan akhirat masih ada kesempatan untuk bertaubat dari berbuat jahat. Karena sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah orang yang mau berbuat. Tapi bukan taubat sambel, yang meskipun mengetahui itu salah tetap saja dilakukan. Jangan mengira karena banyaknya dosa maka anda tidak mau menghadap Sang Pencipta di lima waktu yang sudah tersedia, justru jika berbuat demikian anda sudah terjebak dalam lingkaran setan karena berputus asa dari Rahmat Tuhan, yang menyediakan ampunan untuk para hamba-Nya selama manusia itu tidak menyekutukuan Allaah.
Sebagaimana Allaah berfirman:… Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(Al-Baqarah: 37)
kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. .(Al-Baqarah: 160)  Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
dan orang yang selamat lain yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah orang yang bertaqwa, kriteria taqwa banyak disebutkan didalam Al-Qur’an diantaranya adalah sebagai berikut:
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat .Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.(Al-Baqarah: 2-5)

(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki ,maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. (Al-Mu’minuun: 2-6)

Itulah jalan selamat sejahtera yang dititi oleh hamba-hamba Ilahi yang Rabbani, dan bisa kita simpulkan bahwa selamat sejahtera bergantung kepada manusia sendiri, apakah manusia itu akan mengikuti jalan yang ditunjukan oleh Allaah melalui utusanNYA, atau ingkar kepada Rasul yang akan mengakibatkannya menjadi celaka, dalam hal ini tentunya yang memberikan petunjuk itu adalah Maha Selamat Sejahtera, sehingga pantaslah Allaah memliki asmaul husna As-Salaam,,

BILLAAHI FI SABILIL HAQ

Leave a Reply